Menyerap budaya dari luar memang sah-sah saja. Asalkan yang diserap adalah budaya yang baik dan sesuai dengan budaya kita. Tidak asal menyerap yang dianggap modern tapi tidak berdasar tatakrama yang diajarkan oleh orang tua kita. Di bawah ini ada beberapa budaya luar yang patut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari kita.

Mengucapkan please, sorry dan thank you

Mengucap tiga kota itu rasanya sepele karena itu sering kita merasa tak perlu. Sedangkan budaya di sini meski sekecil apapun yang kita dapat, tak lupa mengucapkan terima kasih. Dengan siapa saja bahkan dengan orang terdekat kita. Ketika tanpa sengaja berbuat salah, tak segan meminta maaf. Ketika ingin meminta sesuatu, ucapkan dengan kata ‘tolong’, dan menghargai apa yang telah orang lain lakukan dengan mengucap terima kasih.

Mengucap salam dan menyapa

Indonesia terkenal dengan keramahan penduduknya tapi mengapa justru banyak yang lupa untuk tersenyum dan menyapa ketika berpapasan. Orang barat dianggap lebih individual tapi mereka rajin menyapa meskipun tidak kenal sekalipun. ‘Hi’, ‘how are you’ diucapkan saat berpapasan dan ‘take care’ atau ‘have a good day’ saat berpisah. Mengapa kita tidak memulai dengan menyapa ‘selamat pagi’, ‘assalamualaikum’, melambaikan tangan atau melempar senyum saat berpapasan dengan tetangga atau orang lain dimana saja.

Membukakan atau menahan pintu

Saat masuk atau keluar suatu gedung, entah restoran atau perkantoran, seringkali tak lupa menoleh ke belakang. Seandainya ada orang di belakang kita, saat membuka pintu, kemudian tahan untuk mereka. Tak peduli siapa pun orangnya. Tolonglah dengan membukakan pintu jika kita melihat ada orang yang kesusahan membuka karena membawa barang-barang. Persilakan lebih dulu bagi yang keluar, jangan mendesak masuk akhirnya malah bertabrakan. Tak ada ruginya menunggu sebentar untuk menahan pintu.

Selalu ringan tangan

Dalam hal ini arti ringan tangan adalah yang suka menolong. Saat melihat orang lain kerepotan mengangkat koper, berhentilah sebentar untuk menolong. Bukannya cuek dan hanya berhenti jika mereka meminta. Tak perlu menunggu, segera cekatan menolong semua orang apalagi dengan mereka yang lebih tua atau wanita. Mempersilakan tempat duduk di transportasi umum termasuk budaya yang mesti digalakkan. Antri yang benar, tapi juga tidak segan mempersilakan atau memberi ruang seandainya ada yang lebih membutuhkan, seperti mereka yang butuh penanganan cepat di rumah sakit atau butuh segera antri maju agar tak ketinggalan kereta.

Membuang sampah pada tempatnya

Sekarang ini sudah banyak terlihat tempat sampah yang rapi dan dibagi dalam kategori ‘trash’ dan ‘recycle’ seperti budaya luar, tapi masih saja banyak yang malas membuang ke tempat yang benar. Mengapa tidak meniru mereka yang membuang sampah pada tempatnya dan tak perlu menunggu orang lain membersihkan. Saat habis makan, terutama di restoran cepat saji, kita buang sendiri sampahnya. Herannya masih saja ada yang berpikiran, ‘tinggal aja di meja, pasti ada yang membersihkan’. Buang jauh pikiran itu. Apa susahnya membuang sampah sendiri. Didik anak kita sedini mungkin untuk gemar membuang sampah agar menjadi generasi yang peduli kebersihan dan tidak manja.

Membuat janji sebelum bertamu

Budaya luar sangat mengagungkan privacy atau kerahasiaan pribadi. Karena itu berlaku pula saat mereka ingin bertamu. Mereka tidak ingin mengganggu maka yang dilakukan adalah selalu menelepon lebih dulu sebelum bertamu. Mereka tidak akan langsung datang dan ketuk pintu. Satu lagi, mengingat waktu yang tepat untuk bertamu. Bukan terlalu pagi, atau siang hari saat waktu istirahat serta bukan malam hari saat waktu makan malam. Bagaimana kalau kita mencontoh budaya ini. Berjanjilah dulu sebelum bertamu, sehingga yang akan kita kunjungi sudah siap dan kita juga tidak mengganggu waktunya. Kesal bukan, jika kita sedang beristirahat barangkali karena kurang sehat, tetiba ada tamu ketuk-ketuk pintu? Karena itu perlakukan hal yang sama pada orang lain yaitu tidak mengganggu waktu istirahat atau waktunya berkumpul dengan keluarga.

Tidak menilai berdasar benda

Di sini maksudnya adalah jika seseorang memberikan sesuatu pada kita seperti hadiah, cenderamata atau oleh-oleh, jangan melihat dari apa yang diberikan tapi hargailah dari cara mereka mengingat kita. Kalau orang barat akan mengatakan, ‘thank you for thinking of me’. Bahkan sebelum membuka hadiahnya. Mereka akan menghargai apapun yang diberikan. Jangan sampai justru karena kita melihat berupa apa bendanya malah lupa berterima kasih. Bahkan ada yang merasa kecewa dan berpikir, ‘kok cuma begini hadiahnya’. Kita harus belajar dari budaya luar bagaimana cara menghargai pemberian orang sekecil apupun. Kita tidak tahu bahwa barangkali mereka membuat sendiri hadiahnya, atau berusaha keras untuk mendapatkannya.