Produk tas dalam negeri kini banyak diminati oleh sebagian kalangan, melalui kerajinan tangan para penggiat UMKM dengan desain yang beraneka ragam sehingga menghasilkan produk tas lokal yang cantik nan unik.

Drg. Trin Wibisono pemilik usaha tas batik “Glam Bags” menceritakan awal mula mendirikan usahanya pada tahun 2011 yang silam.

“Saya amat sangat menginginkan produk Indonesia terutama yang terbuat dari wastra Indonesia itu banyak disukai orang, banyak diminati dari semua kalangan karena kalau kita flashback kemarin-kemarin itu kain hanya dipakai untuk kalau ada acara tertentu, kemudian tenun songket, batik itu pun masih bisa dipakai dikalangan sudah banyak yang memakai tapi kalau tenun songket dan lain-lain itu masih banyak yang hanya memakainya pada saat acara-acara tertentu.

Selain itu, Trin menambahkan, “Saya ingin mengangkat tenun ini bisa dipakai di setiap saat, di setiap momen yang juga disukai oleh kalangan muda karena apalagi saat ini kalangan milenial, untuk saat ini saya memang fokus ke tas-tas kalangan menengah ke atas,” imbuhnya.

Beragam model produk tas yang dibuat oleh Glam ini terinspirasi dari model tas branded yang juga banyak diminati oleh berbagai kalangan.

“Model-model tas saya ambil dari beberapa model brand terkenal, niat saya adalah supaya orang tetap bisa memakai model brand terkenal itu, tapi dengan material yang berbeda yaitu material dari negeri sendiri,” ujar Drg.Trin.

Produk tas batik milik Glam ini memiliki keistimewaan dengan menggunakan bahan – bahan yang premium dari mulai kulit, bahan untuk lapisannya hingga aksesoris.

“Produk saya itu produk yang limited, saya dalam satu kain itu hanya bisa membuat tiga tas dengan berbagai model, jadi memang untuk ekspor saya tidak ekspor, sudah banyak dari teman-teman, konsumen yang mempromosikan tas-tas saya ke luar,” kata Drg Trin.

Meski ada kendala dalam menjalankan usahanya, Drg Trin tak menyerah dan semakin gigih untuk tetap berjalan demi kelangsungan hidup karyawannya.

“Kita tetap harus move on, kita tetap harus jalan, karena di belakang kita banyak orang yang bergantung kehidupannya dengan kami, jadi tukang–tukang juga tetap harus produksi karena mereka juga harus mendapatkan imbalan untuk keluarganya, bersyukur kita mempunyai relasi, kita mempunyai hubungan yang baik dengan para konsumen sehingga masih tetap berjalan hanya tidak sebanyak dulu, tapi masih tetap ada, apalagi sekarang sudah mulai agak baik kondisi jadi masih tetap jalan,” pungkasnya.

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :