Koperasi Gerakan Fermentasi Nusantara (Fermenusa) telah menjadi tonggak penting dalam mempromosikan praktik fermentasi sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia yang kaya.

Lebih dari sekadar sebuah organisasi, Fermenusa menjadi simbol semangat untuk melestarikan warisan budaya dan memperkaya citra serta cita rasa mahakarya fermentasi melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih, serta strategi komersialisasi yang inovatif.

Fermenusa tidak akan terwujud tanpa Festival Fermentasi Nusantara di Kemang pada tahun 2016 yang menandai awal dari gerakan ini. Dari sana, Fermenusa terus tumbuh dengan berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam memahami dan menghargai kekayaan hasil fermentasi lokal.

Harry Nazarudin, Sekretaris Koperasi Fermentasi Nusantara, menjelaskan langkah-langkah konkret yang telah diambil oleh Fermenusa untuk mencapai visi dan misinya. Dengan mengadakan berbagai acara, seminar, dan audiensi dengan stakeholder serta pemerintah terkait produk fermentasi Nusantara, Fermenusa berhasil menggali dan mempopulerkan praktik fermentasi secara luas.

Salah satu kegiatan terbaru yang diselenggarakan oleh Fermenusa adalah Bittersweet Festival dalam rangka pameran dagang internasional, Food Hotel Tourism Bali, yang berlangsung dari tanggal 6 hingga 8 Maret 2024.

Bittersweet Festival, sebagai festival fermentasi pertama di Indonesia, memberikan platform kreatif, edukatif, dan produktif bagi para pelaku industri untuk belajar, berjejaring, dan berbisnis dalam suasana yang penuh semangat.

Dalam Bittersweet Festival ini, berbagai pengrajin dan pelaku UMKM turut serta dalam mempersembahkan keunikan hasil fermentasi Nusantara melalui pameran dan edukasi produk seperti arak, tempe, dan cokelat.

“Fermenusa berperan aktif dalam menggali dan mempopulerkan budaya lokal terkait praktik fermentasi, seperti yang diwujudkan melalui kegiatan rutin IG Live setiap Selasa di akun @kangharnaz,” tuturnya.

Harry menyoroti tren positif dalam perkembangan industri fermentasi di Indonesia, yang memberikan dampak positif terhadap perekonomian, khususnya dalam menciptakan pendapatan dan lapangan kerja baru di sektor UMKM.

Namun, tantangan tetap ada. Masalah bahan baku, regulasi, dan sistem aturan perdagangan yang masih kurang mendukung produk dalam negeri menjadi fokus bagi industri fermentasi. Meski demikian, upaya kolaboratif dan inovatif terus dilakukan untuk mengatasinya.

Dengan kesadaran masyarakat yang terus meningkat tentang potensi produk fermentasi Nusantara, Harry optimis bahwa industri ini akan terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian serta pelestarian budaya di Indonesia.

Langkah-langkah untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berdaya saing di pasar global terus diupayakan, termasuk dalam memperbaiki regulasi dan sistem aturan perdagangan yang mendukung produk lokal. Dengan demikian, Fermenusa berperan penting dalam mengangkat industri fermentasi Indonesia ke tingkat global yang lebih tinggi.

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 199

Baca Juga: