Personil band legendaris di tahun 90-an, Wondergel, Meita Kasim merilis novel perdana, “Out of Order”, The Tales of the Urban Misfits

Sebagai buku pertama dari serial bertajuk The Tales of the Urban Misfits, karya fiksi setebal 300-an halaman ini ditulis dalam genre coming-of-age (peralihan masa remaja menuju dewasa) yang terinspirasi oleh kisah nyata penulis.

Ditulis dalam bahasa Inggris, novel ini menghadirkan kisah protagonist bernama Sigi, seorang gadis usia akhir remaja yang hidup di Jakarta era 1990-an dengan latar belakang kondisi sosial politik di Indonesia –sebuah negara dengan mayoritas Muslim dan kuasa militer yang dominan.

Saat masih menjadi siswa sekolah menengah, diam-diam Sigi membentuk grup band alternatif bernama Wanderlust dengan beranggotakan semuanya perempuan –yang kala itu sangat tidak lazim di kancah musik underground– dan menjadi penyiar di sebuah stasiun radio. Dalam kodratnya sebagai gadis Muslim, hasrat kreatifnya ini membangkitkan penilaian negatif dari lingkungan serta sekaligus mengalami tindak pelecehan karena keperempuanannya.

Dibayang-bayangi sosok ibunya yang sangat mengendalikan, Sigi lantas mendambakan dirinya menjadi jiwa yang bebas. Sementara itu ekskalasi kancah musik bawah tanah yang didominasi oleh laki-laki, serta kontroversi dari dalam dirinya sendiri tengah meningkat kontroversinya.

Terlepas dari semua rintangan tersebut, Sigi dengan berani mengikuti jalannya sendiri dan menentang semua konstruksi waktunya, untuk menemukan suaranya yang benar dan unik; pilihan yang seringkali menyakitkan, menginspirasi, dan, pada akhirnya, penuh harapan.

Novel Out of Order – The Tales of the Urban Misfits dibuka dengan kerusuhan konser Metallica di tahun 1993. Saat itu, usia Sigi baru 18 tahun, dan hadir bersama pacar di konser tersebut. Ternyata, acara berakhir dengan kerusuhan besar yang nyaris membahayakan nyawanya.

Cerita berlanjut dengan sebuah konflik rahasia yang terjadi antara Sigi dan pacarnya. Konflik yang nantinya akan dibuka di Bab 14 ini, menyebabkan terjadinya perubahan diri dan karakter yang signifikan bagi Sigi.

Kemudian pembaca akan dibawa masuk ke dalam dunia Sigi berkenalan dengan keluarganya, personil-personil band Wanderlust, rekan-rekan penyiar di Radio PV. Hadir pula beberapa tokoh pria yang besar pengaruhnya bagi Sigi, teman-teman sekolahnya, dan juga teman-teman baru dari komunitas the Young Offender, yang beranggotakan personil band-band dan penikmat musik punk/alternatif pertama di Indonesia.

Pembaca juga akan diajak menyerap aura bawah tanah beberapa acara musik, termasuk salah satunya The Blackhole, acara underground pionir di Jakarta.

Selain dunia percintaannya, konflik demi konflik pun terus terjadi di lingkungan keluarga Sigi dan di sekolahnya. Namun, pada akhirnya, Sigi berhasil mengatasi semuanya, dan menyadari bakat dan potensi yg di milikinya.