Roti Bobo, usaha keluarga yang didirikan sejak tahun 1980, kembali meramaikan dunia kuliner Indonesia.
Dalam sebuah wawancara, Budiman Tjia, pendiri Roti Bobo, berbagi tentang sejarah, tantangan, dan visi masa depan bisnis roti legendaris ini.
Nama “Roti Bobo” diambil dari majalah anak-anak legendaris, Bobo. “Orang tua kami terinspirasi dari majalah Bobo,” ungkap Budiman.
Dengan nama tersebut, mereka berharap bisa menghadirkan keceriaan dan nostalgia masa kecil kepada para pelanggannya. Keunikan ini berhasil menarik perhatian masyarakat dan menjadikan Roti Bobo memiliki tempat istimewa di hati para penikmat roti.
Awalnya, Roti Bobo hanya memasok roti untuk rumah sakit dan sekolah di Medan. “Kami mulai dari usaha kecil-kecilan, memenuhi kebutuhan snack dan roti sebagai supplier saja,” kenang Budiman.
Namun, krisis moneter tahun 1998 memaksa mereka menghentikan produksi. Kondisi ekonomi yang tidak menentu membuat usaha keluarga ini harus vakum selama beberapa tahun.
Setelah lama vakum, Roti Bobo kembali bangkit pasca pandemi COVID-19 dengan semangat baru. “Kami melakukan rebranding pada tahun 2000-an dan mulai ekspansi ke Jakarta,” ungkap Budiman.
Rebranding dengan strategi baru untuk memperluas pasar. Permintaan tinggi dari luar kota mendorong mereka untuk memperluas jangkauan bisnis, sehingga roti khas Medan ini bisa dinikmati oleh masyarakat di berbagai daerah.
Roti Bobo terkenal dengan roti jadulnya yang tidak menggunakan bahan pengawet. “Kami mempertahankan rasa nostalgia dari roti jadul dan mengemasnya dengan modern,” jelas Budiman. Varian yang paling populer adalah butter sugar yang menggugah kenangan masa lalu.
Selain itu, tersedia juga varian mocca cerez, keju, srikaya, dan roti gandum untuk yang sedang diet. “Kami ingin setiap gigitan roti Bobo membawa pelanggan kembali ke masa kecil mereka,” tambahnya.
Roti Bobo menargetkan semua kalangan dengan bahan premium dan rasa autentik yang tidak pernah mengecewakan. “Kita menggunakan bahan-bahan yang premium dengan central kitchen di Pantai Indah Kapuk,” ujar Budiman.
Mereka tidak hanya fokus pada kualitas rasa, tetapi juga pada kesehatan konsumennya. Roti Bobo tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga lebih aman untuk dikonsumsi.
Roti Bobo juga merencanakan untuk membuka toko offline bulan depan dan berharap bisa memiliki cabang di seluruh Jakarta. “Kami melihat potensi besar dengan membuka toko offline. Ini akan memudahkan pelanggan untuk mendapatkan roti segar setiap hari,” kata Budiman.
Budiman menekankan bahwa roti mereka hanya tahan tiga hari karena tidak menggunakan bahan pengawet.
Meskipun memiliki masa simpan yang relatif singkat, Budiman percaya bahwa kualitas dan keaslian rasa roti Bobo adalah yang terpenting.
“Kami ingin pelanggan menikmati roti yang selalu fresh, bukan yang sudah berhari-hari disimpan,” jelasnya.
Dengan visi dan misi yang kuat, Roti Bobo siap untuk terus membawa kenangan manis masa lalu ke meja makan masyarakat Indonesia.
Budiman dan timnya berkomitmen untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas produk mereka. “Kami ingin menjadi bagian dari momen bahagia setiap keluarga di Indonesia,” tutup Budiman dengan penuh harap.
Sumber foto: Istimewa
Baca Juga:
- Pala Papua Dulu Diabaikan, Kini Diburu Industri Parfum Dunia Berkat Perempuan Adat
- BD dan RSK Dharmais Perkuat Upaya Perluasan Skrining Kanker Serviks di Indonesia
- Pertama di Indonesia! K-Juice Booster Hadirkan Mesin Jus Otomatis di Neo Soho Mall
- dr. Widya Rahayu Arini Putri Ajak Perempuan Indonesia Teruskan Semangat Kartini
- Anime Festival Asia Akan Hadir Kembali di Jakarta