Penghuni Perguruan Pencak Silat Pondok Pesantren Ashabulyamin (PPSA), di Kampung Pabuaran, Kelurahan Sayang, Cianjur memiliki tradisi unik di bulan suci Ramadan.

Sejak hari pertama puasa, para pemain cilik yang gesit ini setiap sore sudah siap berada di halaman asrama Pondok Pesantren untuk bermain sepak bola dengan menggunakan kayu enggrang. Salah seorang pelatih mereka, Mumuh Muhidin mengatakan, kegiatan tersebut sebagai kegiatan pengganti latihan silat yang biasa dilakukannya setiap sore.

“Sudah menjadi tradisi kami, setiap bulan puasa, kegiatan latihan silat diganti dengan berlatih enggrang, malah sekarang kami sedang mengembangkan seni bermain bola dengan menggunakan enggrang ini,” tutur Abah Ahuy, panggilan akrabnya.

Sekilas, kegiatan tersebut memiliki manfaat yang sama dengan berlatih jurus maupun olah tubuh, salah satunya untuk melatih ketahanan fisik serta kemampuan untuk mengatur keseimbangan tubuh saat berada di atas kayu enggrang. Lagi pula, sebagai salah satu alat permainan tradisional masyarakat Sunda, keberadaan enggrang sudah mulai ditinggalkan dan terpuruk di antara alat permainan modern saat ini.

Pembina Pondok Pesantren setempat, M Zaki Abdullah menyebut, pihaknya saat ini memang tengah konsen dalam menghidupkan kembali aneka bentuk permainan tradisional. “Momen bulan puasa ini sangat tepat untuk mengenalkannya, seperti dampuh, babancakan, galah samber, jongleng, gatrik, dan lainnya.”

Untuk ngabuburit, anak-anak diharapkan tidak lagi harus terpukau di depan permainan play station ataupun gameonline,” ungkapnya.

Ilham (10), mengaku senang memainkan alat enggrang tersebut, meskipun awalnya kesulitan dalam menyeimbangkan tubuhnya. “Awalnya susah, jatuh terus, tapi lama-kelamaan jadi bisa,” ucapnya.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?37163

Untuk melihat artikel Nusantara lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :