Rumah produksi yang telah berdiri sepuluh tahun lalu ini terbilang beda. Pasalnya, film-film yang diproduksi maupun yang didistribusikan Merak Abadi Production banyak menyasar pasar luar negeri. Sebut saja film Salina, Jangan Sendirian, dan film lainnya yang beredar di Singapura, Malaysia, dan negara lainnya.

Ya, bukan tanpa alasan Dewi Amanda, pendiri dari rumah produksi Merak Abadi production ini memilih luar negeri sebagai target pasarnya. Kepada KABARI, Dewi mengatakan tujuannya memperluas jaringan distribusi film ke pasar luar negeri karena melihat kondisi pasar perfilman di Indonesia.

“Di Indonesia sekarang ini bisnis perfilman lagi lesu maka dari itu kita menyasar pasar luar negeri. Selain itu juga ada kebanggaan tersendiri bahwa film Indonesia bisa ditonton oleh penonton luar negeri,” tuturnya.

Selain itu Dewi tak menampik adanya keuntungan dari “jualan” film ke luar negeri. “Mereka lebih lebih mahal bayarnya dibanding di Indonesia. Apalagi dengan keadaan sekarang ini banyak yang jual ke Netflix dan lainnya,” kata Dewi yang saat ini masih aktif bermain film.

Sejauh ini Merak Abadi Production telah berhasil memproduksi hampir sepuluh film, belum termasuk web series dengan rata-rata filmnya bergenre horor walaupun ada beberapa film bergenre agama.

Dewi berucap,”Masyarakat kita suka banget film horor. Nah, itu tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Di Malaysia ataupun di Inggris, genre horor itu banyak yang suka. Mungkin karena film bergenre ini lebih gampang diterima dan banyak peminatnya.”

Nah, untuk film-film yang didistribusikan Merak Abadi Production ke luar negeri berjumlah kurang lebih 200 film. Tidak hanya disebar di pasar Asia saja melainkan juga menjangkau pasar Amerika Serikat dan Inggris.

“Kita tidak bergantung pada jaringan bioskop saja tetapi juga merambah ke digital platform seperti Netflix dan lainnya,” tuturnya.

Bagaimana respons masyarakat terhadap film-film Merak Abadi Production dan rencana ke depan rumah produksi ini? 

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :