Sri Rossyati dan Sri Irianingsih adalah dua wanita kembar pendiri Sekolah Darurat Kartini untuk membantu anak-anak kurang mampu di ibu kota yang terganjal masalah ekonomi.

Pada tahun 1990, dua wanita kembar atau yang dikenal dengan ibu guru kembar ini melihat pemandangan warga kurang mampu dan banyak anak-anak di sudut-sudut ibu kota menjadi anak jalanan dan tidak sekolah karena tingginya biaya pendidikan membuat banyak anak putus sekolah dan menjadi anak jalanan.

Melihat hal ini, ibu kembar ini menggerakkan hatinya untuk mencerdaskan serta mengangkat derajat anak jalanan, Rossy dan Rian akhirnya mendirikan Sekolah Darurat Kartini, Ia pun berkisah, “Pada waktu itu tahun 1990, banyaknya anak-anak di jalanan dan mengambil makanan di tong-tong sampah terus kita melihat ternyata tidak sekolah, makanya kami mendirikan sekolah untuk mereka lewat sebuah pendidikan dengan harapan dia bisa bekerja, bisa mandiri untuk menghidupi dirinya sendiri karena sekolah sangat mahal pada waktu itu,” kenang Rossy.

Namun, seiring berjalannya waktu sekolah Darurat Kartini yang memiliki 3.033 siswa kini sudah berkembang dengan memiliki sekolah TK,SD,SMP dan SMA.

“Dengan berjalannya waktu kita tidak hanya baca tulis tapi juga punya TK, punya SD, punya SMP setelah lulus SMP kita buka SMA sampai sekarang,” imbuh Rossy yang menilai pendidikan di tanah air kini sudah mengalami banyak kemajuan.

Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak termasuk anak-anak jalanan dan anak-anak dari keluarga tidak mampu. Sekolah Darurat Kartini didirikan Karena hati dua wanita kembar ini tergerak melihat banyak anak-anak yang hidup di jalanan dan tidak sekolah.

Sekolah Darurat Kartini pertama memulai kegiatan belajar bertempat di pinggir kali Sunter, sekarang dikenal dengan Mall MOI, selain itu juga di pinggiran pasar Gaplok, Senen. Lahan pinggiran tersebut sering di gusur dan imbasnya anak-anak jalanan tersebut tidak bisa belajar. Kemudian ibu guru kembar memutuskan untuk membuat tempat belajar di bawah jembatan.

“Lama-lama kalau mereka digusur pindah sana pindah sini makanya kita putuskan dikolong tol saja dan ternyata mereka mau sekolah dan itu dengan keberadaan mereka di kolong tol, mereka sekolah dan itu menolong mereka untuk bisa mandiri,” ungkap Rossy.

Sistem pendidikan di Sekolah Darurat Kartini bukan hanya pembelajaran akademis, namun, imbuh Rian, “Ditambah dengan ketrampilan yang akan mengentaskan mereka untuk mandiri, untuk bekal bekerja, diterima di masyarakat, jadi pembelajarannya itu karakter, beriman, bertakwa, budi pekerti, etika dan Pancasila bagian dari kehidupan mereka. Itu harus kita ajarkan setiap hari dan cinta tanah air tentunya supaya mereka menerima keberagaman di Indonesia ini,” imbuhnya.

Menanamkan rasa tanggung jawab serta kemandirian untuk anak-anak di Sekolah Darurat Kartini adalah hal yang paling mendasar untuk bekal anak-anak dimasa depan.

Membangun generasi yang memiliki karakter, budi pekerti, beragama yang baik dan memiliki etika serta Berpancasila adalah harapan dua wanita kembar untuk pencapaiannya.

“Banyak anak – anak yang kini sudah memiliki pekerjaan sendiri, berwirausaha bahkan tidak sedikit yang menjadi anggota TNI, seperti angkatan Darat dan ada juga yang menjadi Polisi,” pungkasnya.

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini: