Untuk kita yang tinggal jauh dari kampung halaman, biasanya mengobati rasa rindu adalah lewat makanan. Selain bergaul dengan teman sesama berasal dari negara kita. Nah, lebih lengkap lagi kalau bertemu teman, bertukar cerita sembari makan bersama makanan khas Indonesia seperti liwetan ini.

Bisa jadi akan berbeda-beda alasannya saat merencanakan liwetan. Ada yang alasannya hanya ingin mencoba, alasan lain sambil menikmati kebersamaan bersama teman-teman, atau yang memang rindu makanan dan suasana kampung halaman. Liwetan ini sendiri meski sudah ada ratusan tahun tapi ramai muncul lagi dan menjadi tren beberapa tahun belakangan ini, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.

Nurhayati

Entah siapa yang terlebih dahulu membuat liwetan menjadi tampak menarik dan menyebar ke media sosial. Liwetan dikemas lebih modern dan cantik. Bukan sekedar menu makanan beralas daun pisang atau pincuk seperti yang dijual di rumah makan atau lesehan pinggir jalan. Liwetan menjadi naik kelas dinikmati segala kalangan dalam segala acara.

Liwetan adalah makan bersama di atas daun pisang yang digelar dengan dipenuhi beragam lauk pauk sebagai pelengkap nasi liwet. Karena itulah disebut Liwetan. Sekarang ini lebih bebas bisa juga dengan nasi uduk atau nasi biasa. Lauknya yang pasti ada sambal dan lalapan, kemudian ayam goreng, ikan asin, serta tempe dan tahu. Lauk lain bisa ditambah dengan telur, bihun goreng, dan kerupuk. Dulunya digelar di atas lantai, sekarang ini banyak digelar di atas meja. Cara memakannya menggunakan tangan.

Ada yang mengatakan liwetan ini berasal dari nasi liwet Bandung, tapi ada juga yang bilang berasal dari nasi liwet Solo. Meski di Bandung juga ada liwetan tapi sebenarnya berasal dari zaman raja-raja di Solo ratusan tahun lalu. Termasuk tumbuh di kalangan pesantren pada awal masuknya pengaruh agama Islam. Nasi liwet Bandung atau Sunda dengan nasi Solo memiliki perbedaan cara memasaknya. Perbedaan utamanya nasi liwet Solo dimasak dengan santan sedangkan ala Sunda tidak memakai santan. Dulu nasi liwet hanya disajikan untuk sarapan atau makan malam. Sekarang bisa kapan saja. Di beberapa kota lain di Indonesia juga banyak tradisi seperti liwetan dengan nama yang berbeda-beda.

Tradisi liwetan, juga disebut bancakan, selamatan atau kenduren, sebenarnya merupakan ritual untuk meminta berkah atau mengucapkan terima kasih pada Tuhan atas sesuatu yang telah didapat atau capai. Diawali dengan berdoa bersama dan dihadiri oleh keluarga, kerabat atau teman-teman dekat. Tapi sekarang kita dapat membuat liwetan kapan saja tanpa mesti ada acara selamatan.

Seperti alasan Nurhidayati Sriharto yang tinggal di Monroeville, Pennsylvania mengajak teman-temannya, Ena, Ayu dan Murie, yang tinggal berdekatan untuk liwetan. Untuk tombo pengen. Ibu dua orang anak yang telah tinggal di Amerika hampir 20 tahun ini sudah cukup lama pengen mencoba tapi baru terbetik kembali saat ngobrol dengan temannya yang tinggal di Houston, yang akan mengadakan liwetan untuk acara farewell party.

“Saya belum pernah liwetan, pengen nyobain sekaligus sambil kumpul bareng teman-teman,” kata Nurhidayati yang akrab disapa Nuri. Selain mengobati rasa kepengen, juga rasa kebersamaan itu yang membuatnya puas bisa mencoba liwetan. Menurutnya jadi pengalaman pertama yang menyenangkan. Apalagi Nuri dan teman-teman membawa masakan masing-masing untuk ditaruh di atas daun pisang. Jadi selain tombo pengen, bisa kumpul bersama, juga saling mencicipi masakan yang ada.