Di tengah gejolak ekonomi dan kebijakan efisiensi anggaran pemerintah Indonesia yang memengaruhi berbagai sektor, bisnis keluarga Hendry Wijaya menunjukkan ketahanan dan visi bisnis yang solid melalui langkah diversifikasi dan ekspansi yang berkelanjutan.

Hendry Wijaya selaku Chief Operating Officer, Sembada Gold tak hanya tumbuh dalam industri emas dan perhiasan, tetapi juga sektor properti dan perhotelan.

“Awalnya, bisnis ini dirintis oleh orang tua sebagai usaha grosir emas sejak tahun 1974, dan hanya memiliki dua cabang. Setelah saya menyelesaikan pendidikan pada 2013, kami menambah dua cabang lagi dan mulai fokus mengembangkan divisi retail,” ujar Hendry.

Hingga saat ini, Sembada Gold memiliki empat cabang yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Barat, dan dalam waktu dekat merencanakan pembukaan cabang baru di ibu kota provinsi.

Namun, perjalanan bisnis tak hanya berhenti di industri emas. Takdir membawanya terjun ke dunia hospitality secara tak terduga.

“Kami masuk ke industri hotel awalnya karena ada mitra usaha yang gagal bayar. Akhirnya, kami akuisisi hotel tersebut dan memutuskan untuk mengelolanya sendiri,” tuturnya.

Saat ini, ada empat hotel di kawasan Banyumas, termasuk Java Heritage Hotel Purwokerto, yang dulunya bernama Dynasty. “Awalnya kami menggunakan operator, namun kini kami kelola sendiri. Selain Java Heritage, ada juga Wisata Niaga Hotel, Puri Wisata, serta rencana pengembangan hotel baru di Yogyakarta,” jelas Hendry.

Di luar perhotelan, bisnis keluarganya juga mengembangkan bisnis di bidang properti, elektronik (dengan gerai di Jakarta dan Malang), serta hiburan melalui Aora Club & KTV. Hendry menyampaikan bahwa arah usaha ke depan akan difokuskan pada sektor utama: perhiasan, properti, dan hospitality.

Investasi Emas di Tengah Ketidakpastian: Tantangan atau Peluang?

Sebagai pelaku di industri logam mulia, Hendry melihat masa ekonomi yang tidak pasti justru sebagai peluang. “Kalau kita melek finansial dan memahami ekonomi, kondisi seperti sekarang bukan untuk ditakuti, tapi dimanfaatkan. Harga emas sempat naik tajam hingga 38 persen tahun ini,” ungkapnya.

Menurut Hendry, kunci dalam berinvestasi emas adalah tidak terburu-buru dan memahami kondisi finansial pribadi. “Idealnya, membeli emas itu dengan uang idle. Jangan sampai tergoda FOMO. Setiap bulan beli sedikit—1 gram, 5 gram—itu sudah bagus karena secara tidak langsung kita membagi risiko,” katanya.

Ia menambahkan, waktu terbaik membeli emas bukanlah saat harga sedang turun atau naik, melainkan ketika seseorang memiliki dana lebih dan rencana keuangan yang matang. “Naik turunnya harga emas itu hanya bisa kita nilai setelah kita lewat. Maka, penting untuk konsisten dan tidak menaruh semua investasi dalam satu instrumen,” sarannya.

Hospitality yang Mencoba Tahan Banting

Meski sektor perhotelan secara nasional mulai merasakan dampak dari kebijakan efisiensi anggaran pemerintah terutama pengurangan perjalanan dinas dan kegiatan luar kantor hotel-hotel di Purwokerto masih menunjukkan performa yang stabil.

“Efeknya memang ada, tapi okupansi kami masih cukup bagus. Mungkin karena posisi Purwokerto yang cukup strategis sebagai kota besar di wilayah barat Jawa Tengah,” ujar Hendry.

Ia menjelaskan bahwa Purwokerto merupakan kota yang cukup mandiri dan dikelilingi lima kabupaten penyangga, menjadikannya pusat kegiatan swasta dan bisnis yang tetap membutuhkan layanan akomodasi.

“Tidak hanya tamu bisnis, kami juga rutin mengadakan berbagai acara untuk mendongkrak okupansi. Fasilitas outdoor di hotel kami sering digunakan untuk pesta pernikahan dan event hiburan, termasuk memaksimalkan klub malam yang kami kelola,” imbuhnya.

Masa Depan Bisnis: Berani Bertumbuh, Siap Berubah

Melihat perkembangan bisnisnya yang kini mencakup logam mulia, properti, hingga hotel dan hiburan, Hendry optimis bisnis keluarganya akan terus tumbuh. Dengan visi untuk memperluas jaringan ke kota-kota besar lainnya dan menyeimbangkan strategi antara konservatif dan progresif, Hendry percaya bahwa diversifikasi adalah kunci menghadapi masa depan.

“Yang terpenting adalah tetap belajar, beradaptasi, dan tidak takut mengambil peluang di tengah tantangan,” tutupnya.

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 214