Kota Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan mempunyai banyak sekali warisan budaya baik yang bersifat non fisik (intangible) dan fisik (tangible). Warisan budaya yang bersifat fisik di Kota Yogyakarta cukup banyak. Bangunan-bangunan kuno yang menjadi warisan sejarah masa lampau tersebar diberbagai sudut kota, sehingga sejumlah kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya.

Festival Jogja Kota diselenggarakan oleh Dinas kebudayaan Kota Yogyakarta bertujuan untuk memaksimalkan potensi keberadaan kebudayaan masyarakat perkotaan (urban culture) yang berkembang di sekitarnya.

Perkembangan seni budaya di dalam masyarakat Kota Yogyakarta turut dipengaruhi oleh karakteristik Kawasan Cagar Budaya yang ada. Empat Kawasan Cagar Budaya di Kota Yogyakarta yaituKawasan Cagar Budaya Kotagede, Kawasan Cagar Budaya Kotabaru, Kawasan Cagar Budaya Pakualaman, serta Kawasan Cagar Budaya Tugu-Malioboro-Kraton mempunyai ciri khas masing-masing.

Masyarakat Kota Yogyakarta memiliki karakteristik cukup terbuka dengan hal-hal baru, budaya baru dan orang-orang baru yang datang dan menetap dengan membawa budaya dari daerah bahkan negara masing-masing. Budaya itu berbaur dengan budaya Jogja, tumbuh dan berkembang bersama membentuk sebuah akulturasi yang harmonis tanpa meninggalkan identitas masing-masing. Jogja memjadi kota ekspresi dan apresiasi dalam berbagai bidang sosial dan budaya.

Peserta Festival Jogja Kota Tahun 2024 diikuti oleh Masyarakat dan Pelaku Seni Budaya yang tersebar pada 14 Kemantren, pelaku seni luar daerah dan pelaku seni profesional. Festival Jogja Kota 2024 mengambil tema : “BALAD” yang berarti Gugur Gunung, Gotong Royong, dan Kerja Bakti.

Festival Jogja Kota 2024 dikemas dalam bentuk berbagai aktivitas baik pameran dan bursa lewat WARKOT (Warung Kota) tiap – tiap booth Kawasan Cagar Budaya yang melibatkan kemantren masing – masing dan sajian seni pertunjukan yang memadukan unsur gerak, musik, drama dan visual multimedia.

Festival Jogja Kota 2024 menampilkan seni pertunjukan beserta potensi wilayah kolaborasi masyarakat 14 Kemantren se-Kota Yogyakarta yang terklasterisasi dalam Kawasan Cagar Budaya (KCB). Seperti yang kita tahu bahwa di Kota Yogyakartaada 4 Kawasan Cagar Budaya (KCB) yaitu KCB Gumaton (Tugu-Malioboro-Kraton), KCB Pakualaman, KCB Kotabaru, dan KCB Kotagede.

Kolaborasi masyarakat antar Kemantren di Kawasan Cagar Budaya. Festival Jogja Kota Tahun 2024, akan menampilkan “AYODYAKARTA” persembahandari KCB Kraton yang merupakan kolaborasi kemantren Kraton, Ngampilan, Wirobrajan, Mantrijeron, Gedongtengen dan Tegalrejo. “”DANCE WITH RIVER”” persembahan KCB Kotabaru kolaborasi denagn Kemantren Gondokusuman, Jetis dan Danurejan. “THE BALAD OF MACAPAT” persembahan KCB Pakualaman kolaborasi Kemantren Pakualaman, Gondomanan dan Mergangsan. “HAMEMETRI” persembahan KCB Kotagede kolaborasi Kemantren Umbulharjo dan Kotagede.

Selain menampilkan seni pertunjukan yang unik dan merepresentasikan potensi- potensi di wilayah masing-masing, setiap KCB akan menyediakan booth yang berisi produk-produk unggulan baik kuliner maupun produk kreatif yang bisa dibeli oleh pengunjung.

Kemudian juga ada live cooking makanan khas Yogyakarta di lokasi booth sehingga pengunjung bisa merasakan experience yang berbeda. Pameran dan bursa beragam produk kuliner serta kerajinan tersebut bisa ditemukan pengunjung dalam booth-booth tiap KCB yang di design unik dengan istilah Warung Kota atau“WARKOT”.

Yang membuat istimewa Festival Jogja Kota tahun ini adalah pertunjukan Kethoprak Narapraja, yang menampilkan Pj. Wali Kota Yogyakarta, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Yogyakarta, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, dan Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemerintah Kota Yogyakarta. Pertunjukkan Istimewa ini mengambil lakon Hadeging Kutha Yogyakarta.

Sekadar informasi, Hadeging Kutha Yogyakarta merupakan sejarah epik tanah Jawa yang menjadi penanda lahirnya peradaban Yogyakarta. Pada tahun 1746 setelah kraton Mataram berpindah ke Surakarta dari Kartasura yang rusak karena geger Pecinan, Sunan Pakubuwono ke-2 terlilit hutang budi pada Kumpeni. VOC merasa sangat berjasa menyelamatkan Mataram sehingga memaksa Pakubuwono menyepakati perjanjian yang sangat merugikan Mataram.

Mangkubumi sebagai pangeran Mataram secara tegas menolak campur tangan VOC yang menjajah kemerdekaan Mataram. Akhirnya Pangeran Mangkubumi melakukan perlawanan dengan mengobarkan perang selama 9 tahun lamanya. Dan pada tahun 1755 berhasil mendirikan peradaban baru di tanah Jawa yaitu peradaban Negari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Dan kutha Yogyakarta sebagai ibukotanya. Naskah ditulis oleh Bondan Nusantara. Disutradarai oleh RM Altiyanto Henryawan. Dan dimainkan oleh narapraja atau para pejabat di lingkungan pemerintah kota Yogyakarta beserta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah  kota Yogyakarta.

Sumber Foto: Istimewa

Baca Juga: