Masa pandemi perlu jadi momentum untuk terus mendorong strategi aksi perubahan iklim. Tak hanya untuk pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, namun juga berguna mendukung pembangunan manusia dan peradaban yang lebih baik. 

Manajer Senior (Hutan, Iklim dan Lautan) World Resources Institute (WRI) Indonesia, Arief Wijaya mengatakan proyeksi pembangunan nasional ke depan memang perlu diarahkan pada perlindungan lingkungan termasuk penurunan emisi rendah karbon. “Ini bisa menjadi titik balik, untuk membangun manusia dan peradaban ke depan yang lebih baik. Build back better,” ujarnya pada Webinar ‘Peningkatan Aksi Perubahan Iklim di Tengah Pandemi’, Sabtu (24/10)  dalam rangkaian Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa. 

Indonesia Team Leader 350.orgSisilia Nurmala Dewi pun menyampaikan pandemi mesti dilihat tidak hanya berfokus pada isu kesehatan dan ekonomi. Namun lebih jauh, untuk keberlanjutan lingkungan dan juga empati pada ekosistem di dalamnya. “Haruslah juga berfokus terhadap krisis iklim yang ditujukan untuk masyarakat. Perlu transisi yang adil sehingga bisa menciptakan lapangan kerja yang baru dengan aksi iklim yang meningkat,” imbuhnya.  

Terkait upaya untuk peningkatan aksi lingkungan yang efektif, Koordinator SDGs HUB UITriarko Nurlambang menyampaikan pendidikan sejak dini merupakan hal penting yang bisa diterapkan di kalangan masyarakat. Ini bisa dilakukan oleh keluarga hingga sekolah alternatif yang tak hanya menyadarkan tapi juga membudayakan soal peduli lingkungan. “Early education, jadi kunci yang bisa ditiru untuk mengubah perilaku masyarakat nantinya. Dari pengetahuan, akan ada budaya baru lalu etika publik hingga jadi gerakan masif,” ujar Triarko.

Salah satu sekolah berbasis lingkungan yang bergiat dalam aksi perubahan iklim adalah Green School di Bali. Kepala Sekolah Green School Bali, Bill Sal Gordon menjelaskan sekolah tersebut, memiliki unit tematik yang berfokus pada tema-tema keberlanjutan seperti proyek, menanam makanan, mendaur ulang sampah, membuat karya seni, membersihkan sungai atau pantai atau jalan.”Murid bisa belajar dan membangun kecintaan alam dan memberi dampak positif di lingkungan,” katanya.

Sementara itu, peran pemerintah secara lebih luas juga diperlukan. Sekretaris Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Novia Widyaningtyas mengatakan pemerintah juga berkomitmen untuk serius dalam menjaga keberlangsungan lingkungan. Termasuk, turut meratifikasi Persetujuan Paris hingga berbagai program peduli lingkungan secara nasional lainnya.

“Tanggal 23 Oktober 2020 kemarin, Menteri KLHK yang diwakili Sekjen, baru saja memberikan apresiasi pada pemenang kampung iklim di 300 desa. Selain itu, roadmap adaptasi juga terus dilakukan,” pungkasnya.

Pekan Diplomasi Iklim 2020 berlangsung mulai 24 Oktober hingga 6 November mendatang, terdiri dari serangkaian kegiatan webinar, talkshow, pertunjukkan film, demo masak, fashion show hingga penyulingan kopi, yang merupakan cara kreatif Uni Eropa dalam mengampanyekan perubahan iklim. Tahun ini, Uni Eropa berkolaborasi dengan pemerintah Indonesia, 8 kedutaan besar negara-negara anggota Uni Eropa dan lebih dari 100 organisasi not-profit, kelompok pemuda, perwakilan komunitas, sector swasta, selebriti dan opinion leader serta penggiat lingkungan.