Dalam menghentikan dampak lingkungan dari fast fashion, sangat penting untuk mengadopsi solusi yang berfokus pada pengurangan limbah seperti zero waste fashion. Tidak ada produksi barang baru tanpa limbah. Tapi konsep memiliki planet yang hijau dan gerakan zero waste fashion lebih kepada mengurangi kerusakan bumi daripada yang lainnya.

Zero waste fashion dapat menggunakan bahan daur ulang dan bertanggung jawab atas akhir masa pakai pakaian oleh perusahaan dan desainer atau membangun dan menggunakan pola dan teknik pemotongan untuk proses desain pakaian yang tidak meninggalkan sampah.

KABARI  berkesempatan berbincang dengan Janet Teowarang mengenai zero waste fashion. Janet adalah creative head dari brand asal Jakarta, anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), Fashion Designers Latin America (FDLA) dan menciptakan dan membangun Allegra Jane.

Janet memiliki pengalaman yang beragam di industri fashion serta menjadi dosen di Universitas Ciputra Surabaya pada Departemen Fashion Product Design and Business. Pada tahun 2017 Janet mendapat penghargaan Australia Awards in Fashion and Textile Sector dan menjadi penerima Alumni Grant Scheme yang dikelola oleh Australia Awards di Indonesia. Berikut kutipannya.

Zero waste fashion itu seperti apa?

Zero waste fashion adalah salah satu bentuk yaitu green and clean dari tujuh bentuk sustainable fashion (clothing) dan meminimalisasi sisa kain pada potongan pola pada kain yang dipakai, agar tidak ada yang terbuang. Jadi produk fashion (pakaian dan aksesoris) yang disebutkan zero waste fashion adalah tanpa menghasilkan sisa kain atau bahan.

Bagaimana ceritanya Allegra Jane perhatian terhadap zero waste fashion?

Sejak tahun 2018, Allegra Jane mulai menggunakan praktik sustainable fashion (clothing) dengan konsep tiga pilar keberlanjutan (TBL: Triple Bottom Line) yaitu people, planet, profit atau sosial (social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economy).

Dari konsep tiga pilar keberlanjutan ini, Allegra Jane mengadopsi bentuk sustainable fashion (clothing) dengan made to order atau custom made; high quality and timeless design (desain yang bisa bertahan 10 – 15 tahun tidak lekang waktu); fair and ethical untuk pekerja fashion dan artisan batik atau tenun yaitu misalnya menggunakan sistem fair trade; repair, redesign dan upcycle disini Allegra Jane memanfaatkan sisa kain pada desain pakaian yang lain atau memberikan opsi kepada customer untuk dapat redesign, repair pakaian – pakaian mereka yang pernah dibuat di Allegra Jane agar tidak dibuang atau menjadi limbah pakaian.

Penerapan zero waste fashion di produk fashion Allegra Jane?

Untuk zero waste sendiri, Allegra Jane melakukannya dengan cara berbeda yaitu tidak ada sisa kain yang dibuang ke pembuangan melainkan dimanfaatkan kembali atau disumbangkan untuk pemanfaatan atau didaur ulang, meminimalisasi sisa kain pada potongan pola agar tidak banyak potongan terbuang.

Untuk sosialnya seperti pemberdayaan perempuan sebagai pekerja fashion, artisan batik atau tenun agar mereka mendapatkan pembekalan, pekerjaan, dan pengembangan diri. Mengangkat kesetaraan gender dan disability inclusion yang seluruhnya mengacu pada SDGs (Sustainable Development Goals) no. 5, 8, 10, 11, 12, dan 17. Allegra Jane bekerjasama dengan para pekerja fashion, artisan batik atau tenun dengan melaksanakan pilar sosial ini.

Untuk lingkungan, Allegra Jane mengadopsi bentuk sustainable fashion (clothing) dengan made to order atau custom made atau limited collection, misal satu desain per size hanya 2 pieces saja agar tidak over production, tidak mass production; high quality and timeless design (desain yang bisa bertahan 10 – 15 tahun tidak lekang waktu) menggunakan bahan ramah lingkungan seperti Tencel, Sutra Eri, dan lainnya, juga bila menggunakan batik dengan pewarnaan alam. Kemudian dengan repair, redesign dan upcycle disini Allegra Jane memanfaatkan sisa kain pada desain pakaian yang lain atau memberikan opsi kepada customer untuk dapat redesign, repair pakaian – pakaian mereka yang pernah dibuat di Allegra Jane agar tidak dibuang atau menjadi limbah pakaian.

Secara ekonomi, Allegra Jane menggunakan bentuk sustainable fashion (clothing): fair and ethical untuk pekerja fashion dan artisan batik atau tenun yaitu misalnya menggunakan sistem fair trade dengan membayar upah yang sesuai seperti harga kain batik tulis tidak dipotong biaya atau komisi untuk artisan batik, dibayarkan sesuai harga dari hasil karya mereka dan memberikan harga yang sesuai dan pantas untuk konsumen.

Tidak hanya zero waste fashion tapi sustainable fashion (clothing) secara keseluruhan karena meneliti berbagai masalah di industri fashion, mempelajari hal – hal berkaitan dengan the truth of fast fashion.

Bedanya produk Allegra Jane dengan produk lain yang sejenis?

Kualitas jahitan dengan finishing yang rapi, tahan lama dan desain yang menggunakan detil unik, eksperimen fashion pada potongan (cutting) dengan permainan pola, material namun desain tetap dapat dipakai dalam rentang waktu panjang dengan timeless design. Harga seimbang dengan hal – hal pada produk yang diberikan kepada konsumen.

Allegra Jane akan ada rencana apa?

Berupaya mendapatkan sertifikasi untuk brand Allegra Jane yang mengusung konsep sustainable fashion (clothing) yaitu ethical clothing (eco-label) certification seperti GOTS: Global Organic Textile Standards atau B Corp atau Fairtrade International dan lain – lainnya.

Industri fashion sebagai salah satu penyumbang limbah yang mungkin terbesar selain industri lainnya, pendapat Anda?

Industri fashion adalah industri kedua yang terbanyak menyumbang limbah dari limbah cair, gas hingga padat. Hal ini sudah berlangsung sejak tahun 1990-an.

Urgensi dari Industri fashion terhadap zero waste fashion?

Bukan hanya zero waste fashion saja, tapi konsep sustainable fashion (clothing) secara keseluruhan. Sangat mendesak karena sistem di industri fashion harus diperbaiki dengan adanya perubahan karena memprihatinkan akan kasus-kasus seperti child labor, runtuhnya Rana Plaza di Bangladesh tahun 2013, forced labor seperti yang ada di Uyghur, Xinjiang di Cina.

Ditambah UNESCO telah memformulasikan agenda SDGs (Sustainable Development Goals) untuk tahun 2030 dan pemerintah Indonesia juga telah mendukung program ini sejak tahun 2019 sehingga hal ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan oleh masyarakat global serta Indonesia.

Hambatan dalam industri fashion Indonesia dalam menerapkan zero waste fashion ini?

Banyak dan hambatan bukan hanya pada zero waste fashion saja tapi mengedukasi konsep sustainable fashion (clothing) ke masyarakat belum dapat merata dan dipahami benar, karena terkait perekonomian, contohnya kini masih banyak orang – orang yang kembali membeli produk fast fashion karena semua bahan pokok kehidupan menjadi mahal sehingga tidak adanya opsi untuk membeli produk sustainable clothing yang memiliki harga cukup tinggi.

Bagaimana zero waste fashion ke depannya dalam Industri fashion?

Untuk sekarang sudah mulai banyak pelaku industri fashion di Indonesia mengadopsi zero waste fashion terutama di Jakarta dan Bali, jika di luar negeri sudah lebih banyak dan dikenal lebih dulu daripada di Indonesia.  Sehingga di Indonesia kedepannya bisa lebih banyak masyarakat yang mengenal zero waste fashion (clothing), namun untuk digemari atau menjadi tren saya rasa belum dalam waktu dekat selagi demand dan produk – produk fast fashion masih tersedia, serta perekonomian dunia belum membaik.

Artikel ini juga bisa dilihat di Majalah Digital KABARI 188

Baca Juga: