Bila kebetulan kita melihat situs Amerika atau hiasan dengan merk Serena and Lily atau Viva Terra, akan ditemukan beberapa barang dari bahan alumunium yang berukir. Bila dilihat lagi, namanya akan berbau Bali; Kuta Hamper and Waste Bin atau Kuta Jewelry Box. Dari Bali ?

Jangan salah, alumunium berukir itu memang dari Indonesia, tapi bukan
Bali melainkan dari Semarang Jawa Tengah. “Kami memang terinspirasi
dari bagusnya tempat sesaji untuk upacara di Bali,” kata Budi
Totokusumo, Managing Director PT Passion for Handicraft yang memproduksi alumunium berukir itu.

Tempat sesaji yang dimaksud oleh Budi biasanya adalah tempat untuk
sesaji buah maupun bunga yang sering digunakan dalam upacara-upacara di
Bali. Seluruh ukiran produksi Semarang ini seluruhnya dikerjakan oleh
tangan, bukan dengan mesin.

Awalnya tak mudah, karena ahli ukir terbiasa mengukir berbahan dasar
keras, semisal kayu. “Tak mudah untuk bagi pengukir memindahkan seni
ukir dari kayu ke aluminium,” kata Budi. Kadang mereka mengukir dengan
keras sehingga ukiran yang dihasilkan tak halus. Alumunium lebih peka
sehingga mengukirnyapun harus lebih halus dan pelan.

Hasilnya ? Tak saja indah tapi ukiran itu sangat halus. Alumunium
berkilat itu diubah menjadi barang berukir beraneka rupa, dari pigura
foto, hiasan Natal, tempat buku sampai kotak-kotak penyimpanan yang
sangat indah. Dari seluruh karya, yang paling diminati pasar adalah
hiasan Natal alumunium berukir dan kotak penyimpanan, vas bunga, tempat
tissu dan kursi. “Umumnya peminat barang kami adalah orang Eropa dan
Amerika. Mereka suka dengan barang yang indah dilihat namun juga bisa
dipakai,” kata Sylvester Untung, Manager Produksi. Karena itu barang
mereka dipakai oleh merek-merek seperti Serena and Lily serta Viva Terra (Amerika Serikat). Pasar Eropa juga amat menyukainya.

Belakangan mereka mulai mengkombinasi alumunium dengan kayu,
alumunium dengan kaca atau alumunium dengan bahan pandan. Hasilnya ?
Berupa pigura foto alumunium –kayu, kotak penyimpanan alumunium-pandan
dll. “Pasar luar negeri amat menyukainya,” kata Untung.

Meski sangat disukai dan laris di pasar luar negeri, bukan berarti
tanpa hambatan. “Pasar Eropa menerapkan kualitas kontrol ketat. Misalnya
tak mau menerima ukuran yang tak sama meski hanya berbeda beberapa
milimeter,” kata Untung. Hal ini disebabkan mereka memproduksi dengan
tangan bukan dengan mesin. Tapi hambatan itu bisa diatasi dengan
menjelaskannya kepada pembeli.

Meski diproduksi di Semarang, beberapa tahun terakhir mereka juga
mendidik ahli ukir di Bali, Sulawesi Selatan dan beberapa wilayah
Indonesia. Beberapa daerah Indonesia memang memiliki pola ukir yang
berbeda, namun khas Indonesia. Ini yang biasanya disukai oleh pasar luar
negeri. Dari pelabuhan Semarang, barang-barang seni ini dikirim ke
seluruh dunia.

Selama ini PT Passion memang lebih mengandalkan pasar luar negeri
dibanding pasar dalam negeri. Karena Eropa dan AS lebih bisa menerima
dan menghargai produk tersebut. “ Pasar dalam negeri masih kurang
bagus,” kata Budi. Mereka menjual termurah yaitu hiasan Natal seharga
US$ 0,5, sedangkan termahal berkisar US$ 60. Penjualan di tahun 2010
mencapai US$ 464 ribu dan meningkat setiap tahun.

Karena itu mereka sangat rajin mengikuti pameran di luar negeri dan
sesekali di dalam negeri. Pameran yang rutin mereka ikuti adalah Hongkong Gift dan Premium Fair di Hongkong dan Ambiente fair Frankfurt dan Tendence Fair Frankfurt di Jerman.

Jadi apabila kita jalan-jalan di pusat perbelanjaan terkemuka di
Amerika Serikat, Jerman atau Perancis dan mendapati beberapa barang
dekorasi dengan ukiran khas Indonesia, berpikirlah bahwa barang itu dari
Nusantara, namun dengan merek asing. Jadi, banggalah dengan seni dan
budaya Indonesia.(1002)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?38040

Untuk

melihat artikel Sana-Sini lainnya, Klik

di sini

Mohon beri nilai dan komentar di
bawah artikel ini

____________________________________________

Supported

by :