Olimpiade adalah sebuah pesta. Pesta besar tingkat dunia yang diikuti banyak negara dengan bermacam olahraga. Dan pesta setiap 4 tahun sekali ini, kota London yang menjadi tuan rumah sejak 27 Juli – 12 Agustus 2012.

Hasilnya? Amerika Serikat menempati posisi pertama dengan 46 emas, 29 perak dan 29 perunggu. Tiongkok di posisi kedua dengan 38 emas, 27 perak dan 22 perunggu. Tuan rumah Inggris Raya, menempati posisi ketiga dengan 29 emas, 17 perak dan 19 perunggu.

Sedangkan Rusia saat Olimpiade Beijing 2008 berada di peringkat ketiga, tahun ini harus turun ke peringkat keempat dengan perolehan 24 emas, 25 perak dan 33 perunggu. Korea Selatan dengan 13 emas, 8 perak dan 7 perunggu. Indonesia? Indonesia yang sudah 14 kali ikut Olimpiade berada di peringkat ke 63 dari 85 negara yang berhasil meraih medali. Dua medali (perak dan perunggu ) diraih dari cabang angkat besi.

Indonesia pertama kali ikut Olimpiade pada tahun 1952 di Helsinki, Finlandia dan baru berhasil meraih medali pada tahun 1988 di Seoul, Korea Selatan melalui cabang panahan. Saat itu, Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardani dan Lilies Handayani meraih medali perak.

Di Barcelona, Tradisi Emas Dimulai

Pada Olimpiade Barcelona 1992, Indonesia berhasil meraih medali emas dari cabang bulutangkis yang diperoleh Susi Susanti serta Alan Budi Kusuma (dua pemain ini akhirnya menikah). Tahun itu, memang bulutangkis dipertandingkan untuk pertama kali. Sejak itu bulutangkis memiliki tradisi penyumbang emas bagi Indonesia di olimpiade.

Selanjutnya, ganda putra, Rexy Mainaky/Ricky Subagja meraih emas di Atlanta tahun 1996, pasangan Candra Wijaya/Tony Gunawan juga meraih emas di Sydney tahun 2000. Taufik Hidayat kembali menjaga tradisi emas di Olimpiade Athena 2004. Di Olimpiade Beijing tahun 2008 pasangan ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan mampu menjaga tradisi emas bagi Indonesia.

Namun di London tahun ini, bulutangkis Indonesia harus menerima mimpi buruk dan akan tercatat pada sejarah hitam bulutangkis negara ini. Tak seorang pun pemain yang bisa masuk final. Lebih buruk lagi, pasangan ganda wanita Indonesia adalah salah satu pasangan yang di diskualifikasi (larangan untuk melanjutkan pertandingan) dari penyelenggara.

Ada delapan pemain yang di diskualifikasi, yaitu ganda putri Wang Xiaoli/Yu Yang (RRT), Jung Kyung Eun/Kim Ha Na (RRT), Ha Jung Eun/Kim Min Jung (Korea Selatan), serta Meiliana Jauhari/Greysia Polii (Indonesia). Larangan melanjutkan pertandingan itu terjadi, karena pemain-pemain tersebut bertindak tidak sportif (tidak menjunjung nilai-nilai pertandingan) dalam pertandingan terakhir penyisihan grup.

Ganda nomor satu dunia asal Tiongkok, Wang Xiaoli/Yu Yang ‘menyerah’ secara tidak wajar terhadap Jung Kyung Eun/Kim Ha Na (Tiongkok juga) dalam waktu sekitar 20 menit, sehingga Jung/Kim berhasil menjadi juara group A. Hasil pertandingan ini membuat pertandingan selanjutnya di group C antara Meiliana/Greysia melawan Ha Jung Eun/Kim Min Jung dari Korea Selatan berlangsung tidak menarik.

Baik Meiliana/Greysia dan Ha/Kim terkesan tidak menginginkan kemenangan agar terhindar dari Wang/Yu di perempat-final. Wasit kehormatan sempat memberikan peringatan kepada kedua pasangan, agar tetap bermain sungguh-sungguh dan menjunjung sportivitas. Para penonton pun beberapa kali memberikan cemoohan pada kedua pasangan. Meiliana/Greysia dalam pertandingan ini kalah dalam 3 pertandingan yang membosankan.

Harapan Indonesia untuk bisa meraih medali di nomor ganda putri, sirna. Hasil pertandingan lain adalah ganda campuran Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir juga gagal. Sedangkan Taufik Hidayat gagal di babak 16 besar, setelah kalah dari pemain nomor satu dunia Lin Dan (RRT). Begitu juga Simon Santoso dan Adrianti Firdasari, juga Muhammad Ahsan/Bona Septano. Tak ada satu keping medali pun dari tim bulutangkis Indonesia. Padahal 15 – 30 tahun lalu, Indonesia adalah tim tangguh yang disegani lawan-lawannya.

Ada Apa?

Tak ada permintaan maaf secara resmi dari Menteri Olahraga Indonesia, Andi Malaranggeng untuk hal itu. Yang ada adalah permintaan maaf secara resmi oleh presiden IOC (International Olympic Comittee) dan pelatih Tiongkok atas hal tersebut.

Setiba di Indonesia, Andi hanya menyebut bahwa tradisi memperoleh emas di Olimpiade London tahun ini memang gagal. Salah satu penyebabnya adalah, selama ini Indonesia masih mengandalkan emas dari satu cabang olahraga, yaitu bulutangkis. ‘’Kita akui memang Olimpiade London tahun ini prestasi kita kurang menggembirakan. Salah satu sebabnya karena kita masih mengandalkan cabang bulutangkis untuk mendapatkan medali emas. Ke depan harus diperbaiki lagi, minimal kita harus memiliki lima cabang olahraga yang menjadi andalan untuk mendapatkan medali emas di Olimpiade Brazil mendatang,’’ kata Andi.

