Sekitar 415 warga Indonesia
yang dievakuasi, berangkat dari Mesir sekitar pk 01.00 Rabu dinihari waktu Cairo. Mereka akan tiba
di Jakarta Rabu siang. Penerbangan Mesir –Jakarta,
diperkirakan selama 10 jam. Mereka terdiri dari 337 wanita, 40 anak dan 38
balita. Diantara balita yang dievakuasi, ada bayi yang berumur seminggu.
Pesawat Garuda memiliki izin untuk mendarat dan mengisi bahan bakar di bandara
Kairo.

Evakuasi ini dipimpin oleh Ketua Tim Advance RI, Wakil Kepala
Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya Soekirno. Soekirno menjabat Wakil
Ketua Satgas Evakuasi WNI yang dibentuk Presiden itu. Ketua Tim Satgas Evakuasi
WNI di Mesir adalah Hassan Wirajuda, mantan Menlu
RI yang
pernah menjadi Dubes RI untuk Mesir. Tim merupakan gabungan Dirjen
Perhubungan Udara, Kementerian Luar Negeri, Dirjen Imigrasi dan Kementerian
Kesehatan.

WNI di Mesir berjumlah 6.149 orang. Terdiri dari 4.297 pelajar dan mahasiswa,
lalu 1.002 Tenaga Kerja Indonesia
dan 850 Staf KBRI. Para wanita, anak-anak menjadi
prioritas utama evakuasi. Untuk
pemulangan tahap kedua, telah ada 360 warga Indonesia yang mendaftarkan diri di
KBRI.

Komunikasi dengan Mesir mengalami gangguan, karena alat komunikasi yang bisa dilakukan
hanya melalui landed telepon. Sedangkan mobile phone tidak bisa digunakan. KBRI
sudah membentuk 20 pusat komando (posko) sebagai pusat informasi untuk penyelamatan
WNI di Mesir. Sebanyak 3 titik pengumpulan, yaitu di Naser
City, KBRI dan sekolah
Indonesia di Cairo.

MAHASISWA INDONESIA

Latifa Bella, seorang mahasiswi Indonesia yang sedang kuliah di Cairo University
jurusan Ekonomi semester 6, mengaku kehilangan kontak dengan keluarganya sejak
Jumat minggu lalu. Hari Jumat itu, eskalasi politik meningkat dan orang-orang dalam
jumlah besar turun ke jalan . Bella, tetap berusaha untuk ikuti perkembangan
situasi politik di Mesir dengan selalu mencari tahu dari mahasiswa warga Negara Mesir.

“Mereka menerangkan kepada saya, awal dari perlawanan rakyat
kepada Hosni Mubarak bukan soal penggulingan kekuasaan. Mereka hanya ingin
perbaikan di bidang ekonomi ”, kata Bella. Pemerintah Mesir sepertinya menganggap
kecil permintaan itu. “Sebagian masyarakat kecil marah dan mereka turun ke
jalan dan mulai menuntut Mubarak mundur”, katanya. Di FB nya, ada ajakan dari
rekan masiswa Mesir untuk ikut turun ke jalan.

Bella, yang saat ini ikut dalam evakuasi ke Jakarta, sejak Jumat sampai Selasa malam tinggal
bersama 7 orang lainnya dalam satu apartemen. Kebanyakan adalah mahasiswa
Universitas Al Azhar. Tiga orang mahasiswa (laki-laki) Indonesia
sengaja ia minta menginap ke apartemen untuk melindungi mereka. Terutama dari
ancaman penjarahan yang terjadi sebelumnya. Jam malam masih berlaku, dari jam 3
sore sampai jam 8 pagi. Bella menggambarkan bahwa tiap hari di depan apartemen mereka,
sejak sore berjejer puluhan tank militer. Tapi menjelang pagi, tank itu sudah
tak ada.

Lain halnya dengan mahasiswa Indonesia yang lain, Sukandar, yang
kuliah di Universitas Al Azhar. Sukandar tidak termasuk dalam warga Indonesia yang dievakuasi ke Jakarta. Dia bersama 3 rekan mahasiswa Indonesia masih
bertahan di satu apartemen berkamar dua, di Nasser City.

Menurutnya, suasana kota
memang masih mencekam, setelah 2 juta orang turun ke jalan hari Selasa dan
setelah Mubarak berpidato. Rakyat menuntut Mubarak mundur. Sukandar mengetahui
KBRI mendirikan beberapa pusat informasi dan
mulai mendistribusikan bahan makanan. Dia juga menganggap Nasser City
adalah tempat paling strategis apabila tetap bertahan di Mesir atau bila akan
meninggalkan Mesir.

Sukandar mengaku masih bisa menghubungi KBRI via telepon
rumah. Dia sendiri belum merencanakan akan meninggalkan Mesir. Dia akan
menunggu perkembangan. Pihaknya juga tidak akan ikut-ikutan berdemo. Menurutnya,
itu adalah masalah warga Mesir sendiri dengan pemerintahnya.

Beberapa wartawan yang ikut dalam rombongan tim evakuasi Indonesia
mengaku, mereka hanya di bandara Kairo selama 3 jam saja. Ketika pesawat yang akan mengevakuasi mendarat, Warga Negara
Indonesia sudah berkumpul di bandara dan mereka tinggal
naik saja di pesawat. Bahkan, para wartawan, mereka tidak sempat melihat
suasana dalam bandara. Jarak pesawat yang mereka tumpangi terlalu jauh dengan
bangunan Bandara. Mereka hanya melihat satu pesawat Canada Air saja yang
parkir.

Untuk share atrikel ini klik www.KabariNews.com/?36285

Untuk melihat artikel Khusus lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :