Richard Denny Nahazon Nope atau yang dikenal dengan Denny Frust merupakan musisi yang selalu konsisten bermusik dalam aliran Reggae dan Ska Indonesia.

Pria berdarah Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur ini memulai karirnya pada tahun 2009-an di Surabaya. Diawali dengan band besutannya bernama Nyiur Melambai.

Pria yang dijuluki Prince Ska oleh massa ini berkisah awal meniti karirnya di dunia musik, “Secara profesional pada tahun 2009 saya memulai karirnya di dunia musik, dari mulai ngeband tahun 95an sejak SMP, lalu SMA bikin band, waktu di Surabaya, pada waktu itu sempat bikin band Nyiur Melambai,” kenang Denny kepada Kabari di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.

Lebih jauh Denny menambahkan, “Beberapa saat kemudian saya ke Jakarta untuk menginjakkan kaki di dunia musik yang jauh lebih luas dan lebih besar,” imbuhnya.

Pada tahun 2009 Denny Frust bergabung dan mendapatkan kepopulerannya dengan band Ska yang ada di Jakarta, yakni Monkey Boots, hingga akhirnya ia bersama dengan Monkey Boots menelurkan karya musik terbarunya berjudul “Big Monkey” pada tahun 2010 dan Interaksi (2015) dimana sebagian besar lirik dari kedua album tersebut di tulis oleh Denny.

Diketahui, musik Reegae dan Ska ini memang tergolong masih jarang di hiburan musik tanah air, namun Denny mampu menggali dan konsisten agar genre musik tersebut untuk mengembangkan musik Reggea dan Ska dengan kemampuan yang dimiliki oleh Denny. Pengalaman survive tersebut sangat dirasakan Denny hingga akhirnya ia bisa membuka pintu baru yang memungkinkan untuk bisa maju.

Selain itu, pengalaman survivenya memberikan makna perjuangan bagi Denny, dari mulai numpang di rumah teman hingga berpindah-pindah tempat tinggal bahkan denny pun sempat merasakan ketika dirinya berada di titik terendah dalam meniti karirinya.

“Dari Surabaya ke Jakarta, karena sudah mentok aku bersyukur ditemukan dengan orang yang paling berjasa namanya Steven, dia yang memotivasi dan dia yang menjadi mentor aku, berani mengambil risiko keluar dari zona nyaman hijrah ke Jakarta dan bertarung dengan musik yang memang ga banyak orang mainin, segmented lah kalau kata orang, “ ungkap Denny.

“Pada awal di Jakarta aku numpang tempat dia, tapi setelah beberapa hari aku harus keluar , bahkan tidur di jalan dengan mengamen di bis-bis di ibu kota. Sambil membuka jaringan namun setelah itu, saya percaya Tuhan penya rencana keren buat aku sampe sekarang, “ katanya.

Membuka jaringan di jalur musik Ska, Reggae diawali dengan pendektan pada komunitas musik Pank yang ada di Jakarta. “Pada saat di Jakarta kondisi aku ketemu dengan orang-orang baru, setiap ada acara musik aku datang nonton, dari situlah aku mulai kenal satu dengan yang lain, bahkan dengan kebetulan aku menjadi salah satu vokal di band komunitas tersebut,” ujar Denny.

Dengan memacu semangat pertemanan bersama komunitas musik Reggae dan Ska di beberapa daerah seperti di Bogor, Cilacap, Purwokerto membuat Denny terus berupaya membuka pintu jaringan sebagai power untuk memajukan genre musik tersebut agar semakin diterima oleh kaum milenial.

Seiring berjalannya waktu, Denny pun akhirnya memutuskan untuk bersolo karir dirinya merasa Monkey Boot sudah tidak mampu mengakomodir impian.

Impian Denny ingin mewujudkan karyanya tak hanya dikenal oelh penikmat musik tanah air, namun dirinya bertekad karyanya bisa dikenal di kancah dunia.

“Jujur, aku punya impian yang begitu besar, aku sudah pergi ke Jakarta untuk menentukan karir musik aku, otomasis tak hanya di Jakarta, aku harus bisa keluar Jawa, aku harus lihat Indonesia, tapi bukan hanya dikenal di Indonesia saja, “ katanya.

Selain itu, lanjut dia, “Sementara di band aku ga bisa seperti ini, yang namanya band semua harus forum, bukan hanya band, bikin album aja itu juga forum dan mungkin itu yang lebih memicu aku memang harus keluar, aku memang harus bisa lihat dunia,” imbuh Denny semangat.

Baginya, kepopulerannya bukan hanya untuk dirinya saja, namun, ia berharap bisa berkarya lebih luas lagi dengan membuka jaringan dan bisa membantu teman musisi yang lain.

Pada tahun 2016 Denny merasa perlu untuk membuat gerakkan dan mengekspresikan dirinya sendiri secara independen dari Monkey Boots. Dia menginginkan sesuatu yang lebih hebat. Setelah berpisah denagn band, Denny merilis album berjudul “Tiada Beban” dan mendapat respons di kancah musik tanah air.

Perjalan musik Denny terus mencapai peningkatan bahkan membuka pintu baru yang memunginkan untuk lebih banyak bereksperimen pada musiknya. Baginya, karya musiknya bukan hanya disukai oleh penikmat musik di dalam negeri saja tetapi penggemar dari berbagai negara Asia Tenggara separti Singapura, Malaysia hingga Vietnam.

Banyak impian yang ingin dicapai oleh seorang Denny Frust, hal ini pun tak mudah baginya untuk tetap konsisiten dan semangat dalam mewujudkan segala impiannya tersebut.

“Aku punya impian yang ga hanya bikin album Jamaica musik, aku juga punya impian bikin album solo, aku juga pengin punya solo konser yang aku main dengan lagu-lagu aku sendiri, dan aku juga pengen main di negara-negara yang ajaib dan pengen punya label rekaman sendiri yang bisa mengakomodir temen temen dan bisa membantu mereka dengan jaringan yang aku punya banyak hal, karena memang saat ini aku harus fokus disitu, fokus harus gerak,” jelas Denny optimis.

Selain itu, ia juga berharap ingin mewujudkan impiannya bisa bermain musik di kawasan Amerika Latin, dimana warna musik Denny diketahui sangat familiar di Amerika Latin. “Semoga aku dikasih kesehatan, di kasih kesempatan untuk berkarya dan dikasih kesempatan untuk bisa mambantu teman-teman dengan jaringan yang aku punya dan semoga musik di Indonesia lebih lagi bisa diterima dan jadi raja di negeri sendiri,“ pungkasnya.

Denny juga mengharapkan musik Indonesia semakin maju dan semakin banyak lagi musisi tanah air yang go international.