Sebelum menjadi seorang desainer, beragam profesi telah dijalani oleh Tekno Wiroyudho.  Sempat menjadi penjual koran hampir 7 tahun lamanya. Kemudian banting setir beralih peruntungan di bidang kuliner dan menjadi guru senam.

Bahkan menjadi juri senam di Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2004 sampai sekarang. Baru di tahun 2013, barulah Tekno terjun sebagai desainer dengan brandnya bernama Batek TW yang berfokus pada busana  ready to wear dan baju-baju kantor. Tekno  mendesain segala macam jas dengan persentase hampir  75 persen adalah busana pria yang mengangkat Wastra Nusantara, terutama Batik Tulis Jawa Timur

Kini melalui Tekno Wiroyudho Management, Tekno menggandeng para penyandang disabilitas yang punya ketertarikan di dunia fashion untuk berkreasi, mulai cara berpose hingga berjalan di catwalk.

Dari dulu Tekno punya cita-cita untuk berbagi dengan para disabilitas. Dalam benaknya terbesit alangkah bahagia mereka jika bisa show dibalut busana desainer.  Pada Desember 2021, kenginannya terwujud dengan dibukanya sekolah modelling khusus untuk disablitas  yang sifatnya non profit.

“Tujuannya saya ingin membuat para disabilitas percaya diri, diakui keluarga dan lingkungannya. Jika mereka mendapat job itu menjadi rezeki mereka. Selama ini mereka kerap dipandang sebelah mata. Dari sini kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka mampu dan tidak ada bedanya dengan kita,” tutur Tekno kepada KABARI.

Tekno bercerita, awalnya memang susah dan terkendala bahasa bagi yang tunarungu. Tapi Tekno perlahan belajar memahami dan akhirnya bisa menjalankan. Diakui Tekno, daya tangkap mereka luar biasa. Sekalipun anggotanya ada yang down sindrom, Tekno bisa arahkan dengan baik dan benar dan terbukti mereka percaya diri dan mampu.

Sejauh ini kurang lebih ada 50 orang dengan rentang usia dari 10-30 tahun tergabung di Tekno Wiroyudho Management. Tekno tidak membatasi siapapun untuk ikut bergabung di manajemennya.

Untuk shownya sendiri, Tekno juga tidak membatasi harus fashion show dimana, dari show di lapangan bola, toko bangunan, sampai Hotel Bintang 5. Bukan tanpa alasan,  tujuan Tekno agar mereka tahu rasanya shownya di tempat yang berbeda-beda.  

 “Yang penting mereka dikenal oleh masyakarat dan membuat mereka bahagia,” imbuhnya.

Bersama para disabilitas, show-show sudah dilakukan beberapa kali. Seperti dalam Gelaran Kaltim Expo di Atrium Grand City Mall Surabaya, Show Etnura pada Maret lalu di Hotel Shangri-La Surabaya. Gelaran fashion show itu dalam rangka memperingati hari jadi Ethnic Nusantara (Etnura) yang kedua. Dua belas model anak didiknya tersebut membawakan desainnya di atas panggung layaknya model profesional.

Bahkan, salah seorang anak didiknya yang bernama Atikah meraih juara I dalam Indonesia Model Search (IMS) beberapa waktu lalu. Selain itu Fashion Show dengan tema Berkarya Menembus Batas di Atrium Cito Mall, Fashion Show digebyar UMKM Fiesta 2 di WTC Mall Surabaya dan masih banyak lagi.

Rencana kedepan, Tekno akan menggelar fashion show di bulan Januari dan lanjut di bulan-bulan berikut. Dan akan mengajari modelnya tidak sebatas modelling saja melainkan make up.

 “Seorang model harus mengetahui soal make up. Kita akan ajari pelan-pelan  mereka soal dunia make up,” pungkasnya.

Simak video pilihan Kabari dibawah ini