Beberapa mantan pemain Indonesia menyikapinya dengan berbeda. Alan Budikusuma misalnya. Dia mengatakan, bahwa sikap pasangan putri Indonesia adalah bagian dari strategi dan itu sah.

Sedangkan mantan pemain lainnya, yaitu Hendrawan mengaku sedih luar biasa dengan kondisi ini. Mantan pemain yang meraih emas di Olimpiade Sydney dan pernah melatih tim Malaysia ini mengatakan, bahwa hal ini harusnya jadi pelajaran berharga bagi Indonesia. “Kita harus berani mengakui saat ini kita gagal. Dengan mengakui kita gagal, pasti kita akan mencari jalan yang terbaik untuk bangkit,” jelas Hendrawan.

Yang agak mengejutkan adalah, reaksi dari salah seorang pelatih Indonesia, Christian Hadinata. Sosok yang puluhan tahun setia melatih tim Indonesia ini memang mengkritik pedas kepengurusan PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia). Menurutnya, dalam setiap berganti kepengurusan, pengurus selalu ingin kelihatan berprestasi. “Yang dikirim pada pertandingan baik Grand Prix maupun Super Series adalah pemain-pemain senior yang terlalu kenyang bertanding,” kata Christian. “Kondisi ini tak bagus karena pertandingan adalah hal penting untuk seorang pemain”, tambahnya.

Hal ini berbeda dengan cara RRT atau Malaysia memperlakukan pemainnya. Tiongkok mengirimkan pemain juniornya ke pertandingan-pertandingan besar. Meski awalnya mungkin kalah, pemain junior itu belajar banyak dari pemain senior dari negara lain. “Tak ada hal yang lebih baik dari pengalaman,” kata Christian. Berbekal itu, pemain junior RRT atau Malaysia mendapat bibit-bibit pemain baru yang handal. “Sementara Indonesia hanya pemain yang itu-itu saja,” kata Christian.

Jadi, siapa yang harus disalahkan dengan kondisi ini? Pemain ? Pelatih ? Atau pengurus? Tapi terpenting dari itu semua adalah, bahwa Indonesia harus benar-benar memperbaiki perbulutangkisan di Indonesia. Indonesia memiliki banyak atlet bulutangkis yang baik (lihat tulisan : Indonesia ada di mana-mana) tapi seringkali pengurus dan masyarakat memperlakukan mereka dengan salah. (1002)

Jejak-jejak Emas Indonesia di Olimpiade

Sejak awal keikutsertaan di ajang Olimpiade, Indonesia sudah mengumpulkan sebanyak 25 medali. Rinciannya 6 medali emas, 9 medali perak dan 10 medali perunggu. Perolehan medali Indonesia pada ajang olimpiade adalah sebagai berikut:

1. Olimpiade Seoul 1988 :
– Medali Perak : cabang panahan beregu putri diraih Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani, dan Lilies Handayani.
2. Olimpiade Barcelona 1992 :
– Medali Emas : cabang bulutangkis diraih Susi Susanti (tunggal putri) dan Alan Budikusuma (tunggal putra).
– Medali Perak : cabang bulutangkis diraih Ardi B. Wiranata (tunggal putra) dan Eddy Hartono/Rudy Gunawan (ganda putra).
– Medali perunggu : cabang bulutangkis diraih Hermawan Susanto (tunggal putra).
3. Olimpiade Atlanta 1996 :
– Medali Emas : cabang bulutangkis diraih Rexy Mainaky/Ricky Subagja (ganda putra),
– Medali Perak : cabang bulutangkis Mia Audina (tunggal puteri).
– Medali Perunggu : cabang bulutangkis diraih Susi Susanti (tunggal putri) dan Denny Kantono/Antonius B. Ariantho (ganda putra).
4. Olimpiade Sydney 2000 :
– Medali Emas : cabang bulutangkis diraih Tony Gunawan/Caandra Wijaya (ganda putra).
– Medali Perak : cabang bulutangkis diraih Hendrawan (tunggal putra), Tri Kusharjanto/Minarti Timur (ganda campuran), cabang angkat berat putri Raema Lisa Rumbewas (kelas 48 kg).
– Medali Perunggu: cabang angkat berat putri diraih Sri Indriyani (kelas 48 kg) dan Winarni (kelas 53 kg).
5. Olimpiade Athena 2004 :
– Medali Emas: cabang bulutangkis diraih Taufik Hidayat (tunggal putra).
– Medali Perunggu: cabang bulutangkis diraih Sony Dwi Kuncoro (tunggal putra) dan Flandy Limpele/Eng Hian (ganda putra).
6. Olimpiade Beijing 2008 :
– Medali Emas : cabang bulutangkis diraih Markis Kido/Hendra Setiawan (ganda putra).
– Medali Perak : cabang bulutangkis diraih Nova Widianto/Lilyana Natsir (ganda campuran).
– Medali Perunggu : cabang bulutangkis diraih Maria Kristin Yulianti (tunggal putri), dan cabang angkat besi diraih Eko Yuli Irawan (angkat besi 288 kg) dan Triyatno (angkat besi 298 kg).
7. Olimpiade London 2012 :
– Medali Perak : cabang angkat besi diraih Triyatni (angkat besi 333 kg)
– Medali Perunggu : cabang angkat besi diraih Eko Yuli Irawan (angkat besi 317 kg)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?48908

Untuk melihat artikel Utama lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported by :