sokola rimba 1

Mengambil setting di era tahun 2000an, awal film Sokola Rimba mengisahkan tentang interaksi Butet Manurung dan anak-anak Rimba Hutan Bukit Duabelas, Jambi, yang lucu dan cerdas. Serta pertemuan Butet yang mengesankan dengan salah satu murid terbaiknya, Nyungsang Bungo. Film Sokola Romba menyajikan gambaran kehidupan salah satu masyarakat adat yang tinggal di pedalaman dan jarang di gambarkan di film Indonesia.

Bagi sutradari Riri Riza dan produser Mira Lesamana, pengalaman syuting menelusuri hutan Rimba menjadi pengalaman yang luar biasa dan belum pernah mereka alami sebelumnya. Kecintaannya  dalam membuat film berdasarkan pada kisah-kisah Indonesia yang menyentuh tentang persoalan yang ada dan yang masih terus menjadi tantangan di dalam masyarakat kita. Bukan hanya mengisahkan cerita-cerita manis dan indah saja, tapi hal-hal yang menunjukan kepada kita sebuah realitas hidup masyarakat, salah satunya Sokola Rimba.

Film ini diangkat dari sebuah buku yang berjudul sama, yaitu Sokola Rimba karya Butet Manurung. Riri dan Mira sangat mengagumi Butet karena memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakat marjinal di Indonesia yang semakin terdesak oleh arus perubahan dan modernisasi. Dan hal itulah yang memicu ketertarikan Mira dan Riri untuk mengangkat buku Sokola Rimba menjadi sebuah film.

“Bagi saya kisah Butet Manurung yang dituangkan dalam buku Sokola Rimba ini sudah memiliki muatan pesan dan gagasan yang kuat. Jadi tinggal bagaimana kami memvisualisasikan cerita buku ini ke dalam gambar film” ungkap Mira.

sokola rimba 3

Dalam mengangkat tulisan buku menjadi sebuah film, Riri juga ambil bagian menjadi penulis skenario yang memiliki pemikiran tersendir dalam memvisualisasikan isi dari cerita. “Saya membebaskan diri saya sendiri dengan membaca dengan sangat mendalam buku Sokola Rimba ini, secara intuitif dan feeling, kemudian saya tertarik dengan beberapa aspek dari buku ini. Dan aspek itulah yang kemudian saya kembangkan dan intisarikan menjadi skenario,” cerita Riri

Di mata kedua filmmaker ini, Sokola Rimba memiliki keunikan cerita tersendiri, begitu juga dengan masyarakat Rimbanya. “Kehidupan mereka sangat berbeda dengan kehidupan kota dan mereka membutuhkan pengertian dan perhatian yang lebih dalam untuk bisa tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan hutan dan keragaman Indonesia” papar Mira. “Di Sokola Rimba, kami ingin menggambarkan kehidupan masyarakat Rimba secara lebih mendalam. Mulai dari cara mereka berbicara, berpakaian sampai kebiasaan-kebiasaan mereka. Dan itu adalah sebuah tantangan karena masyarakat rimba ini orang-orang rimba, orang-orang suku Anak Dalam ini sebenarnya masih sangat memegang teguh adat. Inilah yang paling menantang, karena ketika kami memfilmkan satu cerita di dalam sebuah situasi yang penuh dengan aturan ketat, tentunya membutuhkan kepekaan tertentu,” imbuhnya.

sokola rimba 2

Hadirnya Sokola Rimba, diharapkan bisa menjadi film yang memberi pemahaman kepada masyarakat, kepada penonton khususnya untuk lebih mengenal lagi salah satu kehidupan masyarakat marjinal Indonesia yang sangat unik dan sekaligus merasa bangga pada kekayaan ada keberagaman Indonesia kita.

Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi, Butet Manurung ( Prisia Nasution) telah menemukan hidup yang diinginkannya, mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, dikenal sebagai Orang Rimba, yang tinggal di sungai Makekal di hutan Bukit Duabelas.

Hingga suatu hari Butet terserang demam malaria di tengah hutan, seorang anak tak dikenal datang menyelamatkannya. Nyungsang Bungo, nama anak itu, berasal dari hilir sungai Makekal yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat butet mengajar. Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan Ibu Guru Butet mengajar membaca.

Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluar wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok rombongan Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis bisa membawa malapetaka bagi mereka.

Namun melihat keteguhan hati Bungo dan kecerdasannya membuat Butet mencari segala cara agar ia bisa tetap mengajar Bungo, hingga malapetaka yang ditakuti oleh Kelompok Bungo benar-benar terjadi. Butet terpisah dari masyarakat Rimba yang dicintainya

Untuk share artikel  ini, Klik www.KabariNews.com/?59838

Untuk melihat artikel Film lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :

JDF