Bermula dari kebutuhan pribadi yang tak disengaja, kini Lina Ve School telah menjadi salah satu wadah pengembangan diri bagi anak-anak dan remaja yang ingin mengasah potensi di bidang modelling, akting, dance, dan public speaking.

 Sekolah ini pertama kali berdiri di Bandung pada tahun 2014 dan telah berkembang dengan membuka cabang di Bogor sejak 2021 dan BSD pada 2023. Di Jakarta dan Bekasi, kelas diselenggarakan secara batch sesuai permintaan.

“Awalnya saya sama sekali tidak terpikir akan membuka sekolah modelling,” ujar Lina, pendiri Lina Ve School. Latar belakangnya berasal dari dunia Human Resources, keuangan dan pernah bekerja di perusahaan asing di Surabaya.

Namun, ketika ia pindah ke Bandung dan menemukan bakat modelling pada anak keduanya, ia kembali teringat akan kecintaannya pada dunia model yang sempat ia tekuni sebelum menikah.

Berawal dari diminta mengajar murid sekolah untuk tampil di ajang fashion show, hasil kerja Lina membuat banyak anak meraih juara. Dari sanalah permintaan orang tua untuk mengajarkan modelling pun berdatangan, hingga akhirnya berdirilah Lina Ve School secara resmi.

Kini, Lina Ve School bukan hanya sekolah, tetapi juga sebuah ekosistem pengembangan bakat yang lengkap. Selain sekolah, Lina mendirikan agensi model untuk menyalurkan talenta ke berbagai kebutuhan klien seperti iklan, photoshoot, dan acara hiburan lainnya.

Pada 2023, ia juga mendirikan Yayasan Tiga Tiara Indonesia yang menaungi penyelenggaraan event dan kompetisi, termasuk ajang seperti Putri Remaja Jawa Barat, Duta Remaja Indonesia, dan Putri Inspirasi Indonesia.

Yang membedakan Lina Vie School dari tempat pelatihan lainnya adalah visinya menciptakan one-stop community yang mendukung seluruh kebutuhan siswa. “Dari sekolah, agensi, yayasan, sampai brand fashion dan sepatu kami sendiri, semuanya kami siapkan. Jadi murid tidak perlu bingung mencari jalan,” ujar Lina.

Sekolah ini terbuka untuk semua kalangan usia, dari anak usia 3 tahun hingga dewasa, bahkan ibu-ibu usia 45–55 tahun pernah mengikuti pelatihan untuk tampil di acara fashion kebaya dan batik komunitas perbankan. Lina juga membuka diri untuk menerima anak-anak berkebutuhan khusus dengan pendekatan personal dan penuh kesabaran.

Sistem pembelajarannya tersedia kelas reguler maupun privat. Kelas dijalankan pada akhir pekan, dengan durasi minimal satu semester (6 bulan) untuk mendapatkan sertifikat. Evaluasi dilakukan setiap semester, dan rata-rata murid mengikuti program hingga dua tahun demi mendapatkan pelatihan menyeluruh.

Pencapaian yang paling membekas bagi Lina adalah melihat transformasi anak-anak yang tadinya pemalu atau memiliki keterbatasan fisik menjadi percaya diri dan tampil di atas panggung.

“Ada anak yang down syndrome, butuh waktu, tapi akhirnya terbuka dan bisa jadi model. Anak lain yang sempat minder dengan postur tubuhnya pun bisa tampil dengan percaya diri,” kenang Lina.

Ke depan, Lina berharap dapat membuka cabang reguler di Jakarta dan Bekasi. Permintaan untuk membuka cabang di Surabaya dan Bali juga sudah ada, termasuk peluang membuka sistem waralaba.

“Saya ingin bisa menjadi partner, baik bagi orang tua maupun pemerintah, untuk mencetak generasi remaja Indonesia yang tak hanya cerdas akademik, tetapi juga percaya diri, komunikatif, dan bertanggung jawab,” tutup Lina.

Sumber Foto: Istimewa

Baca Juga: