Berawal dari kepedulian terhadap pendidikan anak yatim piatu dan kurang mampu, Ni Nyoman Sri Wahyuni, mendirikan Yayasan Widya Gun pada tahun 2005 dengan tujuan memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.
Namun, perjalanan yayasan ini tidak berhenti di situ. Pada tahun 2008, yayasan mulai merangkul anak-anak dengan down syndrome dan disabilitas lainnya, membuka pintu bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang layak.
Pendidikan sebagai Kunci Memutus Rantai Kemiskinan
Ni Nyoman Sri Wahyuni menjelaskan bahwa tujuan utama Yayasan Widya Guna adalah memberikan pendidikan kepada anak-anak yatim piatu dan kurang mampu.
“Kita tidak mau kemiskinan itu diwariskan. Jika dalam satu keluarga anak tidak bisa disekolahkan, setelah menikah mereka tidak akan punya masa depan yang baik karena tidak mampu membiayai sekolah anaknya,” ujarnya.
Dengan memberikan pendidikan, yayasan ini berharap dapat memutus rantai kemiskinan yang sering kali diwariskan dari generasi ke generasi.
Selain pendidikan formal, yayasan juga memberikan les bahasa Inggris. Namun, pada tahun 2008, yayasan mulai menerima anak-anak dengan down syndrome dan disabilitas lainnya. “Saat itu, kita tidak punya pengetahuan tentang down syndrome, tetapi ada relawan dari Belanda yang mengajarkan teknik pengajaran untuk anak-anak disabilitas,” kata Ni Nyoman. Dari situ, yayasan mulai berkembang dan menerima lebih banyak anak disabilitas.
Cafe Piduh: Tempat Pemberdayaan dan Kebanggaan
Pada tahun 2019, yayasan mulai memikirkan masa depan anak-anak disabilitas yang sudah berusia 20 tahun ke atas. “Kita punya 43 anak disabilitas, dan beberapa di antaranya sudah berusia 20 tahun ke atas. Kita harus memikirkan apa yang akan mereka lakukan setelah tamat dari yayasan,” ujar Ni Nyoman.
Dengan bantuan dari orang tua dan ahli, yayasan membuka kelas kejuruan (vocational) untuk melatih anak-anak disabilitas bekerja di restoran.
Pada tahun 2022, yayasan membuka Cafe Piduh sebagai tempat pemberdayaan bagi anak-anak disabilitas yang sudah tamat dari yayasan.
“Cafe ini adalah tempat di mana mereka bisa bekerja, mendapatkan gaji, dan merasa berguna,” kata Ni Nyoman. Cafe Piduh tidak hanya memberikan pekerjaan, tetapi juga menjadi sumber motivasi bagi anak-anak disabilitas yang lebih muda. Mereka melihat contoh nyata bahwa setelah tamat dari yayasan, mereka bisa bekerja dan membantu keluarga mereka.
Karena sebagian besar anak disabilitas di Cafe Piduh tidak bisa membaca dan menulis, yayasan mengembangkan sistem kerja yang inovatif. “Kita menggunakan metode gambar untuk memudahkan mereka bekerja secara mandiri,” jelas Ni Nyoman. Setiap menu di cafe ini dilengkapi dengan gambar dan kode khusus, sehingga anak-anak bisa mengantarkan makanan dan minuman dengan tepat.
Misalnya, nasi goreng dilengkapi dengan gambar anak perempuan, dan di sampingnya ada deskripsi bahan-bahan yang digunakan. Untuk memesan, pelanggan harus mencocokkan form order dengan gambar yang ada di menu. Setelah selesai memilih, pelanggan membunyikan bel yang ada di meja, dan waitres akan datang untuk mengambil pesanan.
Menu Harian dan Jam Operasional yang Ramah
Cafe Piduh menyajikan menu harian seperti nasi goreng, chicken mushroom, dan nachos. Selain itu, cafe ini juga memiliki menu signature, yaitu pasta dari daun piduh. “Kita buka dari jam 10 pagi sampai jam 3 sore, karena anak-anak down syndrome tidak bisa bekerja seharian penuh,” kata Ni Nyoman.
Cafe ini buka dari Senin sampai Jumat, dan kedepannya mungkin akan dibuka dua shift untuk mengakomodasi lebih banyak pelanggan.
Sejak dibuka, Cafe Piduh telah memberikan dampak positif bagi anak-anak disabilitas dan keluarga mereka. “Mereka merasa berguna karena bisa mendapatkan gaji dan membantu keluarga,” ujar Ni Nyoman.
Selain itu, cafe ini juga bekerja sama dengan travel agent untuk memasukkan Cafe Piduh dalam program kunjungan wisata, sehingga semakin banyak orang yang datang dan mendukung usaha ini.
Ni Nyoman Sri Wahyuni berharap Cafe Piduh bisa terus berkembang dan memberdayakan lebih banyak anak disabilitas di Bali. “Kita ingin menunjukkan bahwa anak disabilitas juga bisa berkontribusi dan memiliki masa depan yang cerah,” ujarnya.
Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 210