Kampus STMIK AMIKOM Yogyakarta banyak mencetak animator handal. Karya mereka bisa disejajarkan dengan film animasi kelas Hollywood. Nah, prestasi-prestasi yang diraih animator STMIK AMIKOM ini tidak lepas dari seorang Mohammad Suyanto. Ia adalah Rektor STMIK AMIKOM Yogyakarta. Suyanto membuat rumah produksi film animasi bernama MSV Pictures. Film garapan studio animasi MSV Pictures pun meraih berbagai  penghargaan, salah satunya International Movie Trailer Festival (IMTF) 2013 untuk kategori People’s Choice Award. Untuk mengetahui serpak terjang Mohammad Suyanto dan film animasinya. Berikut lanjutan wawancara kabarinews.com bersama Prof. Dr. Muhammad Suyanto, MM.

KABARI : Lantas bagaimana dengan dukungan dari pemerintah terhadap film animasi produk lokal? Karena mungkin peranannya bisa terbilang cukup penting demi mengenalkan film animasi Indonesia ke luar negeri?

Pemerintah telah membuat Inpres No.6 Tahun 2009, dan di dalam payung hukum ini mempertegas keterlibatan kementerian terkait dalam pengembangan ekonomi kreatif yang tertuang dalam misi, tujuan, sasaran, arah dan strategi dalam Rencana Pengembangan Jangka Panjang Ekonomi Kreatif 2009-2025. Ada tujuh isu strategis yang menjadi potensi maupun tantangan yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah dalam pengembangan animasi, yaitu: (1) Ketersediaan Sumber daya kreatif (orang kreatif-OK) yang profesional dan kompetitif; (2) Ketersediaan sumber daya alam yang berkualitas, beragam, dan kompetitif; serta dan sumber daya budaya yang dapat diakses secara mudah; (3) Industri yang berdaya saing, tumbuh, dan beragam; (4) Ketersediaan Pembiayaan yang sesuai, mudah diakses dan kompetitif; (5) Perluasan Pasar bagi karya kreatif; (6) Ketersediaan Infrastruktur dan Teknologi yang sesuai dan kompetitif; dan (7) Kelembagaan Yang Mendukung Pengembangan Ekonomi Kreatif, khususnya animasi. MSV Pictures dan STMIK Amikom Yogyakarta telah merasakan dukungan pemerintah dengan memperkenalkan pasar film animasi global dan distributor animasi global, misalnya Walt Disney, Front Row Entertainment dsb. Bagi produser Animated Feature Film, hal itulah yang terpenting.

KABARI : Harapan Anda di masa depan tentang film animasi di Indonesia seperti apa?

Saya menyarankan untuk membuat film untuk pasar global yang peluangnya sangat besar, jumlah penontonnya luar biasa banyak. Jumlah penonton seluruh dunia pada 2013 lebih dari 7,6 milyar, sehingga setiap orang di dunia dalam 1 tahun menonton fil satu kali, karena penduduk dunia sekitar 7,1 milyar. Jumlah penonton India lebih dari 3 milyar, Amerika Serikat dan Kanada lebih dari 1,3 milyar, Tiongkok lebih dari 470 juta, Meksiko lebih dari 228 juta, Perancis lebih dari 204 juta, Korea Selatan lebih dari 195 juta, Inggris lebih dari 173 juta, Rusia lebih dari 157 juta, Jepang lebih dari 155 juta dan Brazilia lebih dari 149 juta dalam satu tahun. Penonton di Asia Tenggara saja hampir mendekati 200 juta penonton yang merupakan peluang pasar yang sangat besar. Nilai penjualan film  pada 2013 mencapai 35,9 milyar dolar Amerika Serikat (Rp. 430 triliun, US$ 1 = Rp 12.000), suatu nilai yang sangat besar. Untuk Asia Pasifik mencapai 11,1 milyar dolar Amerika Serikat (Rp. 133 triliun) dan untuk Asia Tenggara saja sudah mencapai lebih dari US$ 720 juta (Rp. 9,4 triliun).

