Sepanjang karir profesionalnya sebagai penyanyi, Kartika Wang telah merilis dua album. Satu album “ Jatuh Cinta” di tahun 2019 dan mini album terbaru bertajuk “Satu Sepuluh”. Lewat album terakhirnya, Kartika menunjukkan totalitasnya sebagai penyanyi dan pencipta lagu berbakat dalam blantika musik tanah air.

Yup! publik biasa mengenal Kartika sebagai penyanyi bahasa mandarin. Namun  Jika ditarik garis mundur, pertama kali memulai karir bernyanyi Kartika justru memulainya dengan lagu-lagu  bahasa Indonesia.

Saat berusia lima tahun,  guru TK-nya menemukan bakatnya dan diikutkan lomba menyanyi. Umur 9 tahun, ia mulai berkarir menjadi penyanyi anak-anak. Seiring waktu, Kartika banyak pentas di acara gathering sampai ke wedding.  Singkat cerita, saat pentas di acara pernikahan ada permintaan untuk menyanyikan lagu mandarin, ia pun menyanggupinya.

Kartika Wang

Di tahun 2008, Kartika ikut ajang kompetisi menyanyi bertajuk Cheng Sing Mandarin Singing Competition 2008 di Indosiar. Ia berhasil menang jadi juara 1 dan favorite.  Namanya pun meroket ketika dia keluar sebagai pemenang ajang menyanyi tersebut.

Uniknya, Kartika saat itu tidak bisa bicara bahasa mandarin dan hanya sebatas hafalan saja. Kemudian di tahun 2012, barulah  mengambil kuliah jurusan bahasa mandarin dan bisa bahasa mandarin.  Tahun 2016, Kartika dikontrak di Universal Music sebagai penyanyi mandarin. Label penyanyi mandarin pun tersematkan kepadanya.

Di bawah naungan label musik besar Tanah Air itu,  Kartika Wang merilis album pertama berjudul Jatuh Cinta. Ada sembilan lagu yang terdapat di album Jatuh Cinta ini. Empat lagu Indonesia dan lima lagu Mandarin. Lagu-lagu yang berbahasa Indonesia di albumnya ini lagu popular dan pernah dibawakan oleh musisi ternama Tanah Air.

Dua buah lagu Indonesia di album Jatuh Cinta, yaitu lagu Aku Pasti Kembali ciptaan Maia Estianty yang populer dibawakan oleh grup vokal Pasto. Satu lagi adalah lagu berjudul Mencintaimu ciptaan Bebi Romeo. Lagu ini juga pernah menjadi hits di tahun 2000 kala dibawakan oleh salah satu diva Indonesia, Krisdayanti.

Di tahun 2021, Kartika  secara independen merilis karya barunya. Karya musik persembahannya ini disebut berbeda dari karya-karya pada album sebelumnya. Lagu yang dinyanyikannya kali ini adalah sebuah karya yang ditulis dan diaransemen oleh musikus muda berbakat asal Taiwan bernama Hsieh Tung Liang. Proses rekamannya pun dilakukan di Indonesia dan di Taipei, Taiwan.  Lagu bernuansa pop balada berjudul “Sepatu Putih” ini juga melibatkan Sage Audio di Nashville, Tennesse, Amerika Serikat untuk proses mastering.

Album Satu Sepuluh

Ada banyak perbedaan di album teranyar Kartika Wang, dibanding album lainnya. Di album yang dirilis tahun 2019, ada lagu berbahasa Mandarin. Di album terbarunya,  semua lagu menggunakan bahasa Indonesia, diciptakan sendiri dan diproduksi secara independen olehnya. Kartika  terlibat dalam seluruh proses kreatif. Album yang berisi lima lagu ini pun menjadi karya orisinasilitasnya yang berbeda.

“Saya lebih nyaman menulis lirik dalam bahasa Indonesia jadi terciptalah album bahasa Indonesia. Saya suka menulis dan dari lirik itu dijadikan lagu. Album ini berbeda dengan album sebelumnya yang dirilis bersama label,” tuturnya kepada KABARI.

Kartika Wang

Kartika bercerita lagu-lagu di mini album bertajuk “Satu Sepuluh” relate dengan kehidupannya. Kenapa diberi nama Satu Sepuluh? 1-10 dalam kuesioner, 1 menunjukkan angka ketidakpuasan sementara 10 menunjukkan angka paling puas.

Satu difilosofikan memberi arti sebagai angka terendah yang mana dianalogikan sebagai titik terendah seseorang. Makna tersebut sangat relate, mengingat setiap orang tentu pernah mengalami titik terendah dalam hidupnya. Misalnya ketika kehilangan seseorang atau terpuruk dalam perjalanan karirnya. Saat berada di titik terendah, tidak  jarang seseorang mengalami kesedihan yang berkepanjangan. Kerap kali juga ia menyalahkan dirinya sendiri atau keadaan yang dialaminya.

Proses tersebut diibaratkannya sebagai pergerakan dari angka satu (titik terendah) hingga angka sepuluh (titik tertinggi). Kartika percaya, setiap orang punya harapan. Meskipun dirinya terus-menerus dihantam oleh pahitnya keadaan, jika ia tidak berhenti berharap dan berjuang, maka kelak dia akan berada di titik tertinggi.

Proses pembuatan album ini terbilang cukup memakan waktu. “Dimulai dari sekitar 2020 akhir, dalam dua tahun ini tidak langsung rekaman semuanya. Di  2020 dan 2021 rekaman  1 lagu dan di 2022 langsung tiga lagu. Tadinya mau rilis single-single saja tetapi setelah dipikir ada baiknya dirilis semuanya saja,” tutur Kartika.

Diakuinya, merilis album sendiri itu berbeda saat bersama label.  Rasa tidak percaya diri kerap menghantuinya, terlebih album ini adalah karya pertamanya sendiri.

 “Tapi so far semuanya bisa dikerjakan dengan baik. Harapannya album ini bisa diterima dengan baik oleh di semua kalangan masyarakat dan lagu-lagu di album ini bisa dinyanyikan oleh penyanyi Indonesia,” pungkasnya.

Artikel ini dapat dilihat di Majalah Digital Kabari Edisi 185

Simak video pilihan Kabari dibawah ini