Syifa Nurafantin, fashion desainer yang kini dikenal lewat brand fashionnya, “Kenakan,” berbagi cerita mengenai perjalanannya memasuki dunia mode, tantangan yang dihadapinya, serta visi dan misinya untuk masa depan.

Berawal dari ketertarikan sejak kecil, Syifa telah menempuh perjalanan panjang yang menginspirasi hingga menjadi salah satu pelaku fashion di Indonesia yang patut diperhitungkan.

Syifa mengisahkan bahwa minatnya pada dunia fashion dimulai sejak ia masih kecil. “Saya memiliki ketertarikan pada bidang fashion sejak saya kecil, melihat nenek dan ibu saya yang gemar berpakaian rapi dan pandai memadupadankan pakaian,” ungkap Syifa.

 Ketertarikannya semakin mendalam ketika ia duduk di bangku Sekolah Dasar, di mana ia sering menggambar baju-baju untuk boneka kertas dan belajar menjahit dari sang nenek.

“Ibu saya juga berperan besar dalam mengarahkan saya ke dunia fashion,” lanjut Syifa. Sang ibu, yang bekerja di sebuah media cetak dan sering mengajak Syifa ke berbagai acara pameran seni dan peragaan busana, menjadi salah satu sumber inspirasi terbesarnya.

Namun, perjalanan Syifa tidak selalu lurus menuju dunia mode. Ia sempat memilih jalur berbeda dengan mengambil jurusan Ilmu Hukum di Universitas Diponegoro dan berkarir sebagai pengacara selama enam tahun. Meskipun demikian, hobi mendesain dan menjahit tetap ia tekuni sebagai pelepas penat.

Mendirikan Brand Kenakan dan Filosofi di Baliknya

“Titik balik saya berfokus kepada dunia fashion tidak lagi bekerja di kantor hukum,” cerita Syifa, yang kemudian memutuskan untuk menjadikan hobinya sebagai pekerjaan utama.

Berbekal pengalaman dan kegemarannya dalam mendesain, Syifa mendirikan brand “Kenakan”.

Nama brand ini sendiri mencerminkan keinginan sederhana Syifa: menciptakan karya seni yang dapat dikenakan banyak orang. “Saya hanya ingin melahirkan karya seni yang dapat dikenakan banyak orang, maka terpilihlah nama ‘KENAKAN’ untuk jenama yang saya dirikan,” jelas Syifa mengenai filosofi di balik nama brand-nya.

Dalam setiap koleksi yang dibuat, Syifa selalu menekankan unsur budaya dan pakaian tradisional Indonesia, seperti Kebaya dan Baju Bodo.

“Saya sangat mengagumi budaya dan pakaian tradisional Indonesia, dan selalu berusaha untuk menyertakan unsur-unsur kebudayaan dalam setiap koleksi,” ungkapnya.

Syifa juga menambahkan bahwa eksplorasi material dan tekstur pada garmen serta penggunaan kain sisa dan benda sehari-hari merupakan elemen unik dalam desainnya yang mengedepankan aspek keberlanjutan.

Perjalanan Syifa dalam mengembangkan “Kenakan” tidak selalu mulus. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah kurangnya pendidikan formal dalam bidang fashion.

“Sebagai seorang Fashion Designer yang tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi di bidang fashion, saya mengalami kesulitan dalam memahami kualitas seperti apa yang pantas untuk bersaing di industri,” ungkap Syifa.

Untuk mengatasi tantangan ini, ia mengambil beberapa kursus seperti  Private Fashion Design dan  Short Course Fashion Business di ESMOD Jakarta,

“Saya yakin, ilmu saja belum cukup untuk membuat usaha ini berkembang, maka saat ini saya mulai memperkuat tim yang ada di balik KENAKAN,” tambah Syifa. Baginya, pengembangan brand tidak hanya bergantung pada kreativitas, tetapi juga pada manajemen tim yang solid dan strategi pemasaran yang efektif.

Proses Kreatif dan Pengembangan Koleksi

Syifa juga berbagi tentang proses kreatifnya dalam menciptakan sebuah koleksi baru. Setiap koleksi dimulai dengan penelitian mendalam untuk mengumpulkan inspirasi.

“Saya senang mengunjungi langsung daerah-daerah yang menginspirasi koleksi saya, mengumpulkan dan membaca literasi, membandingkannya satu dengan yang lain agar tidak terjadi mispersepsi akan interpretasi saya terhadap karya yang akan saya buat,” jelas Syifa.

Setelah konsep matang, ia melanjutkan dengan pengembangan desain dan produksi, diakhiri dengan proses quality control sebelum akhirnya mempromosikan hasil karyanya di media sosial.

Dalam hal segmentasi pasar, Syifa menegaskan bahwa “Kenakan” ditujukan untuk semua kalangan, tanpa batasan usia dan gender.

 “Saya ingin Kenakan dapat dipakai dan dinikmati oleh siapa saja,” ujarnya. Setiap pembuatan baju dimulai dengan diskusi mendalam dengan klien, untuk memastikan setiap karya yang dibuat sesuai dengan keunikan lekuk tubuh dan kepribadian mereka.

Rencana Masa Depan Kenakan

Mengenai tren fashion, Syifa berpendapat bahwa tren berkembang sangat dinamis dan beragam, mencerminkan perubahan dalam budaya, teknologi, serta kesadaran sosial.

“Kami bukan hanya ingin menjadi berbeda, namun juga berkontribusi terhadap industri fashion di Indonesia,” tuturnya. Bagi Syifa, menjadi diri sendiri dan berani bereksperimen adalah kunci untuk tetap relevan dan berinovasi.

Syifa memiliki visi yang jelas untuk masa depan “Kenakan”. Ia berharap brand-nya dapat terus berkembang dan berkontribusi dalam industri fashion tanah air, bahkan mungkin berkolaborasi dengan desainer Indonesia lainnya.

“Dengan melakukan pengembangan produk dan pelayanan, kami berharap produk kami dapat lebih dikenal dan terus relevan,” harapnya. Selain itu, Syifa juga berkomitmen untuk terus mendukung keberlanjutan budaya Indonesia dan menjaga kelestarian lingkungan, sejalan dengan visi dan misi “Kenakan” sejak awal berdiri.

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 204.