Dengan demikian kalau mau menikmati kue yang besar, tidak ada jalan lain kecual memproduksi film animasi dengan kualitas mendekati Studi Ghibli, Blue Sky, Disney, Pixar atau Dreamworks. Sebagai perbandingan Battle of Surabaya dengan The Wind Rises buatan Studio Ghibli yang sama-sama trailer-nya mendapat penghargaan sebagai Nominator Golden Trailer Festival Los Angeles didistribusikan Walt Disney menghasilkan pendapatan sekitar US$ 118 juta (Rp. 1,4 triliun). Bila Battle of Surabaya didistribusikan bukan Walt Disney, perkiraan kita menghasilkan US$ 10 -20 juta (Rp. 120 – 240 milyar), yang sudah lebih tinggi dari harga dari penjualan pesawat buatan kita C212-400 sekitar US$ 7,3 juta (sipil, 24 penumpang), US$ 7,8 (militer, 24 penumpang). Sedangkan film kita Fire and Ice diperkirakan sekitar US$ 20 – 30 juta atau lebih tinggi dari CN235 sekitar US$ 21,5 juta. Bila film kita didistribusikan Walt Disney, Insya Allah akan bernilai lebih tinggi dari yang kita perkirakan, meskipun tidak setinggi Wind Rises.

Selain itu, industri film animasi mempunyai produk turunan antara lain Merchandising & Licensing, Game, Publishing dan Web Business. Film Animasi merupakan film dengan karakter yang dapat dijual melalui Merchandising & Licensing. Walt Disney dengan karakter utamanya Mickey Mouse meskipun telah berusia lebih dari 90 tahun, tetapi hingga saat ini masih muda dan energik serta telah menghasilkan US$ 8.5 billion (Rp. 102 triliun) sehingga menjadi artis yang terkaya di dunia. Film animasi memang berat di awal tetapi akan menikmati sepanjang masa. Dengan demikian produk film animasi layar lebar beserta turunannya merupakan produk emas untuk Indonesia di masa yang akan datang dari Ekonomi Kreatif.

KABARI : Terkait dengan film Battle of Surabaya, bisa ceritakan soal film tersebut? Dan kabarnya film tersebut sudah mulai ditawarkan kepada production house di luar negeri? Bisa diceritakan juga? 

Pada awalnya kami ingin membuat karya yang mengedepankan kebangsaan dan kebudayaan. Dengan tujuan, bahwa generasi muda sebagai pangsa terbesar penikmat film animasi, mengenal sejarah dan budaya bangsanya melalui media yang mereka gemari. Namun ternyata pada perjalanannya, setelah saya banyak berdialog dengan pelaku industri perfilman internasional, film yang berbau kebudayaan suatu daerah atau bangsa justru malah disukai oleh dunia internasional. Dan film-film seperti inilah yang dicari oleh distributor asing, khususnya Walt Disney.

Kenapa kami mengangkat kisah pertempuran Surabaya sebagai karya perdana dari studio kami? Pertempuran Surabaya adalah pertempuran terbesar setelah perang dunia kedua. Nilai berita perang ini dampaknya sampai ke seluruh dunia. Jumlah korban termasuk yg terbesar di Asia. Selama perang dunia kedua, sekutu tidak pernah kehilangan jendral perang, namun di perang Surabaya mereka kehilangan 2 jendral. Selain itu perang Surabaya merupakan tonggak sejarah bagi Belanda yang mulai berfikir  ulang untuk melakukan perang terbuka, dengan memilih jalan diplomasi. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa kita ialah bangsa yang besar, dan TNI di Surabaya pada saat itu memang sudah siap untuk menghadapi perang. Meskipun demikian menggunakan tokoh anak kecil berusia 13 tahun bernama Musa yang melalui perjalanan dramatis dan psikologis, sehingga Musa dapat disebut sebagai Pahlawan. Dalam penafsiran kami, pahlawan adalah seorang tokoh yang rela berkorban untuk kepenting orang banyak (rahmatan lil ‘alamin), sehingga setiap orang, termasuk seorang anak dapat menjadi pahlawan.

Setelah mengalami berbagai revisi untuk menyesuaikan keinginan dari calon distributor asing yang akan mendistribusikan film ini, akhirnya Battle of Surabaya memasuki proses produksi yang sebenarnya. Prediksi kami, akhir tahun ini akan memasuki masa pasca produksi. Kalau untuk tanggal rilisnya kami tidak bisa memberikan informasi, karena semua itu merupakan keputusan dari pihak distributor internasional. Distributor internasional akan melakukan rilis bersamaan ke seluruh dunia.

