Di tengah hamparan perkebunan sawit Desa Tommo 1, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, cerita perjuangan dan harapan datang dari keluarga I Kadek Somadana dan Ni Luh Ernawati.
Setiap hari, Kadek dengan sepatu bot dan galah bambu bersabit memanen buah sawit, sementara istrinya, Ni Luh, mendorong gerobak mengangkut hasil panen. Inilah rutinitas mereka, yang meski penuh tantangan, tetap dilakukan demi masa depan anak-anak mereka.
Di desa transmigrasi ini, hampir semua keluarga menggantungkan hidup dari kebun sawit. Kadek sendiri mengolah lahan sawit milik ayahnya, dengan hasil panen setiap dua minggu yang memberikan penghasilan sekitar dua juta rupiah per bulan.
Meski hidup sederhana, Kadek memiliki tekad kuat untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.
Anak kedua mereka, Made Emilia Cahyati, membawa kebanggaan tersendiri. Emil, sapaan akrabnya, berhasil lolos masuk Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Tidak hanya itu, Emil juga mendapat beasiswa penuh dari UGM, yang menutupi seluruh biaya kuliah.
Perjalanan Emil menuju UGM tidaklah mudah. Dari SMA 1 Pangale, Kabupaten Mamuju Tengah, yang belum pernah mengirim alumni ke UGM, Emil berhasil menembus batas dengan prestasi akademiknya.
Sejak kecil, Emil harus menempuh perjalanan 45 menit dengan motor melewati kebun sawit untuk bersekolah. Kesulitan ini tidak menyurutkan semangatnya. Emil selalu masuk tiga besar di kelas dan berprestasi di berbagai lomba, termasuk Olimpiade Sains Nasional dan Festival Lomba Siswa Nasional.
Emil percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. Berbagai perlombaan ia ikuti untuk menambah peluang masuk UGM.
“Dari awal memang saya sudah niat mau masuk UGM karena Yogyakarta terkenal dengan pendidikannya,” ujar Emil.
Sang kakek, Made Yarnita, yang menjadi transmigran pada tahun 1983, merasa bangga melihat cucunya berhasil. Yarnita mengenang bagaimana ia merantau ke Mamuju demi masa depan keluarganya.
Hidup sebagai transmigran penuh tantangan, namun semangat untuk mengubah nasib tak pernah pudar. Kini, rumah papan yang dulu ditempati masih tersimpan sebagai kenangan perjuangan.
Sumber foto: ugm.ac.id
- Dechantique Luncurkan Koleksi Casual Deluxe Bertema “Tropical Grace”
- AS Dukung Generasi Muda Dorong Inovasi Maritim Lewat Lokakarya Ekonomi Biru YSEALI di Batam dan Singapura
- Satu Sentuhan untuk Perlindungan Kesehatan, blu Health Protection
- Dalam Trailer Resminya, “Waktu Maghrib 2” Tampilkan Teror dan Ketegangan di Desa Giritirto
- Jeep® Wrangler 4-Door Rubicon, Perpaduan Ikonik antara Desain Legendaris dan Sentuhan Modern