Ingin sekali segera kubalas SMS itu, meskipun selalu hanya dengan kata-kata biasa karena aku tidak pandai berkata-kata seperti Hendra. Tapi entah kenapa, ada perasaan yang membuat jari2ku enggan membalasnya. Mungkin karena cemburu, mungkin sekedar ingin dirindukan olehnya. Yang jelas sekarang waktunya untuk mengikuti kelas Yoga yang sudah lama ingin aku coba, juga untuk lebih mengenal Ferry, sekedar meredakan api cemburuku.

Tapi anehnya meskipun Feby selalu berusaha menjodohkan aku dengan Ferry, yang aku liat mereka ngobrol dengan sangat akrab..bahkan kadang tampak seperti sepasang kekasih. Padahal selama ini Feby selalu bilang bahwa tidak ada apa-apa di antara mereka.

“Feb, mesra amat sih” godaku saat Feby mendekat

“_hmm.._ gara-gara kamu ini semua” jawabnya sambil tersenyum

“lho, koq bisa gara-gara aku?”

“Selama ini Ferry sering ngobrol sama aku, karena ngobrolin kamu..”

“Iya, kamu pernah cerita, kamu selalu bilang kalo dia orangnya baik dan perhatian, jangan2…”

“Justru itu, semakin aku kenal dia..ternyata orangnya tipe cowok yang bertanggung jawab, dia bekerja paruh waktu untuk mendukung ekonomi keluarga. Juga sikapnya yang agak kaku dan tidak pandai bicara, anehnya malah menarik dan membuat aku merasa nyaman, merasa aman bareng dia”

“Nah lho..mak comblang jatuh cinta ya” godaku sambil mencubit manja lengan Feby

“_ssttt.._barusan dia nembak aku, aduh..ga romantis banget caranya. Tapi rasanya koq tulus, dia cuma nanya boleh nggak kalo selain jadi pembimbing yoga, dia juga jadi pembimbing hati aku. Trus dia ngasih buku mengenai yoga yang dia janjikan.”

“Aduh..ga romantis banget, mana bisa dibandingin ama cowok2 kamu yang dulu, apalagi si Patrick yang anak teater itu” Ucapku disertai rasa frustasi, membayangkan masa depan suram dari sahabatku.

“Justru itu anehnya, aku malah nggak pernah merasa berdebar-debar kayak tadi. Saking ga romantisnya kali ya, malah jadi ada rasa, hihihi” Pendapat aneh dari seorang idola di sekolahku dengan segudang cowok yang ngantri ingin jadi pacarnya.

Jadilah kelas Yoga, sebuah panggung kecil dimana aku yang ingin sedikit membuka hati untuk Ferry, malah menjadi penonton setia kemesraan yang mau tidak mau harus kusaksikan dari awal hingga akhir. Errgghh..kelas Yoga konyol yang kupastikan tidak akan kuikuti lagi!

Lengkap sudah galauku, mulai dari Hendra dengan Fara, juga Feby dengan Ferry. Dua gelas Es Podeng sudah aku santap dengan lahap, karena doyan campur sengsara. Biarlah hancur program dietku, biar ga muat baju yang akan aku kenakan untuk makan malam bersama Hendra esok malam.

Tapi hari masih enggan untuk berakhir. Sebuah SMS kembali menyita perhatianku..

“Cinta, kau dimana

Gelisahku menanti sapamu

Karena resah hanyalah duri hati

Bukan ungkapan rindu

Biar rasa yang bicara

Bila kata sudah terbata

Karena lubuk hati terdalamku

Selalu inginkan kamu”

“Aduh..norak, norak banget deh nih cowok. Tapi aku suka” Ucapku dalam hati, sambil senyum-senyum ga jelas seperti kena virus cinta. Karena terus terang, dulu ayah yang mengajarkan aku bernyanyi, orangnya sangat romantis dan sering membacakan kata-kata indah padaku, meski kadang malah terdengar lucu dan sedikit gombal. Sehingga aku selalu merasa nyaman, entah karena kelebihan atau kekonyolan seorang Hendra ini. Semakin bulat hatiku, tak mungkin menjalin hubungan dengan pria seperti Ferry, yang tidak pandai menggombal.

Kembali tidak kujawab SMSnya, karena toh besok malam kita akan bertemu. Biar sekali-sekali dia yang gelisah. Capek juga selama ini selalu aku yang merasa cemburu nggak jelas. Meski karena HP pernah berdering sekali oleh nomornya, aku memilih bungkam dengan hasil ga bisa tidur sampe pagi, bodohnya!

Bersambung…

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?68329

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

____________________________________________

Supported by :

Hosana