Kedai Kopi Titik Bahagia, sebuah tempat yang memadukan cita rasa kopi dengan semangat kolaborasi, didirikan oleh pasangan Yogi dan Leny Rafael.

Dalam wawancara bersama KABARI, mereka berbagi cerita tentang perjalanan mereka membangun kedai kopi ini dan visi besar di baliknya.

Yogi dan Leny Rafael memulai pencarian nama untuk kedai kopi mereka dengan sebuah visi yang kuat. Mereka ingin nama tersebut mudah diingat dan mampu mencerminkan tujuan mereka. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya mereka menemukan nama “Titik Bahagia.”

“Kenapa Titik Bahagia? Di sinilah di LR Internship, kami berharap kebahagiaan muncul melalui wadah tempat berkumpul dan berkolaborasi ini. Kami berharap Titik Bahagia bukan hanya menjadi warung kopi, tetapi juga bisa berkembang menjadi agensi atau lainnya,” ujar Yogi.

Kedai Kopi Titik Bahagia

Nama ini bukan sekadar nama, melainkan doa dan harapan untuk memulai sukses dari titik ini, dengan berbagai proyek kolaboratif yang muncul dari sini.

Titik Bahagia bukan sekadar tempat ngopi, tetapi juga laboratorium bagi anak-anak yang menjalani praktik kerja lapangan (PKL) di LR Internship.

Yogi menjelaskan bahwa ide awalnya adalah menciptakan tempat di mana anak-anak PKL bisa belajar berbagai aspek bisnis, mulai dari marketing hingga manajemen.

“Niat awalnya tempat ini bisa menjadi laboratorium buat anak-anak PKL di LR Internship. Kami ingin mereka merasakan titik bahagia dimulai dari sini,” kata Yogi. Dengan dukungan penuh dari sang istri, Yogi melihat potensi besar dalam memadukan pendidikan dengan praktik langsung di lapangan melalui kedai kopi ini.

Yogi menyoroti perbedaan besar antara dunia bisnis saat ini dengan masa lalu. Jika dulu pemasaran harus dilakukan melalui media cetak atau radio yang biayanya tinggi, kini digital marketing membuka peluang lebih luas dan lebih ekonomis.

Kedai Kopi Titik Bahagia

“Dunia mereka sekarang lebih mudah, karena digital marketing itu lebih luas. Kami berharap anak-anak PKL bisa belajar menjadi entrepreneur dengan pikiran yang lebih terbuka setelah dari LR Internship ini,” tambahnya. Dengan cara ini, Titik Bahagia diharapkan dapat menjadi tempat yang mempersiapkan mereka untuk masa depan yang lebih cerah dalam dunia bisnis.

Pilihan untuk memulai dengan kopi bukan tanpa alasan. Budaya minum kopi di Indonesia yang semakin berkembang menjadi salah satu alasan utama. Yogi melihat peluang besar di pasar kopi yang terus tumbuh, dan ingin memanfaatkannya sebagai media untuk memfasilitasi diskusi dan kolaborasi.

“Kopi itu bisnisnya tiap tahun berkembang, dan budaya minum kopi di Indonesia sudah mulai menanjak. Kami ingin masuk ke celah itu dan menjadikan kopi sebagai media untuk berkolaborasi,” jelas Yogi.

Saat ini, menu andalan mereka adalah Kopi Gula Aren, yang terus dievaluasi dan dikembangkan untuk memenuhi selera para penikmat kopi.

Kedai Kopi Titik Bahagia

Saat ini, Kedai Kopi Titik Bahagia masih dalam tahap pengembangan menu. Selain Kopi Gula Aren sebagai menu andalan, mereka juga tengah mencari identitas untuk olahan makanan ringan hingga masakan nusantara.

“Kami masih mencari identity untuk menu makanan. Yang pasti, kami ingin menu di kedai kopi kami disukai oleh para penikmat kopi,” ungkap Leny.

LR Internship tidak hanya sekadar program magang biasa. Menurut Leny Rafael, setelah lulus, anak-anak PKL diharapkan siap memiliki bisnis sendiri. Mereka bisa membuka cabang Kedai Kopi Titik Bahagia di tempat lain dan mengelolanya dengan manajemen yang mereka pelajari di LR Internship.

“Kami mengajarkan mereka untuk bisa menjadi entrepreneur muda. Kami support mereka sehingga Kedai Kopi Titik Bahagia ini dipercayakan kepada mereka untuk dikelola, dan kami hanya sebagai support sistemnya saja,” ujar Leny.

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 203

Simak wawancara Kabari bersama Yogi dan Leny Rafael dibawah ini