Pada awalnya Battle of Surabaya mengikuti berbagai kompetisi dan festival hanya untuk melihat apakah karya kami bisa mendapatkan tempat bersanding dengan karya-karya lainnya, juga untuk melihat seperti apa animo masyarakat akan karya kami. Tapi ternyata respon dan dukungan masyarakat sangat baik. Belakangan kami baru mengetahui bahwa syarat untuk bisa masuk sebagai karya yang layak untuk didistribusikan oleh distributor asing adalah pernah mengikuti beberapa festival kelas internasional seperti Golden Trailer Festival 2014 di Los Angeles mendapatkan Nominasi Best Foreign Animation Trailer bersama The Wind Rises, Postman Pat dan Tarzan dan Juga mendapat penghargaan People Choice Award pada International Movie Trailer Festifal 2013. Dengan mengikuti festival internasional kami juga mendapatkan banyak masukan yang sangat berguna untuk kelancaran proses produksi. Selain itu berbagai masukan yang kami dapatkan dari penyelenggara membuat karya kami semakin mendekati hasil produksi berkelas internasional. Pihak penyelenggara juga memberikan banyak masukan kemana kami harus mendistribusikan film kami. Beberapa link juga kami dapatkan dari mereka. Panitia festival juga dapat berfungsi sebagai distributor jika distributor.

Saat ini kami telah berhubungan erat dengan Walt Disney Singapura, telah bertemu 2 kali dan akan datang di Studio kami sesudah Idhul Fitri, sedianya Disney akan datang pada bulan Puasa ini, tetapi kami menolaknya, karena kami sedang berpuasa, takut tidak dapat melayani Disney dengan baik, karena mereka tidak berpuasa. Disamping itu kami juga telah sedang menjajjagi dengan beberapa distributor lainnya untuk mengantisipasi jika Walt Disney tidak jadi mendistribusikannya, misalnya untuk Pasar Timur Tengah dengan Front Row Entertainment dan Fox untuk pasar global.  Pasar yang akan kami bidik adalah World Wide (yang jumlah penontonnya 7,6 milyar dan nilai penjualannya US$ 35.9 billion (Rp. 430 triliun)). Itulah kue yang kami perebutkan.

KABARI : Bagaimana dengan strategi distribusinya? Setelah Battle of Surabaya film apa lagi yang akan dikeluarkan oleh MSV Pictures?

Strategi distribusi yang kami lakukan melalui Box Office dan Out of Box Office. Distribusi Box Office adalah melalui distributor seperti Walt Disney, Fox dan sebagainya untuk ditayangkan di gedung bioskop seluruh dunia,  sedangkan distribusi melalui Out of Box Office setelah ditayangkan di gedung bioskop seperti Fees Charged per Download, Rental or Viewing melalui iTune, Amazon, Time Warner VOD, dan Googleplay. Ad Revenue Share melalui Youtube dan Hulu, Subscription Fee lewat David Lync dan Netflix. Merchandise Sales pada Snag Film dan Youtube’s “Click to Buy”. General Promotion/Theatrical Launch lewat Babelgum, Ad Sales/Banner Ad Sale , Branded Entertainment / Product, Sponsorship dan  Pay What you Want / Online Tip Jar.

Setelah Battle of Surabaya, MSV Pictures berikutnya akan mengeluarkan film animasi 3D Fire and Ice. Keunggulan film tersebut dilihat dari Tahap Pengembangan, tahap pra produksi, tahap produksi dan tahap pasca produksi sebagai berikut ; Pada tahap Pengembangan, screenplay ditulis dengan pola Hollywood oleh Tristan Strange (muridnya Peter Jackson, The Lord of The Ring), dan yang bertindak sebagai Story Editor adalah Robert Pawloski (Hollywood) yang telah melakukan lebih dari 2000 screenplay yang diadaptasi dari Cerita Ajisaka tentang Babad Tanah Jawa dengan Citarasa Hollywood. Tahap pra produksi, membuat “Look and Feel” karakter, set, prop dan environment (background) nya. Membuat layout kamera, key animatic, in between, checking, dan colouring mengikuti pola Pixar dan Dreamworks yang dipandu langsung oleh Tristan Strange. Pada tahap tahap produksi, yang paling utama adalah penyutradaraan dan sinematografi ditangani langsung oleh Tristan Strange. Fire and Ice menggunakan Hollywood Cinematography Taste, sehingga penonton pikiran dan perasaannya merasa terlibat seperti halnya menonton film-film Hollywood, meskipun kandungan ceritanya mengangkat kisah lokal sarat dengan nilai moral dilengkapi bumbu humor tingkat tinggi, sehingga enak untuk ditonton dan dapat memberikan pencerahan. Pada tahap pasca produksi, editing video sebagai sentuhan akhir dengan menggunakan visual effect Hollywood Taste, sehingga kelihatan wah. dengan menggunakan editor yang berpengalaman internasional, Ivan Drummond. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?67849

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Bisnis