Edith Widayani adalah salah satu musisi wanita muda yang memiliki prestasi sebagai pianis, namanya kini dikenal dunia dengan kepiawaiannya bermain piano.

Memulai karirnya menjadi pianis, Edith berkisah, “Awalnya memang dari kecil, orang tua saya seneng banget sama musik, sejak umur 3 tahun saya dimasukkin les piano,” kenang Edith kepada Kabarinews.

Menginjak remaja dirinya memutuskan untuk sekolah musik, lanjut dia, “Akhirnya saya tidak lulus SMA terus langsung SMA musik, lalu saya pindah ke Beijing kemudian setelah itu pindah ke Amerika Serikat salama 10 tahun di AS untuk S1 sampai S3, jadi sekarang saya sudah balik ke Indonesia,” imbuhnya.

Berangkat dari dukungan orang tua, Edith konsisten untuk menekuni dunia musiknya bermain piano hingga kini kiprahnya sudah menghasilkan berbagai penghargaan.

Perempuan cantik kelahiran 30 tahun yang silam baru-baru ini meraih gelar Doktor Seni Musik dalam bidang Pertunjukan dan Sastra dengan dua minor dalam Musik Kamar/Piano Kolaboratif dan Teori Musik dari Sekolah Musik Eastman – orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar doktor dari Eastman.

Edith lulus sebagai Pi Kappa Lambda dan dianugerahi Henry Cobos Endowed Piano Prize karena menunjukkan keunggulan dalam pertunjukan piano. Dia juga memegang gelar Sarjana Musik dalam Pertunjukan Piano, magna cum laude, dari Sekolah Musik Universitas Kristen Texas dan Master Musik dalam Pertunjukan dan Sastra Piano dari Eastman School of Music. Edith telah belajar piano dibawah bimbingan guru-gurunya, Mrs. Edmay Solaiman, Mrs. Aisha Pletscher, Dr. Johannes Nugroho, Prof. Ling Yuan, Dr. Tamás Ungár, dan yang paling akhir, Prof. Barry Snyder.

Sebagai pemenang kompetisi musik solo dan kamar, termasuk Juara Pertama di Kompetisi Piano Internasional Indonesia, Juara Pertama dan Penghargaan Instrumentalis Terbaik di Concurso de Música Cámara Ecoparque Trasmiera di Arnuero, Spanyol, Juara Pertama di Kosciuszko Foundation Chopin 2014 Kompetisi Piano di Kota New York, Kompetisi Open Piano Internasional Jakarta 2013, dan Ananda Sukarlan Award 2010, Edith juga menerima Penghargaan Prestasi dalam Forum Internasional yang diberikan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.

Selain kecintaannya pada piano, Edith juga suka memainkan gu-zheng Cina dan gamelan Indonesia. Selama waktu luangnya, dia suka memasak, membuat kue, serta menonton film dan membaca musik bersama teman-temannya. Edith juga lulusan kohort 2019 dari The Global Leaders Program yang berfokus pada transformasi kehidupan di seluruh dunia melalui musik, agensi budaya, wirausaha sosial, pengembangan masyarakat dan pengajaran seni.

Menurut Edith memainkan musik klasik harus berkaitan dengan karakter seseorang,“Musik klasik itu sebetulnya musik yang ada partiturnya, meskipun ada yang tertulis tapi kan cara main aku dengan cara mainnya orang lain kan berbeda, buat aku klasikal musik itu sendiri harusnya berkaitan dengan orangnya, karena kalau aku main harusnya karakternya aku yang masuk kedalam musiknya, kalau orang lain yang main berarti karakter orang lain yang masuk ke musiknya. Jadi setiap aku main berharapnya musik klasik adalah memberikan tenggang rasa,“ tuturnya.  

“Dari otak, dari feeling, dari pikiran, dari cara kita berbicara dengan orang lain musik itu banyak sekali bisa membantu buat kita untuk menjadi orang lebih baik, itu yang mau dikerjain,” katanya.

Ia berharap, kedepan musik klasik tanah air memiliki identitas dan bisa di sampaikan kepada dunia agar bisa menjadi ajang pertukaran budaya.

“Punya identitas, moga-moga makin banyak juga musisi kita di tanah air yang mau main musik Indonesia tetapi dibikin sebagaimana mungkin supaya musisi-musisi barat juga tau tentang musisi Indonesia dan bisa jadi pertukaran budaya,” pungkas Edith.