foto jamban 1KabariNews – Dalam kehidupan sosial masyarakat, di kenal dengan adanya arisan. Jika biasanya arisan identik dengan lotrean berhadiah uang, perhiasan barang  lainnya yang dianggap istimewa. Namun di Banyuwangi, Jawa Timur, ada arisan mendapat jamban baru. Dengan hanya menyetor uang sebesar Rp 40 ribu per bulan selama satu tahun, peserta arisan yang memenangkan kocokan undian akan di bangunkan jamban baru yang sehat dan aman.

“Peserta warga yang tidak mempunyai jamban minimal 30 orang yang dikoordinir per dusun. Peserta arisan hanya membayar Rp 40 ribu per bulan dan akan mendapat uang Rp 1,2 juta berupa bangunan jamban baru” kata Tatiek Setyaningsih, kepala Puskesmas Tampo. Selanjutnya Tatiek menjelaskan, uang pemenang kocokan arisan akan diserahkan kepada kader Pujasera (Pergunakan jamban sehat, rakyat aman) yang kemudian akan dibangunkan jamban baru dirumahnya.

Program arisan jamban merupakan pendobrak kebiasaan buruk masyarakat yang masih suka buang air besar (BAB)  tidak pada tempatnya. Seperti di desa Kaliploso, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, yang dulu dikenal desa yang paling jorok, lantaran warganya yang mempunyai kebiasaan BAB di sungai sekitar tempat tinggalnya.

Menjadi sebuah tantangan pada awal mensosialisasikan program Pujasera, dimana banyak warga yang menentang  BAB  yang sudah menjadi kebiasaan buruk. Terbukti meskipun ada warga yang sudah mempunyai jamban  dirumahnya, masih tetap BAB di sungai. Alasan lainnya karena tidak mempunyai dana untuk membuat jamban dirumahnya.

Puskesmas Tampo, kemudian menyebarkan kader Pujasera yang dibentuk untuk secara aktif mensosialisasaikan program Pujasera. Selain menerapkan program arisan jamban di 4 wilayah kerjanya, yakni di desa Tampo, Plampangrejo, Kaliploso, dan Sembulung. Akhirnya gerakan program tersebut menuai hasil.

Dari total 8. 045 kepala keluarga (KK) yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Tampo, awalnya 1.034 KK yang sudah memiliki jamban dan kini melambung menjadi 5.030 KK. Selain itu, ada 2 desa yang telah menjadi ODF di wilayah kerja Puskesmas Tampo yang sudah terwujud yang mempunyai peran menularkan program Pujasera dan pihak Puskesmas juga membentuk kader-kader Pujasera yang pro aktif untuk mengontrol kebiasaan buruk warga.

“Ini kerja keras  dan membutuhkan kesadaran warga untuk merubah kebiasaan buruk. Coba bayangkan jika sungai untuk BAB, mandi dan cuci-cuci”, ujar Titiek. “Selain itu, jika BAB disungai akan menjadi pemandangan yang tidak enak, kan jorok” tegas Tatiek.

Salah satu peserta arisan Rukmini (30), warga desa Kaliploso mengaku senang dengan adanya program Pujasera dan arisan jamban. Sejak lahir hinga sampai saat ini, keluarganya  belum pernah memiliki jamban sendiri. Karena keterbatasan biaya dan kebiasaan BAB disungai. “Saya belum pernah punya jamban, karena kebiasaan BAB disungai dan gak ada biaya, sekarang dengan adanya arisan jamban yang murah, saya kepingin cepat-cepat dapet arisannya” kata Rukmini sambil tersenyum.

“Kalau punya jamban sendiri, saya gak usah jauh-jauh ke sungai, lagi pula kalau malam mau BAB gak repot”, ujar Rukmini. Repot dan jorok,  itulah yang menjadi salah satu alasan pihak Puskesmas Tampo untuk masuk mensosialisasikan program Pujasera.

Program Pujasera merupakan salah satu Program inovasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang mendapat apresiasi dari pemerintah pusat dan program pujasera mendapatkan penghargaan dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam inovasi pelayanan publik beberapa waktu yang lalu.