Jika dilihat dari sejarah berdirinya, hanya ada beberapa saja restoran Indonesia di Perancis, tepatnya di Paris yang masih berdiri sampai sekarang. Selain dari Restoran Indonesia yang berada di 12 Rue Vaugirard 75006, ada juga Restoran yang bernama Restaurant Djakarta Bali yang berlokasi di 9 Rue Vauvilliers, 75001.

Setali tiga keping dengan Restoran Indonesia, Restaurant Djakarta Bali sudah berdiri selama puluhan tahun di Paris dan masih tetap konsisten dengan menu-menu nusantaranya.

Nina Hanafi, penerus bisnis Restaurant Djakarta Bali yang juga merupakan ketua diaspora di Perancis, menjelaskan kepada KABARI, restoran ini awalnya didirikan oleh orangtuanya, AM Hanafi, karena restoran Asia di Paris pada tahun 1970/80-an sangat sedikit jumlahnya. Restoran yang ada saat itu adalah restoran China dan Vietnam.

Ide untuk membuka restoran Indonesia kemudian muncul. Hanafi saat itu yang sedang menempuh pendidikan di bidang bisnis ikut membantu orang tuanya dalam membuatkan feasibility study, contohnya urusan ke bank dan lainnya.

“Jadi memang tantangan besar mendirikan restoran Indonesia di Paris. Paris ini dikenal sebagai ibukota Gastronomi dimana masakan Perancis itu juara. Syukur kita dapat tempat untuk membuka usaha restoran ini di Jantung kota Paris sampai saat ini,” kata Hanafi.

Kenapa memilih menggunakan nama Djakarta Bali? Hanafi menjelaskan, dulu orang yang tahu masakan Indonesia kebanyakan adalah orang Belanda. Saat itu bila kita akan pergi ke Belanda atau sebaliknya yang dari Belanda ke Indonesia harus melewati Jakarta meskipun kebanyakan memang tujuannya adalah Bali. Dari situlah orang tua mendapatkan ide nama yaitu Djakarta Bali, dengan ejaan lama.

Menu-menunya yang ada Restaurant Djakarta Bali semuanya menu otentik dan ikonik dari Indonesia. Sebut saja mulai dari Gado-gado, Soto, Sate, Dadar gulung, Kolak, sampai Rendang

“Menu kita dari dulu otentik dan tidak ada campuran soal menu di Restaurant Djakarta Bali,” tuturnya.

Untuk masakan, resep yang digunakan tidak berubah. Namun Restaurant Djakarta Bali mencoba beradaptasi dengan perkembangan zaman. Contohnya dengan pandemi, dulu lebih kepada fine dining dan usia pelanggan kebanyakan 35 tahun ke atas lalu sekarang ini menu makanan memang tidak sebanyak dahulu karena situasi saat ini juga akibat pandemi. Target pemasaran Restaurant Djakarta Bali kini menjadi lebih luas bahkan boleh dibilang condong kepada anak muda.

“Dari permulaan restoran ini berdiri, animo dari masyarakat sangat besar terhadap makanan Indonesia. Bisa dibilang hampir 90 persen lebih yang datang adalah orang Perancis. Mereka banyak suka nasi goreng dan rendang, karena dua menu ini adalah best seller dari Restaurant Djakarta Bali,” kata Hanafi.

Restaurant Djakarta Bali bisa bertahan sampai saat ini karena mengedepankan servis dan mutu pelayanan. Berikut fleksibelitas mengikuti perkembangan zaman dengan menu-menu yang konsisten ditawarkan.

Simak wawancara KABARI bersama AM Hanafi di video ini.