Rumah produksi Starvision kembali mempersembahkan karya film terbarunya yang berjudul Dua Garis Biru. Cerita drama keluarga ini dipersembahkan untuk mengisi liburan sekolah dan juga memberikan pesan edukasi keluarga bagi penonton.

Chand Parwez Servia selaku Produser megatakan keluarga tumbuh dari kasih sayang dan komunikasi. Keterbukaan informasi tentang seks sering dianggap wilayah tabu, padahal bisa jadi upaya preventif yang penting.

“Harapan saya sebagai kreator, film ini memberi ilustrasi dan pembelajaran untuk remaja, orang tua dan kita sekalian agar antisipatif,” terang Chand Parwez.

Lebih jauh ia menambahkan, “Bukan menutup-nutupi, tapi membuka ruang diskusi agar dipahami perbuatan terlarang ketika dilanggar akan berdampak sangat buruk, sesuatu yang sebaiknya diajarkan, dan jangan sampai dialami untuk kemudian disadari setelah terlambat,” imbuhnya.

Film yang ditulis oleh skenario Gina S. Noer ini bukan hanya sekedar kisah remaja Bima dan Dara remaja baik-baik yang bisa khilaf, tetapi juga keluarga mereka. Keluarga dengan pola nilai dan ekspresi kasih sayang yang beda dalam menentukan atau mengarahkan masa depan anak-anaknya. Family, Parenthood, Sex Education, pergaulan remaja dan masa depan saling merajut dalam menentukan bentuk keluarga yang sebaiknya kita pilih.

Film yang disutradarai oleh Gina S. Noer ini diharapakan bisa ditonton dengan hati terbuka dan membuka ruang pembelajaran bagi siapa saja yang berkepentingan.

“Saya mulai menggarap skenario film ini di tahun 2010 hingga di satu titik memutuskan untuk berhenti proses menuliskannya. Mungkin itu bagian dari insting keibuan saya campur seniman saya. Saat itu, saya tak mengerti bagaimana menyelesaikan perjalanan dua karakter dan keluarganya dengan bijak. Termasuk bagaimana nasib bayi yang dikandungnya, dan yang jelas saya tak ingin film ini lahir prematur sehingga tak maskismal potensinya,” ungkap Gina.

“Film ini adalah spesial untuk saya bukan hanya didebut sebagai sutradara tapi ini karena surat cinta saya terhadap kesalahan kita saat menjadi anak, orang tua, dan anggota keluarga. Ini surat cinta saya ke setiap keluarga yang sedang, atau pernah menghadapi kesalahan anggota keluarganya dan dalam proses memaafkan satu sama lain dalam perjalananya untuk menjadi lebih baik lagi,” katanya.

Menururtnya, film ini adalah desakan keras dirinya untuk para pihak yang bertanggung jawab agar berupaya lebih serius mengurangi jumlah kesalahan fatal seperti kehamilan dini pada remaja di Indonesia. Kesalahan yang bisa berujung pada kematian ibu dan atau bayinya, menambah jumlah angka pelajar putus sekolah, lingkaran kemiskinan, bahkan kekerasan dalam rumah tangga karena ketidakpastian pernikahan dini.

“Cinta kita sebagai orang tua harusnya menjadi modal utama untuk membuka ruang diskusi tentang kesalahan apa yang anak mungkin lakukan nanti. Rasa ingin tahu anak seharusnya jadi modal utama untuk masyarakat yang lebih sehat dan bahagia. Bukan malah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan,” pungkas Gina.

Sinopsis Mungkin Dara (Zara JKT48) dan Bima (Angga Yunanda) bukan pasangan kekasih sempurna, tapi mereka adalah sahabat yang saling melengkapi. Saat berdua mereka bisa jadi diri sendiri, kebodohan bisa ditertawakan, dan kerapuhan tak perlu ditutupi.

Rasa nyaman lebih dari sekadar kata sayang atau cinta. Usia 17 tahun tak pernah sesempurna ini. Hingga muncul keberanian baru di antara mereka. Berdua mereka melanggar batas tanpa tahu konsekuensinya.

Kini Bima dan Dara berusaha menjalani tanggung jawab atas pilihan mereka. Mereka piker mereka siap jadi dewasa untuk menghadapi segala konsekuensinya. Namun, tentu keluguan mereka langsung diuji saat keluarga yang amat mencintai mereka tahu, lalu memaksa masuk dalam perjalanan pilihan mereka.