Pendidikan adalah pilar utama dalam membangun peradaban dan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Di Indonesia, tantangan dan peluang dalam pendidikan terus berkembang seiring dengan perubahan zaman.

Dr. Adjat Wiratama, M.Pd, seorang dosen pascasarjana di Universitas Panca Sakti Bekasi telah mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan sejak tahun 2010.

Melalui wawancara ini, Dr. Adjat berbagi pandangan, pengalaman, serta harapannya untuk masa depan pendidikan di Indonesia.

Dr. Adjat memulai perjalanan karirnya sebagai guru relawan di Sekolah Darurat Kartini pada tahun 2010. Di sini, ia berperan sebagai guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), memberikan pendidikan dasar bagi anak-anak yang kurang mampu. Semangatnya untuk memajukan pendidikan tidak berhenti di situ.

Ia kemudian mendirikan Akademi Indonesia, sebuah sekolah setingkat diploma yang menyediakan pelatihan keterampilan komunikasi dan administrasi bagi lulusan SMA dari keluarga yang kurang mampu.

Seiring waktu, Dr. Adjat melanjutkan karirnya di dunia akademis. Ia kini menjabat sebagai dosen tetap di program studi Magister Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Panca Sakti. Pengalaman panjangnya sebagai guru dan dosen membuatnya memahami berbagai dinamika dalam sistem pendidikan Indonesia.

Menurut Dr. Adjat, kualitas guru adalah elemen terpenting dalam pendidikan. Bukan hanya fasilitas sekolah yang menentukan keberhasilan pendidikan, melainkan guru yang memiliki kompetensi lengkap, mulai dari kepribadian, kompetensi sosial, hingga kompetensi profesional.

Guru yang inspiratif dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi siswa, bahkan jika kondisi fisik sekolah kurang memadai. Kurikulum yang kurang ideal sekalipun dapat dihidupkan oleh guru yang kreatif dan berdedikasi.

Dr. Adjat menekankan bahwa institusi pendidikan tinggi keguruan (LPTK) harus menjadi tempat yang benar-benar mempersiapkan calon guru dengan baik. Semua calon guru harus mendapatkan pendidikan di LPTK, memastikan mereka benar-benar siap untuk menjalankan profesi mulia ini.

Proses rekrutmen guru di Indonesia sering kali tidak profesional dan dipengaruhi oleh kedekatan personal. Dr. Adjat menegaskan pentingnya rekrutmen yang berbasis kompetensi untuk memastikan bahwa guru yang dihasilkan benar-benar berkualitas.

Ia juga mengkritisi sistem desentralisasi pendidikan yang menyebabkan ketimpangan dalam distribusi dan kualitas guru di berbagai daerah. Desentralisasi membuat setiap daerah memiliki kewenangan sendiri dalam rekrutmen, yang kadang kala tidak sesuai dengan standar yang diperlukan.

Dr. Adjat mengusulkan agar sistem rekrutmen guru kembali bersifat sentralistik, seperti di masa lalu, di mana negara merekrut dan mendistribusikan guru ke seluruh Indonesia. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kebutuhan guru di seluruh daerah terpenuhi dengan baik dan merata.

Guru adalah profesi yang mulia, tetapi sering kali tidak mendapatkan apresiasi yang layak.

Dr. Adjat menyoroti pentingnya memberikan penghargaan yang memadai bagi guru, baik dalam bentuk pendapatan yang layak maupun jenjang karir yang jelas. Banyak guru saat ini masih berstatus honorer dengan pendapatan rendah, yang berdampak pada kualitas hidup dan pengajaran mereka.

Guru harus dibebaskan dari masalah keuangan dan pribadi agar mereka bisa mencurahkan seluruh perhatian dan energi untuk mendidik siswa.

Dr. Adjat mengusulkan agar pemerintah melakukan assessment nasional untuk menilai kepribadian calon guru.

Kepribadian yang baik adalah salah satu dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki seorang guru. Assessment ini penting untuk memastikan bahwa hanya individu dengan kepribadian yang stabil dan baik yang dapat menjadi guru. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah terjadinya kasus-kasus kekerasan dan perilaku tidak pantas oleh guru di sekolah.

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang hasilnya baru akan terlihat dalam beberapa dekade mendatang.

Dr. Adjat menekankan bahwa kebijakan pendidikan harus dibuat dengan visi yang jelas dan melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat di daerah terpencil dan termarginalkan. Pendidikan tidak bisa dilihat sebagai proyek instan, melainkan sebagai upaya berkelanjutan yang membutuhkan komitmen dan kerjasama semua pihak.

Menurut Dr. Adjat, Indonesia membutuhkan peta jalan pendidikan yang jelas dan konsisten. Perubahan kebijakan yang sering terjadi seiring pergantian Menteri Pendidikan menyebabkan ketidakjelasan arah pendidikan nasional. Pendidikan harus dipandang sebagai investasi untuk 20 tahun ke depan, dan kebijakan yang diambil harus mencerminkan visi jangka panjang tersebut.

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 201

Simak wawancara Kabari bersama Dr. Adjat Wiratama, M.Pd dibawah ini