Kabari News – Pada tanggal 20 Oktober,  Joko Widodo yang dikenal sebagai Jokowi resmi menjadi presiden ketujuh Republik Indonesia. Unik, karena dalam sejarah Presiden Indonesia ia tidak berasal dari elit politik maupun latar belakang militer. Dibesarkan di sebuah perkampungan kumuh tepi sungai, Jokowi yang sebelumnya berbisnis  furniture di jantung kota Solo ini menjadi Walikota Solo pada tahun 2005. Dua tahun lalu, ia terpilih menjadi Gubernur ibukota Indonesia, Jakarta. Meskipun ia menang dalam pemilihan Presiden di Juli lalu mengalahkan Prabowo Subianto, Jokowi (53) menghadapi berbagai tantangan di masanya sebagai Presiden Indonesia. Berikut lima tantangannya seperti dikutip time.com, Senin, (20/10).

Kemacetan Politik: Jokowi telah mengklaim kepresidenan, tetapi Parlemen diisi oleh koalisi  merah putih yang bulan lalu yang secara kontroversial memenangkan pemilihan tidak langsung untuk Pilkada Gubernur dan wali kota. Alih-alih suara yang populer, legislatif lokal akan memilih para pemimpin seraya mencegah munculnya tokoh-tokoh diluar pendirian politik, seperti Jokowi.

Perlambatan ekonomi: Dengan lonjakan komoditas yang menyusut  6% pertumbuhan tahunan terlihat lebih sulit untuk mempertahankan. Jokowi menjanjikan 7% pertumbuhan di 2018 dengan  meningkatkan logistik dan posisi negara kepulauan terbesar di dunia sebagai hubungan transportasi global.

Ekstrimisme agama: Indonesia belum mengalami serangan teroris serius sejak 2009 ketika hotel mewah di Jakarta yang ditargetkan oleh pengebom bunuh diri. Tetapi hanya dibutuhkan satu serangan untuk menghancurkan pengertian bahwa Indonesia telah dijinakkan oleh sebuah gerakan radikal yang mencoba untuk membajak Islam moderat, sinkretik yang lama telah berkembang di negara mayoritas Muslim terpadat di dunia.

Birokrasi kotor: Jokowi memenangkan suara karena image-nya yang murni dan kampanye anti-korupsi di Solo dan Jakarta. Dan dia membantu memperluas peti simpanan pemerintah dengan meningkatkan pengumpulan pajak. Dapat kah Jokowi mempromosikan transparansi dalam negara yang terkenal karena korupsi dan ketidakefisienan birokrasi pada setiap tingkatan pemerintahan?

Hubungan etnis: Sementara walikota Solo dan Gubernur Jakarta, Jokowi memilih waklinya yang kebetulan adalah penganut nasrani. Di Jakarta, No. 2 nya juga adalah Cina, etnis yang telah menderita dari kerusuhan ras. Meskipun bangsa dengan pulau yang luas ini telah mempertahankan harmoni yang luar biasa dan diberikan keragaman penduduknya, kelompok-kelompok hak asasi manusia khawatir tentang intoleransi etnis dan agama. (1009)

Untuk Share Artikel ini , Klik www.KabariNews.com/?71843

Mohon beri Komentar di Bawah Artikel ini. Terima kasih

______________________________________________________

Supported by :

 Allan Samson

 

 

 

 

Kabaristore150x100-2