Sebelum mendirikan Chathaulos, Martha Simanjuntak pernah bekerja di berbagai macam perusahaan termasuk perusahaan IT.  Selama bekerja di perusahaan teknologi yang didominasi oleh kaum laki-laki, dirinya melihat banyak perempuan yang memperoleh akses dan mempunyai keahlian tapi tidak bisa tampil maksimal di sektor ini. Perempuan yang bekerja di bagian IT kerap ditempatkan pada tugas nonteknis. Hal ini pun dialami olehnya yang kesehariannya dihadapkan dengan tumpukan tugas administratif.

Tahun 2011, Martha Simanjuntak pun memantapkan diri untuk mengundurkan diri di dunia kerja dan membangun organisasi berbadan hukum dengan nama IWITA (Indonesia Women IT Awareness). IWITA  memiliki  tagline Awareness, Learning, Implementation, Sosicalization yang fokusnya adalah pemberdayaan perempuan dalam memanfaatkan Teknologi khususnya Internet untuk produktifitas pribadi dan peningkatan ekonomi keluarga.

Martha banyak belajar dan bertemu dengan perempuan-perempuan hebat di daerah-daerah di Indonesia, yang kebanyakan adalah ibu rumah tangga yang memiliki bisnis rumahan (UMKM). Dia melihat bahwa perempuan mampu memanfaatkan peluang-peluang bisnis melalui internet. Di sinilah berawal cerita Chathaulos.

Sebagai perempuan Batak, Martha memiliki kerinduan agar budaya Batak agar dapat dikenal dengan baik dan menjadi kekayaan Indonesia yang menggema di dunia Internasional. Keinginan Martha dapat merepresentatifkan dirinya dalam mempromosikan salah satu budaya Batak melalui kain Ulos.

Terinspirasi oleh sepenggal kalimat Ijuk Pangihot Ni Hodong, Ulos Pangihot Ni Holong yang artinya jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka ulos adalah pengikat kasih sayang antar sesama, Martha Simanjuntak mendirikan ChathaUlos pada 19 September 2019 .

“Ini bentuk kecintaan saya kepada budaya Indonesia dan salah satunya itu kain Ulos. Ulos merupakan budaya Batak dan saya ingin menjadikan kain ulos sebagai hasil karya seni yang memiliki nilai estetika, dikerjakan oleh tangan – tangan terampil pengrajin kain ulos dengan semangat modern dan dicintai masyarakat Indonesia, dikenal sampai mancanegara dimana kain ulos sebagai identitas budaya Indonesia,” tuturnya kepada KABARI.

Ulos memiliki makna yang sangat dalam buat Suku Batak. Baik dari warna dan motif yang memiliki arti yang berbeda beda dan semuanya menggambarkan sejarah kehidupan masyarakat Batak.

Dengan diproduksi oleh para Pengrajin Ulos di Sumatera Utara, ChathaUlos ingin menjadi brand lokal yang dapat mengangkat budaya Indonesia melalui keunikan kain ulos yang di padukan dengan semangat modern yang dibuat dengan sepenuh hati dan kreativitas tanpa batas.

“Kita membuat dan mendesain pakaian dari kain ulos yang dikombinasikan dengan jenis kain apapun sehingga menjadi produk unik, fashionable dan elegan casual yang dapat dipakai siapa saja. Dan membuat pakaian yang menerapkan konsep Zero Waste Fashion untuk meminimalisir limbah kain” kata Martha.

Saat ini Chathaulos menciptakan kreasi seperti tas, sepatu, dan aksesoris lainnya dengan konsep sesuai visi Chathaulos. Dengan produksi terbatas yaitu 1 design hanya produksi 3-5 baju dengan harga sekitar Rp. 500 ribu – 3 Juta. “Kami fokus menggunakan Ulos jenis tertentu yang dianggap aman tidak menyalahi adat Batak. Yaitu Sadum, Mangiring, Ragihotang dan Sibolang.

Nah, Martha menjelaskan kelebihan Chathaulos adalah dari konsep desainnya yang kekinian. Selian juga, motif ethnic ulos dan unik yang cocok dipakai untuk acara santai dan formal dan nyaman dipakai.

Martha pun memaksimalkan pemanfaatan Internet dalam pemasaran Chathaulos, yaitu media sosial dan membangun aplikasi. Sekarang ini penjualan Chathaulos masih di Indonesia, kebanyakan adalah pulau Jawa. Untuk penjualan ke luar negeri sedang diusahakan melalui kegiatan fashion show dan kerjasama dengan pihak luar. Namun pembeli produk Chathaulos sudah ada beberapa dari Luar Negeri walaupun masih sangat sedikit.

“Inovasi dalam industri fashion juga menjadi bagian dari visi Chathaulos yaitu menggunakan teknologi dan memanfaatkan internet dalam pemasaran dan membangun platform berbasis Android dan IOS,” tutur Martha.

Chathaulos sempat mendirikan offline storenya di Surabaya. Namun sementara belum beroperasi mengingat masih pasca pandemic dan kemungkinan akan di bangun offline store lainnya di Tangerang Selatan dan Sumatera Utara.  “Ini semua kami melakukannya dengan sangat hati-hati karena kondisi ekonomi masih belum stabil,”katanya.

Ke depannya, Martha dengan Chathaulos akan terus membangun ekosistem dalam produksi fashion Ulos maupun produk lainnya dari suku Batak baik. “Ini salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk mengapresiasi hasil budaya negara kita. Cinta Indonesia, Bangga pakai produk Indonesia,” pungkasnya.

Baca Juga: