KabariNews – United State Agency for International Devolopment (USAID) atau Badan Bantuan Pembangunan International Amerika-Indonesia, menyelenggarakan Seminar atau lokakarya Purna Program Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene (IUWASH) di Hotel Bumi Surabaya, Kamis (03/03). Sekaligus penutupan program USAID selama 5 tahun lalu.

Acara yang mengangkat tema “Inspiring Moment for Urban Water and Sanitation”, dihadiri oleh Konsulat Jenderal Amerika Serikat (AS), Heather Variava, mitra program SKPD yang meliputi 12 Kota/Kabupaten di seluruh Jatim dan mitra program lainnya. 12 kota/kabupaten sebagai mitra progamnya meliputi Kabupaten Sidoarjo, gresik, Malang, Lamongan, Jombang, Mojokerto, dan Probolinggo. Sedangkan untuk kota meliputi Surabaya, Mojokerto, Malang, Batu dan Probolinggo.

Dalam kesempatan itu, USAID melalui Konsulat Jenderal AS, Heather Variava memberikan apresiasi  kepada 12 Kota/Kabupaten sebagai penghargaan atas kerjasamanya selama 5 tahun antara USAID dengan 12 Pemerintah Kota/Kabupaten di Jatim.

Selanjutnya, USAID akan meluncurkan program bantuan air bersih yang di khususkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, setelah mendapatkan lembaga pendampingan atau dengan afiliasinya (IUWASH) untuk program air, sanitasi dan kebersihan perkotaan di Jatim.

Program USAID tahun ini difokuskan pada 6 kota dan kabupaten  sebagai penerima bantuan tersebut, diantaranya, untuk kota, Surabaya dan Probolinggo sedangkan untuk kabupatennya, Lamongan, Sidoarjo, Gresik dan Mojokerto.

Sebagai sumber kebutuhan utama, air bersih menjadi program awal dengan diluncurkannya air bersih untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah dengan menggunakan  meteran induk di 6 kota/kabupaten di Jatim.

Laksmi Cahayaniwati selaku koordinator IUWASH mengatakan masyarakat yang berpenghasilan rendah merupakan sasaran utama program ini, karena kalau hanya mengandalkan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) akan mengalami kesulitan

“Karena pihak PDAM sendiri banyak mengalami kendala untuk merealisasikan air bersih ke masyarakat”. Akhirnya akan muncul master meter, bagai mana caranya masyarakat bisa memperoleh air bersih yang belum bisa terlayani oleh PDAM?”tuturnya.

Laksmi kemudian memberikan contoh, masyarkat yang mendiami tanah milik suatu instansi tidak bisa terlayani fasilitas air bersih oleh PDAM. Ini merupakan salah satu kendala bagi pihak PDAM yang terbentur dengan aturan atau birokrasi yang diterapkan.

Namun bagai manapun juga, mereka adalah manusia sebagai warga negara Indonesia yang harus di berikan dan dipenuhi hak-haknya seperti yang tercantum dalam Undang-Undang dasar 1945. Oleh karena itu melalui program USAID dengan berbasis masyarakat seperti master meter diharapkan masyarakat dapat menikmati fasilitas air bersih yang layak untuk kebutuhan sehari-hari dari PDAM.

Sementara itu Jhon Hansen, selaku Direktur Kantor Pengembangan USAID mengatakan, “Program air bersih master meter diharapkan mampu meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih sebagai bahan air minum oleh PDAM”. Selain itu, Porgram air bersih ini diharapkan dapat menjangkau masyarakat di pelosok pedesaan yang selama ini kesulitan untuk mendapatkan air bersih. (Yan – Jatim)