Tak dipungkiri produk bulu mata palsu Indonesia laris manis di pasar luar negeri. Menurut data  Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, Indonesia jadi eksportir bulu mata palsu kedua terbesar di dunia setelah Tiongkok.

Beberapa negara menjadi importir produk bulu mata palsu dari Indonesia, mulai dari Malaysia, Singapura, dan Filipina. Kemudian meluas ke Korea Selatan, bahkan sampai ke Amerika Selatan dan Eropa, seperti Inggris, Prancis, Belgia, Ceko, dan negara lainnya.

Di Indonesia, ada dua tempat di yang dikenal sebagai pusat pembuatan bulu palsu, yaitu Purbalingga dan Purworejo. Di Purbalingga,  produksi bulu mata palsunya sudah merambah pasar internasional sejak tahun 2016.

dewi

Sejurus dengan itu, Dewi Ekha Harlasyanti menjadi salah satu pengusaha lokal dari Purbalingga yang turut ambil andil sebagai eksportir bulu mata palsu asli Indonesia. Bersama perusahaannya, bernama PT Diva Prima Cemerlang, Dewi mengekspor bulu mata palsu ke empat benua termasuk, Amerika.

“Untuk pasar Amerika Serikat, kita kirim ke beberapa wilayah seperti Florida, Miami,  Los Angeles dan kota lainnya,” kata Dewi kepada KABARI.” Bisa dibilang selain negara lain, Amerika Serikat ini menjadi pasar terbesar produk bulu mata palsu.”

Dewi mengatakan peluang pasar bulu mata palsu di pasar global sedikit pesaingnya dan memiliki potensi market yang sangat besar. Sejauh ini, persaingan pasar global untuk bulu mata hanya ada Tiongkok, dan Vietnam.

Produk bulu mata dari Indonesia mempunyai keunggulan, yaitu berbahan dasar yang berasal dari rambut asli, tidak sintetis yang mana hal ini berbeda dibanding produk dari negara lain semisal Tiongkok yang menggunakan bahan sintetis yang diproduksi dengan mesin untuk bulu matanya.  

“Jadi bulu mata palsu yang berbahan baku rambut orang pasti dari Indonesia, dan di dunia ini yang bisa bikin hanya Purbalingga saja. Sehingga kenapa saya memilih untuk menjadi eksportir bulu mata palsu karena Indonesia pemasok bulu mata palsu ke seluruh dunia, ” kata Dewi.

Dalam memproduksi bulu mata palsu, Dewi memberdayakan pengrajin/masyarakat di Purbalingga dan Purworejo. Jumlahnya mencapai ratusan orang yang diberdayakan dimana sebagian besarnya adalah kaum ibu-ibu.

Dewi hanya menyediakan alat dan bahan bakunya saja. Sementara mereka datang ambil barang dan bahan baku untuk dibawa ke rumahnya masing-masing, setelah jadi barulah disetor ke Dewi. Ia mengatakan produknya tidak begitu dijual di pasar dalam negeri lantaran memang dewi menyasar pasarnya luar negeri yang lebih bagus.

“Saya mencari pembeli kemudian saya memesankan ke industri rumahan yang ada. Jadi yang mengeksporkan produk mereka,” tuturnya.

Nah, rencana Dewi akan terus melalukan ekspansi ke pasar luar negeri, termasuk ke Australia karena sejauh ini produknya belum menyasar ke negeri kanggaru tersebut.

Simak video pilihan Kabari dibawah ini