Sebuah konser penuh makna digelar oleh Vens Club Music School pada 10 Mei 2025 di Meta Hall, Kelapa Gading. Konser tahunan bertajuk Annual Vens Club ini menghadirkan 99 siswa dari berbagai latar belakang, termasuk 50 persen anak berkebutuhan khusus (special needs) dan 50 persen siswa reguler.
Di bawah arahan pendiri sekaligus pemilik Vens Club, Veny Lie, konser ini menjadi panggung pembuktian bahwa musik dapat menjadi media inklusif yang memberdayakan.
“Konser ini kami adakan setiap tahun, dan tahun ini kami tampilkan siswa-siswa kami dari berbagai level kemampuan—baik anak reguler maupun anak special needs,” ujar Veny Lie. Ia menekankan bahwa acara ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan bagian dari program pendidikan yang mendalam.
“Kebetulan bertepatan dengan bulan Pendidikan, jadi kami ingin anak-anak belajar arti tampil di atas panggung, menerima tepuk tangan, hingga tahu bagaimana memberi hormat kepada penonton,” tambahnya.
Konser dibagi dalam tiga sesi, menampilkan pertunjukan piano dan alat musik tradisional Tiongkok Guzheng (kecapi China). Ada pula penampilan duet kakak-beradik yang dilatih untuk bermain bersama, hingga kolaborasi antara guru dan murid berkebutuhan khusus yang telah berlatih secara intensif.
Bagi anak berkebutuhan khusus, tantangan untuk bisa tampil tidak ringan. Veny menjelaskan bahwa proses latihan tidak hanya soal menguasai lagu, tetapi juga melatih durasi duduk, mengatasi ketakutan akan suara keras dan cahaya panggung, hingga membangun rasa percaya diri.
“Awalnya mereka bisa tantrum karena terlalu sensitif terhadap suara dan pencahayaan. Tapi biasanya setelah konser pertama, mereka mulai terbiasa dan bisa tampil lebih mandiri di konser berikutnya,” ujarnya.
Konser ini bukan yang terakhir. Vens Club telah merencanakan konser nasional dua tahun sekali dan partisipasi dalam ajang internasional. Tahun lalu, Veny memboyong 11 murid tampil di Kuala Lumpur, dan tahun ini, ia kembali menargetkan penampilan serupa di luar negeri.
Tujuan utama dari konser tahunan ini, menurut Veny, adalah untuk membentuk karakter anak melalui musik.
“Kami ingin anak-anak punya rasa percaya diri. Lewat musik, mereka tidak hanya bisa tampil, tapi juga kelak bisa mencari penghasilan. Musik bisa jadi jalan hidup, terutama untuk anak special needs yang mungkin kesulitan bersosialisasi. Dengan bermain piano, mereka tetap bisa berkarya dan menghasilkan, walaupun tidak banyak bicara,” katanya.
Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 214
Simak wawancara Kabari bersama Veny Lie dibawah ini