Tempe (dari Bahasa Jawa) adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kedelai atau beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. Oryzae, Rh stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe.

Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Seperti diketahui, tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, namun kini tempe banyak dikenal oleh dunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging.

Di Amerika, tempe juga begitu populer, Daniel dan Meylia Kurnianto adalah salah satu masyarakat Indonesia yang menetap di Negeri Paman Sam dengan membuka usaha pabrik tempe.

Melalui BosTempeh.com pasangan suami istri yang berasal dari Boyolali dan Kudus, Jawa Tengah ini memperkenalkan tempe di kancah dunia.

Setelah menikah di Indonesia pada tahun 2005 Daniel dan Meylia berangkat ke Boston untuk melanjutkan studi di Boston University, Amerika Serikat.

Dimulai dari Meylia yang suka memasak tempe, Daniel akhirnya menemukan ide untuk membuat tempe yang awalnya hanya untuk di suguhkan kepada teman dan kerabatnya.

“Berawal dari sang istri yang suka masak makanan khas Indonesia, salah satunya tempe, mulai dari situ saya mulai kepikiran untuk membuat tempe, meski latar belakang saya seorang engineering, saya terus berusaha mencoba membuat tempe khas dari Indonesia,” terang Daniel.

Ia menambahkan, “Setiap kali kita bikin ga cuma 1 kg atau 2 kg tapi cukup banyak sekitar 5 kg, jadi saya dapat 10 hingga 20 bungkus, lalu kita bagi-bagi ke tempat temen-temen di Gereja maupun di Kampus,” imbuhnya.

Memakai nama BosTempeh, Meylia menjelaskan, “Kita pakai nama Bos Tempe yaitu singkatan dari Bos: Boston dan kata Bos di satu sisi itu juga punya konotasi lain bahwa Bos dalam bahasa Indonesia itu kan Bos yang memimpin perusahaan. Asal mulanya dari Bos: Boston dan Bos: Bahasa Indonesia,” jelas Meylia.

Seiring berjalannya waktu, produksi tempe miliknya mendapat respons positif dari para penikmat kuliner dan berlanjut untuk jualan online yang diawali melalui media sosial facebook.

“Sejak itulah kami mulai yakin dan belajar lebih jauh membuat tempe khas Indonesia, kami belajar awalnya dari youtube dan internet dan juga literatur dengan membeli buku khusus membuat tempe,”kata Daniel.

“Karena saya engineer, suka utak atik, ya memang ga langsung jadi, karena tempe kan cukup unik ada fermentasi prosesnya, sempat konsultasi juga sama pakar produksi tempe yang di Bogor, Rumah Tempe Indonesia,” ujar Daniel.

Pada tahun 2020, keduanya akhirnya memutuskan untuk lebih serius lagi menggeluti dunia bisnis yaitu memproduksi tempe,” Kita lihat ini peluang bisnis untuk berkembang sangat-sangat bagus, Dan di New Hampshire ada banyak masyarakat Indonesia, pemerintah lokal juga sangat mendukung,” kata Daniel.

Di Little Indonesia misalnya, yang merupakan tempat berkumpulnya anak-anak muda Indonesia di New Hampshire.

“Mereka bikin Assosiasi orang-orang Indonesia yang tinggal di New Hampshire dan kelompok ini diberi nama ICCI, dia punya visi untuk bikin little Indonesia. Dan juga karena banyak orang Indonesia yang ada di daerah tersebut, dan kita pilih kota ini salah satunya, karena strategis dan memang banyak orang Indonesia, jadi untuk memulainya jadi lebih mudah,” terang Daniel.

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :