Melihat postingan di laman media sosial Sabbatha Rahzuardi, sejauh mata memandang isinya didominasi soal origami. Padahal Sabbatha sebelumnya dikenal sebagai desainer fesyen aksesoris dan hand bags bermerek Sabbatha, yang mana produknya sudah mendunia.
Lantas berpaling ke seni origami? Memang bukan suatu kebetulan, Sabbatha sejatinya adalah pecinta seni. Bakatnya di bidang seni rupa sudah dipupuk dari kecil. Origami bukan sebatas hobi belaka baginya. Sabattha ingin memberikan tempat tersendiri origami sebagai karya seni Fine Art.
KABARI beberapa waktu lalu berkesempatan wawancara dengan Sabbatha. Tidak di Bali, tempat dirinya berada melainkan hanya melalui sambungan telepon. Berikut kutipan wawancaranya.
Bisa diceritakan awalnya tertarik dengan seni origami?
Saya mengawali seni origami awalnya di tahun 2014. Saat itu saya masih memiliki toko Sabbatha di Seminyak, sebagai alternatif karya seni yang saya jual di toko saya. Juga untuk inspirasi dekorasi bagi para tamu yang datang ke toko saya. Saya memang sudah punya talenta di bidang seni rupa sejak kecil. Kenapa origami, karena buat saya seni ini, bagi kebanyakan orang masih merupakan hobby, sedangkan saya ingin memberikan tempat tersendiri sebagai karya seni Fine Art.
Mengapa harus seni origami karena anda dikenal juga sebagai desainer fesyen aksesoris dan hand bags?
Tahun 2016, setelah kontrak saya dengan PT Mahakarya terputus dan toko Sabbatha sudah tidak beroperasi lagi, saya terjun 100%, dedikasikan karir saya di dunia seni rupa seni origami ini sampai hari ini.
Untuk mengasah ilmunya belajar dimana sajakah?
Ilmu akademia saya bertolak belakang dengan jalur karir yang saya sudah jalankan selama lebih kurang 20 tahun ini. Karena ketika pendidikan di Paris Sorbonne IX Dauphine, Prancis, saya mengambil ilmu ekonomi pendalaman dan arsitektur.
Untuk arsitektur mungkin masih ada korelasinya dengan seni kreasi aksesoris juga origami saya. Karena setiap development nya pasti melalui perhitungan tersendiri seperti halnya arsitektural. Untuk ilmu ekonomi, mungkin aplikasinya bagaimana saya melihat trending pasar dan lainnya yang berhubungan dengan perekonomian.
Untuk membangun sebuah karya origami, untuk bentuk-bentuknya saya banyak melihat YouTube. Tapi komposisi dan lainnya, fondasinya dari talenta seni yang sudah saya miliki,
Adakah pesan tertentu yang ingin disampaikan melalui seni origami dibuat?
Karya origami saya adalah refleksi dari kekayaan dan keindahan Indonesia. Jadi saya sering memasukkan, Discover the Splendour of Indonesia through Origami. Selain sebagai pesan untuk menjaga kelestarian alam, secara visual memperkenalkan Indonesia sebagai salah satu landmark seni di dunia. Juga keinginan untuk mempersembahkan sesuatu yang unik, modern dan kontemporer.
Kuliah di jurusan ekonomi di Dauphine-Sorbonne di Paris. Lantas yang mendorong menjadi desainer dan seniman?
Force instinc. Saya tidak pernah berencana untuk pada akhirnya menjadi seorang desainer ataupun seniman. Pada akhirnya saya sudah berkecimpung di dunia seni selama lebih kurang 20 tahun sejak saya pindah ke Bali. Mungkin Bali yang membentuk saya sebagai seorang seniman.
Saya mempunyai ide kembali ke Bali setelah lulus dari Perancis. Sebelum keberangkatan saya, saya berharap untuk bekerja di salah satu perusahaan Perancis yang berbasis di pulau itu. Namun, begitu saya berada di Bali, saya bekerja di Hyatt Bali. Saya berpikir bahwa pada saat itu, industri perhotelan memiliki peluang paling besar, namun setelah hanya tiga bulan saya menyadari bahwa saya bukan seorang korporat. Kemudian saya bekerja lebih mandiri di biro iklan lokal hingga tahun 2004, sebelum saya mulai berkreasi dan menjadi wirausaha.
Apa arti karya seni bagi Anda?
Arti sebuah karya seni yang saya ciptakan buat saya adalah ekspresi puitis jiwa dan imaginasi saya. Warna adalah sinaran visionari saya. Namun bicara mengenai origami art, saya banyak menghubungkan dengan Feng Shui, keharmonisan dan keseimbangan. Karena saya sadar bahwa karya origami saya erat sekali hubungannya sebagai dekorasi ruang dan atau rumah (decoratif art).
Sumber foto: Istimewa
Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 194.
Baca Juga:
- Marcello Tahitoe Rilis Setunggal, Sajian Retro Pop Penuh Warna
- Serunya Italian Film Festival 2025: Venice in Jakarta
- Video: Priscilla Yong Antara Arisan, Kecantikan, dan Semangat Kartini di Era Modern
- Video: Anita Gathmir, Pegiat Tenun Tidore Semoga Menginspirasi Para Perempuan dari Indonesia Timur untuk Bangkit dan Berkarya
- Video: Rimigy Rihasalay, Semangat Kartini Hidup dalam Setiap Rancangan dan Langkah Perempuan Indonesia