Perkembangan bisnis fashion yang setiap hari semakin pesat menjadi lahan yang cukup empuk bagi para pelaku usaha, karena hampir semua produk fashion selalu laris diserbu para konsumen. Salah satu peluang bisnis yang saat ini cukup menguntungkan adalah memproduksi tas.

Tas diburu bukan hanya untuk kebutuhan anak sekolah atau orang bekerja. Namun, kini tas banyak digemari karena menjadi salah satu item fashion yang digemari oleh konsumen terutama kaum hawa dari kalangan remaja hingga ibu-ibu. Tas sering kali jadi pelengkap penampilan agar terlihat fashionable ketika dicocokkan dengan pakaian yang akan dikenakan.

Seperti halnya dengan Tity Hatta, yang lihai memanfaatkan peluang pasar dengan bisnis tas branded second original. Berawal dari kegemarannya mengkoleksi tas branded original, Tity pun kemudian berpikir bahwa tas-tas koleksinya bisa dimanfaatkan sebagai peluang usaha. Untuk pertama kali ia mengawali usaha dengan tukar tambah dengan seorang teman.

Baginya membeli tas merupakan investasi karena tas yang didapatnya memiliki nilai harga yang cukup fantastis, “Saya berfikir kalau tas ini kita barter kepada temen, ada nilai uangnya, ada selisih harga jadi nilai tabungan plus buat kita, pertamanya itu buat konsumsi pribadi,“ terang Tity saat ditemui Kabari di kawasan Jakarta Selatan.

Ternyata perkembangannya cukup pesat, Tity pun fokus menekuni bisnis tas tersebut di tahun 2000 yang lalu. “Awalnya saya tidak terpikir untuk menjadikannya satu bisnis, begitu saya tekuni, beberapa teman kita kumpulkan terus kita saling koordinasi. Kita saling menitipkan dari tas satu ke tas yang lain,“ terangnya.

Bagi Tity, usaha tukar tambah tas jadi peluang bisnis yang menguntungkan. Meskipun tas seken namun ada nilai barangnya yang bisa diperhitungkan, seperti akta pembelian misalnya, di situ tertera kapan mulai membeli dan bisa dihitung berapa lama pemakaiannya.

Hampir semua sosialita memiliki tas branded nan mewah. Tukar pakai atau tukar tambah sudah menjadi hal yang lumrah di kalangan ibu-ibu sosialita. Tak ada gengsi, karena tas-tas bekas yang diperjualbelikan memiliki harga yang lumayan tinggi.

Tity pun tak kalah cerdik dalam mengelola usahanya, melalui perkumpulan arisan ia pun mengolah pasar hingga akhirnya memiliki butik sendiri. Membeli tas baru, menurut Tity cukup mahal. Dan ia melihat kebanyakan orang Indonesia konsumtif dalam membeli barang, terutama fashion. Setelah membeli, terkadang suka bosan, dari sinilah Tity akhirnya memberikan tujuan ekonomi yang positif.

Untuk target Tity punya target khusus yakni membidik golongan kelas atas, dan juga orang yang memilki daya beli tinggi dengan kemampuan ekonomi lebih dan bisa membeli barang yang sesuai keinginanya.

Teliti dalam membeli, itulah pesan Tity agar tak hanya konsumtif tapi juga bisa menilai suatu barang agar bernilai investasi. Karena menurut Tity tidak semua barang bisa jadi investasi.

“Harus jeli dan teliti, karena itu kita punya wadah, pengalaman dan punya ilmu yang kita bisa sharing kepada masyarakat. Misalnya seperti apa sih tas yang bisa buat berinvestasi, semua itu ada jenis-jenisnya, untuk membeli tas itu harus pinter-pinter memilih,“ ungkapnya.

Jenis tas yang memiliki nilai jual tinggi menurut Tity adalah tas otentik yang klasik dan tak lekang oleh zaman. Tas dengan brand tertentu yang bergaya klasik, biasanya dilengkapi dengan dokumen nilai jual, ada nomor seri dan tahun. Dengan begitu dapat diketahui berapa tahun lamanya si pemilik menggunakan tas tersebut, bisa belasan tahun atau bahkan lebih.

“Jadi dengan seri-seri itulah menentukan berapa lama dia memiliki, berapa lama dia pakai, dan berapa waktu itu harga pasarannya. Jangan salah tas dengan model klasik semakin lama akan semakin jarang dikeluarkan itu malah mempunyai nilai yang cukup fantastis,“ jelas Tity.

Dengan alasan itulah banyak orang tertarik membeli barang mahal, salah satunya untuk investasi. Tak jarang tas dirawat dan dipakai sesuai kebutuhan agar nantinya kalau dijual masih memiliki nilai yang cukup bagus. Tity pun menyarankan membeli tas harus benar-benar kualifikasinya, paling tidak memenuhi syarat agar saat dijual di kemudian hari tetap bernilai. “Karena tidak semua tas yang kita beli dengan harga mahal bisa dijual lebih mahal. Kadang-kadang kita beli, jangankan tahun ini, beberapa bulan atau tahun depan nilainya sudah turun,“ katanya mengingatkan.

Namun jika lihai memilih tas dengan model klasik, bisa jadi tabungan yang menjanjikan, karena itu harus pintar-pintar memilih. “Perempuan juga harus pintar mengemas secara ekonomi. Jadi menabung dalam investasi tas itu juga sangat perlu. Tidak harus baru, membeli pun yang sesuai selera juga kita bisa tabung,“ ungkapnya

Awal merintis usaha, Tity hanya fokus pada tas-tas branded luar negeri. Namun seiring berjalannya waktu, tas-tas branded dikumpulkan hingga menjadi butik dengan brand Tylux. Tak hanya dipasarkan melalui arisan, Tity pun merambah ke online melalui jejaring sosial media.

“Saya rasa semua itu menjadi rangkaian yang bagus, apabila ini dikembangkan, karena ibu-ibu bisa terlibat dalam pertumbuhan ekonomi,“ terang Tity yang juga menjabat sebagai ketua umum Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT).

Ia menilai, konsumen fashion sudah paham bagaimana memilih tas yang bagus dengan caranya masing-masing. Selain itu, ia juga memaparkan, bagi mereka para Ibu yang menyukai dunia fashion, sebisa mungkin dapat memanfaatkan barang yang sudah dibeli sebagai investasi. “Jadi tidak hanya terbuang sia-sia, paling ngga semua yang kita beli, yang kita dapatkan adalah menjadi nilai investasi,“ ujar Tity.

Perkembangan UKM di tanah air, dinilai Tity sangat bagus, bahkan, kata dia, harus lebih bagus lagi. “Melihat dari kerapnya ajang pameran kerajinan yang dipersembahkan di Jakarta ini, peminat masyarakat cukup tinggi terhadap UKM,“ katanya.

Baginya, perkembangan eknomi memang harus digalakkan dari diri sendiri, “Kita harus menjadikan fashion ini di tuan rumahnya sendiri,“ ujarnya.

Ia pun berharap agar masyarakat terus menjaga serta melestarikan budaya Indonesia, pun dengan memajukan fashion lokal. Tak perlu berkiblat pada fashion di luar negeri, saat ini, menurut dia, banyak para perancang busana Tanah Air yang cukup lihai membuat busana cantik dengan balutan unsur budaya yang ada di tanah air. “Bahkan saya lihat beberapa tetangga berkiblatnya kepada Indonesia. Dan itu merupakan suatu appresiasi yang sangat bagus. Dan UKM itu harus terus maju, saat ini banyak juga komunitas yang terus menggalakkan kemajuan UKMnya,“ pungkas Tity.