Tahun 2017, Eko Saputro memulai usaha pempek, melanjutkan usaha yang telah dibangun ibundanya. “Karena saya berhenti bekerja dan melihat ada peluang dari usaha pempek, akhirnya saya ambil alih usaha pempek dari Ibu saya,” kata Eko.

Resep pempek buatan Eko, berasal dari sang kakek. “Resep dari kakek asal Palembang, diturunkan ke ibu dan dari ibu kita belajar memproduksi pempek,” cerita Eko.

Saat ini Pempek Raffael memiliki 6 varian, yakni Kapal Selam, Lenjer, Kulit, Keriting, Adaan Telor Kecil dan tekwan. Harga pun variatif, mulai dari 6k untuk pempek satuan ukura kecil, lalu Tekwan 17k per porsi dan 24k untuk satuan Kapal Selam. “Semua pempek best seller, tapi yang lebih best seller adalah Tekwan, “ujar Eko.

Saat memulai usaha, pempek hanya dijual di rumah. Namun, seiring berjalannya waktu, Eko pun melakukan ekspansi. Kini Pempek Raffael memiliki 6 cabang yang berlokasi di dekat RS Cengkareng, Pujasera Daan Mogot, belakang Gedung CNI, Jalan Kosambi, Ropang DM, dan depan RS Kalideres. 

Yang menjadi keunggulan dari Pempek Raffael adalah kuahnya. “Kuah pempek ini lumayan kental, berasa di lidah,” kata Eko berpromosi. 

Bagi Eko, promosi terbaik adalah mendengarkan keinginan konsumen. Karena itu, di berbagai cabang Pempek Raffael, Eko sering ngobrol dan bertanya dengan konsumen. Selain itu, Pempek Raffael pun rutin mengikuti bazaar yang dilakukan pemerintah. “Kita sering ikut event bazaar yang disponsori dari pemerintah,” tutur Eko. 

Dalam membangun usaha, tidak selamanya berjalan lancar. Lalu apa kendala yang sering Eko hadapi? “Kita sering bongkar pasang karyawan,” ucap Eko.

Apa tips dan trik yang membuat usaha Pempek Raffael ini bisa bertahan hingga 8 tahun? Menjaga konsistensi dan kerja keras. “Harus rajin, gerai tidak boleh banyak tutup. Lalu kita tahu target market, itu yang buat kita tetap stabil dan bertahan,” pungkasnya.

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 210

Simak wawancara Kabari Eko Saputro dibawah ini.