Indonesia terus berupaya mengurangi sampah plastik, salah satunya seperti yang dilakukan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini dengan program moda Transportasi Surabaya Bus. Program tersebut sebagai upaya untuk mengurangi sampah plastik, disamping untuk mengatasi kemacetan di kota Surabaya Program yang dicanangkan pada bulan April 2018 ini, sangat dirasakan manfaatnya oleh warga kota Surabaya, bagaimana tidak?

Penumpang bisa menggunakan moda ini untuk beraktivitas seperti berangkat bekerja, sekolah, ke pasar, dan aktivitas lainnya.

Seperti yang dirasakan oleh Rusmiati dan Nur Faidah, warga Kecamatan Waru, Sidoarjo yang akan berbelanja di Jembatan Merah Plaza (JMP) Surabaya dengan menggunakan Surabaya Bus.

“Saya sudah sering naik Bus ini,” tutur Rusmiati saat ditemui Kabari dalam bus menuju JMP, Minggu (21/07).

Kedua wanita paruh baya itu, menggunakan moda transpotasi Surabaya Bus bukan tanpa alasan. Mereka mengakui dan merasakan sendiri kenyamanan atas pelayanan dan fasilitas yang diberikan saat menaikinya.

Dengan 10 armada bus yang diklaim lebih nyaman dari bus kota, setiap penumpang Surabaya Bus akan dikenakan tarif berupa sampah botol plastik atau gelas bekas minuman dengan komposisi untuk satu tiket penumpang membayar dengan 3 botol minuman ukuran besar atau 5 botol minuman ukuran sedang. Penumpang juga bisa membayar dengan 11 gelas bekas minuman.

Calon penumpang juga dapat menukarkan sampah plastik pada pos-pos penukaran yang telah disediakan dengan stiker sebagai pengganti karcis bus.

Tidak hanya masyarakat atau penumpang bus saja yang merasakan manfaatnya. Manfaat lain juga dirasakan oleh Sopir dan Crew Bus dengan adanya program Surabaya Bus.

Dalam Sehari setiap armada bus akan melayani penumpang empat kali perjalanan pulang-pergi sesuai rutenya dari terminal Purabaya ke kota Surabaya dan kembali lagi ke terminal Purabaya. Dan satu kali trip perjalanan pada hari-hari biasa, satu armada mengangkut penumpang 50 hingga 100 orang. Namun pada hari libur, satu armada dalam satu trip dapat mengangkut penumpang 100 hingga 200 orang dengan konsep ramah penumpang.

Menurut informasi yang dihimpun Kabari, dari awal beroperasinya Surabaya Bus tahun 2018 hingga bulan Januari 2019, sampah yang terkumpul mencapai 39 ton dan dilelang melalui Dirjen Kekayaan Negara (DJKN) senilai Rp.150 juta. Hasil lelang tersebut kemudian masuk ke dalam pendapatan asli Pemerintah Kota Surabaya.