Indonesia memiliki beraneka ragam seni dan budaya yang harus dijaga kelestariannya. Marlupi Dance Academy (MDA) mempersembahkan karya seni terbarunya bertajuk Rama dan Shinta yang digelar pada tanggal 28-29 Oktober 2017 di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. MDA merupakan akademi tari  yang didirikan oleh Marlupi Sijangga pada tahun 1956 yang silam. Melalui tangan dingin yang kental akan budaya tanah air, Marlupi berhasil menelurkan balerina-balerina handal.

Di usianya yang ke-80, Marlupi, baru-baru ini mendapat penghargaan oleh pemerintah sebagai maestro Seni Tradisi kategori Pencipta, Pelopor, dan pembaruan Seni Tari di Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Jakarta, 28 September 2017 lalu.

MDA semakin berkembang sejak keterlibatan Fifi Sijangga,  Putri dari Marlupi Sijangga yang berhasil membuka cabang di Jakarta untuk meneruskan generasinya yang kedua. Dalam keterlibatannya, MDA berhasil mencetak prestasi baik nasional maupun internasional sebagai salah satu akademi tari unggulan di tanah air sejak tahun 1995.

Pada tahun 2014, memasuki generasi ketiga yang melibatkan cucu dari Marlupi Sijangga, Claresta Alim, yang tergabung sebagai Direktur seni pertunjukan, MDA  semakin berkembang dengan membuat program pelatihan yang dibuat khusus untuk mendukung siswa yang menginginkan karir profesional. Dari ketiga generasi inilah MDA kemudian menjadi akademi tari terbesar sekaligus tertua di Indonesia yang namanya sangat diperhitungkan di dalam dan luar negeri.

Lewat kompetisi baik lokal maupun internasional serta berbagai pertunjukan yang diselenggarakan, Marlupi Dance Akademi memberikan wadah kepada murid mengekspresikan bakat yang dimiliki untuk dinikmati serta diapresiasi oleh khalayak.

Pertunjukan Rama dan Shinta ini diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kualitas seni dan budaya di Tanah Air. Melalui balet, sebuah karya sendratari yang dituangkan dalam bentuk koreografi melalui musik orkestra, mime, dan akting, MDA turut andil menjaga jati diri Indonesia melalui pertunjukan Rama dan Shinta yang dikreasikan oleh Yuniki Salim dengan Fifi Sinjangga sebagai Artistic Director.

Dalam durasi 60 menit, Rama dan Shinta ditampilkan dalam bentuk balet klasik yang disesuaikan dengan cerita pewayangan asli yang melegenda. Pertunjukan yang melibatkan Didi Budiarjo sebagai Costume Designer dengan Accesories dari Rinaldy A Yunardi, serta Felix Christianto sebagai Music Director akan memberikan suguhan yang bisa memukau penonton.

Selain itu, tujuh kelihaian para penari akan dilibatkan sebagai pemeran utama, salah satunya adalah Michael Salim, serta 250 penari dilibatkan sebagai penari pendukung dalam pertunjukan Rama dan Shinta ini. Rama dan Shinta berkisah tentang kehidupannya yang sangat bahagia di hutan  dengan ditemani oleh Laksamana yang merupakan saudara dari Rama dan Seekor burung bernama Jatayu yang dengan setia menemani Shinta.

Namun, pada suatu hari datanglah Rahwana yang sudah lama terpesona dengan kecantikan Shinta, melihat bahwa Shinta sedang sendirian tanpa siapapun yang menjaganya, dia menyamar menjadi sebagai seorang pengemis supaya Shinta iba dan keluar dari lingkaran untuk menolong pengemis tersebut. Rahwana berhasil menculik Shinta, kemudian Rama dan Laksamana menolong Shinta dan bertemu dengan Hanoman si Raja kera beserta pasukannya dalam perjalanan menuju tempat Rahwana, Hanoman bersedia membantu Rama menyelamatkan Shinta.

Pertunjukan ini memiliki konsep dan persiapan yang cukup matang  dengan menghadirkan tata panggung, tata cahaya, tata musik dan tata kostum yang menawan dari orang-orang yang sangat kompeten di bidangnya, serta para balerina yang pastinya akan menunjukan performa terbaiknya, pertunjukan ini akan menjadi pertunjukan yang ditunggu oleh masyarakat Indonesia.

“Selain menyediakan wadah bagi murid MDA untuk menampilkan skill yang dipelajari selama belajar di MDA, pertunjukan Rama dan Shinta ini bertujuan untuk generasi penerus agar lebih mengenal dan mencintai budaya Indonesia,” tutup Fifi saat konferensi pers maha karya seni pewayangan Rama dan Shinta di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. (26/10).

Save