KabariNews – Jamak diketahui jika orang mengenal Batik banyak berasal dari Jawa Tengah dan Timur. Lantas bagaimana dengan keberadaan Batik Betawi yang lahir di tanah Jakarta?, seperti tak bergaung seraya kalah pamor. Belum lagi dengan miskinnya literasi dan promosi yang mungkin bisa dijadikan biang keladi yang membuat Batik Betawi seperti tenggelam kehadirannya.

Namun siapa sangka, di tangan segelintir orang yang peduli dengan Batik Betawi, batik jenis ini terus menunjukkan eksistensinya. Seperti yang nampak dari aktivitas yang dilakukan oleh ibu-ibu paruh baya di Kampung Batik Betawi Terogong suatu sore beberapa waktu yang lalu. Dalam candanya mereka serius men-canting Batik dengan motif khas Batik Betawi seraya menunjukan Betawi punya batiknya sendiri.

Siti Laela (Pengelola Batik Betawi Terogong) yang berada diantara ibu-ibu tersebut dalam perbincangannya dengan KABARI mengatakan Batik Betawi Terogong sudah berdiri dan beraktivitas sejak September 2012. Ihkwal berdirinya, kebetulan Siti merupakan putri asli kelahiran Jakarta, hati kecilnya tergerak untuk mempopulerkan Batik Betawi. Sebab Batik disini, maksudnya di wilayah tempat tinggalnya bukanlah barang baru karena sudah ada sejak dekade 1960-an.

Siti mengingat ibu-ibu di daerah ini pekerjaannya dulu adalah membatik selain bertani. Kalau dulu Batik Betawi disebut Batik Jakarta dengan motifnya berupa bintang, buketan dan motif lainnya. “Waktu saya kecil banyak yang membatik di daerah tetapi pada tahun 1970-an Batik Jakarta mulai meredup pamornya. Dan sangat disayangkan sekali referensi tentang Batik Betawi sampai saai ini saya belum menemukan referensi literasi tentang batik ini” kata Siti.

Miskinnya literasi tentang Batik Betawi tidak menjadi masalah. Toh, Siti tetap akan terus mencari literasi tentang apa yang sekarang ini digelutinya. Soal batik yang dibuatnya , untuk proses pembuatan batik Betawi sebenarnya sama prosesnya dengan pembuatan batik jenis lainnya, yang berbeda hanya motifnya saja. Batik Betawi tidak mempunyai pakem, berbeda dengan batik-batik daerah lainnya yang memiliki pakem.

Akan halnya dengan warna Batik Betawi lebih cenderung ngejreng atau lebih cerah karena ada unsur budaya Cinanya. “Tapi kita tidak menutup kemungkinan bermain di warna yang lebih-lebih kalem, tergantung pemesanan saja. Dan motif dari Batik Betawi berupa tanaman, binatang, tumbuhan, khas-khas Betawi seperti ondel-ondel, tanjidor, transportasi zaman duhulu, dan simbol-simbol kota Jakarta” tutur Siti.

Menyoal Batik Betawi yang kalah pamor dengan batik-batik lainnya, Siti Laela menanggapinya secara enteng seraya berujar itu sebagai salah satu kendalanya, tetapi ia pikir kalahnya pamor justru menjadi motivasinya untuk terus memperkenalkan Batik Betawi ke khalayak luas dan mengatakan Batik Betawi tidak kalah dengan batik yang sudah ada sebelumnya, seperti Batik Cirebon, Solo atau daerah lainnya.

Untuk mengolah batik Betawi, Siti mendapatkan bahan baku untuk Batik Betawi Tengarongnya dari Pekalongan. Bahan batik Betawi Terogong-nya bermacam-macam, mulai dari katun prima dan katun primisima, dan sutera. Selain menjadi pakaian, Batik Betawi Tengarong juga diproduksi menjadi sandal, dompet, dres dan telapak meja.

Berbicara soal produksinya kalau tidak ada pesanan, Siti mengatakan sebulan sekitar 50-80 potong tetapi kalau ada pesanan bahkan lebih dari 200-an potong per-bulannya. Untuk motif batiknya tergantung dari pemesanan, biasanya mereka melihat motif yang Siti tawarkan dan yang paling disukai adalah motif ondel-ondel karena saya buat motif tanaman langka di Jakarta, tetapi tetap saja orang mencari motif ondel-ondel.

Siti memperkerjakan sekitar 10 orang bukan tenaga tetap. “Saya mencoba memberdayakan wanita sekitar di tempat tinggal saya, tetapi itu juga bukanlah hal mudah dilakukan. Jadi yang 10 ini tetap yang saya pertahankan untuk terus membatik. “ kata Siti. Sampai sekarang distribusi batiknya salah satunya dititipkan di gerai-gerai mal, dan tempat oleh-oleh Jakarta. Lebih banyak pesanan dari mulut ke mulut, dan juga Siti memasarkannya di media online dan sosial. Responnya pun cukup positif dan meningkat terus produksinya. Mereka yang membeli kebanyakan dari instansi pemerintah, swasta dan perorangan.

Untuk harganya, Siti mengatakan untuk batik cap di-kisaran harga per-potongnya dari 125 ribu sampai 300 ribu,untuk yang 125 ribu untuk satu warna, sedangkan yang 300 ribu untuk tiga warna. Dan untuk per-potong Batik Tulis seharga 350 ribu sampai diatas 1 juta, dan ini harga tergantung dari bahannya. Tertarik berkunjung? Kampung Batik Terogong ini berada di ke Jl. Terogong III, Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan. (1009)


Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/80271

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Bisnis

 

 

 

 

kabari store pic 1