Anak pintar bukan lahir begitu saja dari rahim ibu tapi dari hasil cara didikan orang tua. Kalau ada yang bilang anak adalah cermin dari orang tua, tentu saja ada benarnya. Orang tua yang mengerti dan memahami bagaimana cara mendidik anak sesuai yang anak mau tentu akan berbeda dengan orang tua yang mengatur dan menciptakan anak seperti yang mereka inginkan. Semua orang tua ingin anaknya menjadi anak yang pintar. Mendidik mereka dengan cara yang benar bukan dengan paksaan. Anak pintar juga lahir karena genetik orang tua tapi juga bisa lahir dari didikan yang benar.

Memberi pelajaran pada anak sejak dini. Bahkan sejak mereka masih dalam kandungan. Ini cukup berpengaruh. Banyak orang tua mulai mengenalkan musik dengan menempelkan headphone di perut ibu, mengajak berbicara, serta membacakan buku saat waktu senggang. Dapat juga mengajak jalan pagi menghirup udara segar sambil mendengarkan suara burung-burung atau air yang mengalir. Dengan belajar berkomunikasi seperti itu akan mudah membuat orang tua terus berkomunikasi sampai anak lahir. Otak bayi akan terlatih menyerap hal yang baru terutama ekspresi dan kalimat yang kita ucapkan. Sejak dini mereka belajar mengenal suara, sentuhan, bau dan rasa.

Foto: dok. Liana Mikah on Unsplash

Foto: dok. Rawpixel on Unsplash

Kenalkan mereka pada suara-suara di sekitarnya. Suara ibu, ayah dan saudara serta suara binatang seperti anjing atau kucing jika ada di rumah. Sebutlah dengan nama yang sebenarnya. Contohnya sebut ‘Anjing’ bukan ‘Gukguk’ atau ‘Kucing’ bukan menyebut ‘Meong’. Kenalkan pada buku dengan cara membacakan buku saat hendak tidur siang atau tidur malam bergantian dengan suara musik. Membiasakan membaca cerita atau menyetel musik untuk pengantar tidur, menemani waktu senggang, dan pengobat saat mereka ngambek. Jangan biasakan berjam-jam menonton televisi meskipun acara anak-anak. Berkomunikasi dan bermain dengan orang tua adalah lebih baik. Ajaklah mereka belajar memegang dan memainkan bola atau sesuatu yang bergerak dan berwarna sehingga memacu otak untuk berpikir. Juga ajak berjalan-jalan di taman. Lakukan dan kenalkan suara-suara alam seperti yang ibu lakukan saat mereka masih di dalam rahim.

Seiring dengan perkembangan anak, mulailah ajari dengan sesuatu yang lebih menantang. Belajar mengenal dan memainkan alat musik, membaca buku atau mengeluarkan pendapat. Tanpa mereka sadari mengajarkan mereka belajar tantangan serta tanggung jawab. Pujilah jika mereka dapat menyelesaikan sesuatu. Bukan pujian seperti ‘Wah, kamu pintar sekali’ tapi pujilah hasil kerjanya seperti ‘Hebat! Kamu bisa karena kamu belajar!”. Dengan begitu mereka akan terbiasa untuk berpikir dan berusaha agar berhasil.

Akan tetapi jika mereka gagal, ajari mereka mengenal kesalahannya. Barangkali karena kurang belajar, ingatkan bahwa mereka pasti bisa asal mau berusaha. Satu lagi yang perlu diajarkan adalah bersabar. Sabar untuk terus belajar serta sabar untuk menunggu sesuatu yang mereka inginkan. Contohnya jika ingin membeli mainan, ajak menabung dan bersabar sampai terkumpul uangnya. Sehingga mereka tahu bahwa setiap apa yang mereka inginkan adalah dengan usaha.

Jadikanlah belajar menjadi sesuatu yang fun. Belajar warna, belajar berhitung serta belajar mengingat nama-nama seperti nama binatang, nama tanaman di sekitar rumah juga nama anggota keluarga dan orang-orang terdekat. Tidak perlu harus dengan membeli alat atau sarana yang mahal untuk membuat anak menjadi pintar. Lingkungan rumah yang penuh kasih serta didikannya itu yang terpenting. Orang tua yang sering berkomunikasi dan dekat dengan anak merupakan kunci penting membangun kepercayaan diri anak.

Jangan pula mengekang anak, biarkan mereka berkembang tapi dengan batas-batas yang kita tentukan. Biarkan mereka belajar mengeluarkan pendapat, kerja keras dan menyelesaikan sesuatu serta bertanggung jawab dengan hasilnya. Anak gemar mencoba, jika kita merasa apa yang akan dia lakukan itu mengkhawatirkan kita, lebih baik jika kita menyarankan daripada melarang. “Jangan naik terlalu tinggi’ akan lebih baik jika kita ubah, ‘Bagaimana kalau naik dari tangga sebelah sini karena lebih aman.’ Terlalu banyak larangan akan membuat anak takut untuk mencoba.