Warga Jakarta diharapkan Mengubah Kebiasaan untuk Mengurangi Jumlah Sampah

Beberapa waktu lalu, Hamish Daud, Founder Indonesian Ocean Pride, bersama dengan Satya Winnie, salah satu blogger yang kerap menyuarakan kepedulian akan lingkungan, berkesempatan untuk mengunjungi wilayah TPST Bantar Gebang, Bekasi.

Sampah yang masuk ke Bantar Gebang terhitung sebanyak 117 ton setiap harinya sehingga membuat gunung sampah yang ada di Bantar Gebang sampai saat ini mencapai tinggi 41 meter. Tinggi tumpukan tersebut telah melebihi standar tumpukan sampah dan lahan yang dipakai untuk menumpuk sampah tersebutpun semakin lama semakin sedikit. Jika permasalahan ini tidak ditanggulangi segera, maka semakin banyak tumpukan sampah yang ada dan akan semakin tertimbun.

“Setiap tahunnya, jumlah sampah yang masuk ke Bantar Gebang naik sebesar 10%. Artinya, dalam waktu 10 tahun, sampah warga Jakarta bisa naik menjadi dua kali lipat. Sebetulnya, bisa saja pemerintah Jakarta membuka lahan baru sebagai tempat pembuangan sampah, akan tetapi semakin banyaknya jumlah sampah yang ada, maka pemerintah harus terus membuka lahan baru pula untuk menampung sampah tersebut. ” Ujar Roy, Public Relations Officer dari TPST Bantar Gebang.

Sistem pengolahan yang dipakai di Bantar Gebang adalah metode ‘landfill’ dimana metode tersebut menghasilkan gas metana yang berbahaya karena mudahnya gas tersebut terbakar hingga efek pemanasan global yang ditimbulkan dari gas ini. Di Bantar Gebang sendiri sudah diterapkan biomembrane untuk mengumpulkan gas metana dari gunungan sampah. Akan tetapi dengan diterapkan metode ini tempat pembuangan sampah tidak bisa digunakan lagi. Tetapi gas metana yang dikumpulkan biomembrane ini dapat digunakan untuk menghasilkan listrik megunakan generator, sehingga efek buruk akibat dari gas metana dapat berkurang.

“Jumlah sampah terbesar yang masuk ke Bantar Gebang merupakan sampah organik. Setelah itu, jumlah terbesar berikutnya adalah sampah plastik. Berbeda dengan sampah organik yang dapat didaur ulang, sampah plastik tidak bisa dilebur dan akan terus ada selama ratusan hingga ribuan tahun kedepan. Akan tetapi, sampah plastik masih dapat didaur ulang dengan adanya pemulung yang mengambil sampah yang ada di Bantar Gebang dan mengurangi sampah yang tidak dapat didaur ulang tersebut.”tambah Roy.

Bagi Hamish Daud, pemulung merupakan pahlawan sesungguhnya dalam menanggulangi pengurangan sampah di Jakarta. “Saya telah menyaksikan sendiri bagaimana mereka bekerja banting tulang dan kerja di tempat yang tidak nyaman demi keluarga. Saya sangat terkejut, sampah yang paling banyak disini adalah makanan. Artinya, banyak sekali masyarakat Jakarta yang buang makanan.“ katanya.

Satya Winnie menambahkan, menurutnya, salah satu solusi yang bisa dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan composting. “Mungkin salah satu solusinya composting. Pengelolaan sampah dari rumah itu sangat diperlukan untuk mengurangi banyaknya sampah menjadi hanya sampah anorganik yang tidak bisa membusuk dan dijadikan bahan bakar untuk incinerator yang bisa menghasilkan listrik.” ucapnya.

“Mudah sekali, pisahkan plastik, sampah organik, dan melakukan hal terserbut hanya butuh 3 menit saja.” Tambah Hamish.

Bagi Anda yang ingin menyaksikan video Indonesian Ocean Pride di Bantar Gebang, silahkan kunjungi tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=GERQqcie-k4

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi Youtube Channel Indonesian Ocean Pride dan Instagram @indonesianoceanpride.