Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, PhD berhasil menduduki posisi sebagai Director of Members-at-Large di International Association of Medical Regulatory Authorities (IAMRA) atau Konsil Kedokteran Internasional.
dr. Taruna terpilih secara aklamasi saat Kongres IAMRA Members of General Assembly 2021, yang digelar secara virtual pada Selasa 26 Oktober 2021 di Washington DC, Amerika Serikat.
Tentu, bagi dr. Ikrar, posisi yang sekarang dijabatnya sebagai sebuah amanah. Selama ini dirinya diberikan amanah oleh Indonesia sebagai ketua Konsil kedokteran Indonesia (KKI) dan sekarang menjadi Director of Members-at-Large IAMRA.
“Jadi Members of General Assembly itu semacam sidang umum dari IAMRA/ gabungan dari konsil dunia. Jumlah anggota dari IAMRA berjumlah 241 institusi negara atau pemerintah. Tugasnya berhubungan dengan regulasi/peraturan untuk praktek kedokteran yang meliputi pendidikan, standar kebijakan untuk teknologi dan kebijakan yang berhubungan dengan registrasi, pembinaan dokter sedunia dan lainnya,” tutur dr. Ikrar kepada KABARI.
“IAMRA ini adalah suatu lembaga dunia yang berhubungan dengan konsul kedokteran. Tentu ini merupakan Kepercayaan bukan hanya pribadi tetapi kepercayaan sebagai Director di IAMRA untuk kepentingan dan nama bangsa Indonesia juga.”
Awal terpilih menjadi Director of Members-at-Large IAMRA, dr. Ikrar mengatakan sebelum sidang umum pada tanggal 26 oktober, dimulai terlebih dahulu diadakan sidang salah satunya International Conference 14-16 Oktober. Dirinya ditunjuk mencalonkan diri mewakili Indonesia dan memaparkan pemikirannya yang disebut dengan The Urgency Of The Medical Regulatory In An Era Of Globalization.
Dr. Ikrar memaparkan bagaimana urgensinya kondisi kedokteran dalam proses pengaturan praktek kedokteran di era global. Setelah itu, namanya menjadi salah satu calon dan akhirnya secara aklamasi terpilih dan menjabat menjadi Director of Members-at-Large AIMRA.
“Tugas dan wewenangnya cukup berat namun amanah sampai 2024. Sebagai eksekutor, regulator dan directornya tentu membantu secara organisasi adalah memper atasnamakan organisasi ini, kedua memper atasnamakan dalam kegiatan-kegiatan. Tentu sesuai dengan protap dan tugasnya, menjadi jembatan penghubung antara AIMRA sedunia. Khususnya yang berhubungan dengan pendidikan kedokteran, praktek, regulasi, sertifikasi, pembinaan kedokteran. Juga dalam konteks lebih luas dalam proses pengembangan sains dan teknologi kedokteran,” kata dr. Ikrar.
Luas tugas dan wewenangnya, sambung dr. Ikrar, dan output yang paling penting kita ingin menjadikan medical regulator seluruh dunia ini terhubung antara sesama konsil kedokteran sedunia untuk mencapai target tertinggi yaitu dokter yang berpraktik secara profesional. Dalam artian, profesional dari standar pendidikan, kompetensinya, bagaimana pemahaman ilmunya, etika, dan manfaatnya terhadap sesama, dan lainnya.
Kontribusi IAMRA berupa kerja nyata seperti melakukan kunjungan atar negara, memberikan pendidikan, pelayanan kedokteran, antara dokter dalam konteks antara kebijakan kedokteran termasuk dalam hal pembinaan. Dokter perlu dibina karirnya kemudian bagaimana sertifikasi.
“Karena dokter ini melayani masyarakat dan standarnya tentu kita berharap seimbang bukan hanya antar negara negara maju tetapi juga negara berkembang,” imbuh dr. Ikrar.
Gelombang ketiga Covid-19
Tugas konsul kedokteran ini tentu sangat besar dimana IAMRA bekerja sama dengan WHO karena organisasi ini menginginkan IAMRA berkontribusi untuk menghilangkan atau menyelesaikan pandemi Corona. Salah satu komponen utama dalam pelayanan kesehatan adalah dokter dan salah satu komponen penting dalam menghilangkan pandemi adalah dokter dan tentu peran IAMRA sangat signifikan.
Apakah mungkin muncul gelombang ketiga? dr. Ikrar mengatakan masih ada kemungkinan terjadi gelombang ketiga. Pasalnya, virus ini bermutasi terus menerus dan sudah 4000 mutasi lebih menurut jurnal ilmiah Nature Communications.
“Mutasi SARS-CoV-2 atau virusnya Covid-19 sudah bermutasi 4000, di antara 4000 itu ada yang berkembang menjadi delta, alpha, delta plus, dan proses mutasi ini bisa menimbulkan dampak berikutnya yaitu gelombang yang lebih parah jika kita tidak hati-hati,” katanya.
dr. Ikrar berujar untuk mencegah terjadinya gelombang ketiga yaitu harus ada kecukupan vaksin agar terbentuk herd immunity. Dengan terbentuknya herd immunity penyakit ini lama-lama akan menjadi penyakit flu biasa atau influenza.
“Jika terjadi gelombang ketiga kita harus siap juga dengan obat-obatnya, berikut dengan manajemen pelayanan di rumah sakit, dalam konteks ini kalaupun terjadi gelombang ketiga kita tidak mengalami masalah yang terlalu parah karena sudah siap. Harus sedia payung sebelum hujan,” pungkasnya.
Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :