KabariNews – Tangan Pengharapan mempunyai 3 project utama. Pertama, Children Project, salah satunya feeding and learning center. Jadi di 50 titik ini ada tempat pemberian makanan bergizi dan bimbingan belajar gratis usia SD-SMA. “Sekolah formal kami tidak dirikan, karena kami ingin membantu program pemerintah di daerah-daerah pedalaman, dimana SD-SMA di pedalaman itu kekurangan guru. Jadi makanan bergizi itu dibagi untuk anak-anak makan setelah pulang sekolah. Jadi anak-anak itu saya temukan di pedalaman itu, mereka pulang pergi sekolah itu, ada yang 2 jam, bahkan ada 6 jam. Bisa dibayangkan mereka pergi dengan perut kosong dan pulang dengan perut kosong. Guru-guru banyak yang mengaku muridnya banyak yang semaput. Anak-anak pedalaman ini begitu gigihnya untuk mengubah nasib mereka. Angka kehadiran siswa sangat rendah. Kecerdasan anak sangat kurang. Saya mengunjungi sekolah-sekolah di pedalaman, anak kelas 5 SD belum bisa membaca, SMA membaca belum lancar, yang parah tamat SMA, berhitung belum lancar. UN nilai rendah tapi anehnya tetap diluluskan. Sejak pemberian makanan bergizi ini kecerdasannya meningkat, dibuktikan dengan angka UN meningkat, lalu angka kehadiran siswa itu meningkat,” jelasnya.

Selain memberikan makanan bergizi, dan bimbingan belajar gratis, Tangan Pengharapan juga membangun sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). “PAUD dibangun di daerah-daerah yang belum punya sekolah PAUD, dan ini gratis, “ucapnya.

Tak hanya itu, Tangan Pengharapan juga memberikan Fasilitas Pendidikan. “Educational support ini berupa sepatu sekolah, sandal jepit, seragam sekolah, tas sekolah, uang sekolah bagi yang tidak mampu bayar. Lalu ada pembagian sikat gigi, sabun. Biasanya setahun 1 atau 2 kali melakukan penyuluhan untuk anak-anak. Kami juga punya Children Medical CARE (CMC) dimana setiap 3 bulan sekali rutin memeriksa anak-anak,” ujar wanita yang dipanggil Mama oleh anak asuhnya.

Program Tangan Pengharapan yang lain adalah Children Rescue Home. “Saat ini kita punya 6 Rumah Perlindungan bagi Anak. Rumah ini ditujukan untuk anak-anak pedalaman dari keluarga tidak mampu tapi mereka berprestasi, lalu anak yatim piatu, anak-anak korban kekerasan. Bagi yang berprestasi, kami berkomitmen memberikan beasiswa sampe kuliah. Nah mereka kami tampung di Rumah Pelindungan Anak ini,” tukasnya.

Rumah Perlindungan bagi Anak ini ada di Jakarta, Merauke, Sumba Timur, Kupang, dan Bali. “Kami sedang merintis untuk dibangun di Sentani Jayapura untuk anak-anak pedalaman.

Tangan Pengharapan juga mengirim guru-guru ke pedalaman dan memberikan beasiswa bagi guru-guru pedalaman yang sudah mengajar di Tangan Pengharapan tapi belum punya ijazah S1. “Kami sekolahkan mereka di universitas terbuka. Jadi yang dapat beasiswa adalah guru-guru lokal, anak daerah,” tukasnya.

Pelayanan penjara anak juga dilakukan Tangan Pengharapan. “Kami juga membantu kelas belajar di Lapas Salemba. Menyiapkan guru untuk ngajar paket A, B juga perpustakaan. Ke depan ada pelatihan bahasa inggris, dan komputer. Hal ini agar anak-anak keluar dari penjara telah dibekali dengan keterampilan yang bermanfaat di masyarakat. Kalau kita tidak menolong mereka, angka kejahatan tidak akan turun. Mimpi saya membangun sekolah penjara untuk anak-anak jalanan. Kenapa? Karena tinggal di jalanan itu sangat kejam, orangtua mereka akan meminta mereka tetap cari nafkah, preman akan memaksa mereka untuk tetap tinggal di jalanan. Jadi di sini mereka akan dibina secara moral, karakter, diarahkan sekolah keterampilan sehingga ketika kembali ke masyarakat mereka menjadi orang yang berguna,” ujarnya.

Kedua, Community Development. Program pemberdayaan bagi masyarakat tidak mampu di pedalaman Indonesia. Program ini adalah pemberian modal usaha tanpa bunga. “Contohnya di Dusun Pepe, rata-rata mereka punya utang karena surat tanah digadaikan ke bank. Mereka terikat utang, gagal panen, ga bisa bayar, tambah banyak karena berbunga,” terang Henny.

Kini Tangan Pengharapan memberikan pinjaman antara Rp 2–Rp 5 juta/orang. Dalam 2 periode peminjaman, pengembalian 100 persen. “Yang kami berikan pinjaman adalah orangtua anak-anak. Cara kami menolong anak-anak ini ke depan dengan menolong orangtuanya, sehingga ke depan mereka tidak bergantung dengan kami. Jadi kalau anak orangtua sudah mampu, kami bisa menolong orang lain. Umumnya di Desa Pepe itu sebagian besar para petani jagung,” kata Henny yang dibantu lebih dari 100 orang di Tangan Pengharapan.

Tak hanya di Desa Pepe saja, pemberian modal usaha ini juga diberikan di Kalimatan Barat. “Itu ga bisa balikin itu karena gagal panen, karena cuaca ga nentu, bukan salah mereka. Kalau petani kita kasih waktu 6 bulan, setelah panen harus dilunasi, tidak dicicil. Tapi kalau usaha warung, dicicil 10 bulan, jadi 10 persen dari pinjaman mereka kembalikan tiap bulan,” tukasnya.

Program pemberdayaan ini menyangkut program pelatihan singkat di daerah. Seperti Rumah Sayur Organik, pupuk
kompos, pestisida alami, arang batok kelapa, sistem perairan, pompa hidrolik, solar panel dan pengembangan ternak. “Kami modali anak-anak di Sumba Barat Daya, tepatnya bibit ternak babi, kami modal 7 anak babi untuk 7 anak, mereka pelihara dan ketika babi beranak mereka harus bagi kepada 12 anak dibawahnya. Itu sudah berjalan 3 kali dari 7 ekor babi, sekarang sudah 30-an ekor babi dan akan terus berjalan. Kami buat di Atambua NTT ga jalan, jadi kami lihat karakter desa,” terangnya.

Ketiga, Klinik Berjalan. “Kami buat di NTT saja karena kasus gizi buruk tinggi, ibu-ibu yang melahirkan mati tinggi, fasilitas medis kurang, jarak ke Puskesmas jauh. Mobile clinic masuk ke Timur Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan. Jadi menjangkau masyarakat tidak mampu setiap minggunya. Jujur sampai sekarang kami belum punya staf dokter full time karena sulit menemukan dokter yang mau full time tinggal di daerah, akhirnya kami hars membayar dokter. Kami kasih transport dan biaya fee per hari berapa, juga apoteker dan perawat,” kata Henny yang rutin tiap bulan ke daerah-daerah. (Kabari1009)