“Nyok Kita nonton
Ondel-ondel, (Nyok!)
Nyok kita ngarak
ondel-ondel, (Nyok!)
ondel-ondel
ade anaknye
anaknye ngider der-ideran”
Benyamin S

KabariNews – Ondel-ondel makin akrab dengan gerak dan tari, sorak sorai anak-anak, seiring digubahnya lagu ringan bernada gambang kromong oleh Benyamin S, berjudul “Ondel-ondel”. dan dipopulerkan oleh Almarhum H. Benyamin S, sendiri mengidentikan boneka besar yang bernama Ondel-ondel sebagai sahabat bermain anak-anak.

Ada beberapa cacatan (perlu diuji kebenarannya), yang ditulis W. Scott, seorang pedagang Inggris yang pada awal abad ke tujuh belas berada di Banten, yang dikutip oleh W. Fruin Mees dalam bukunya yang berjudul Geschiedenis Van Java, jilid II menyebutkan barongan atau ondel-ondel sudah diperkirakan kehadirannya pada tahun 1605.

Begitu pun dengan penulis sekaligus fotografer asal Amerika, Eliza R Scidmore yang menetap di Batavia pada akhir abad ke-19 mengatakan, walau tidak menyebutkan dengan jelas namanya dalam bukunya Java, Garden Of The East (1897), di jalanan Batavia saat itu terdapat sebuah pertunjukan yang dilakukan di jalanan yang disinyalir sebagai Ondel-ondel.

Hal sosok si Penolak Bala ini diamini oleh Supandi, pemimpin grup ondel-ondel Sanggar Betawi Utan Panjang. “Ondel-ondel dulu dibuat ya untuk seperti itu, bentuknya seram, pakai mantra, sesajen dan digunakan sebagai penolak bala” katanya kepada KABARI. Namun seiring perkembangan waktu, fungsinya tak lagi sama dan lebih bersifat untuk hiburan semata.

Supandi dan sanggar Budaya Betawi Utan Panjang adalah sedikit dari sanggar Betawi yang masih eksis sampai sekarang. Ondel-ondel menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Sanggar yang puluhan tahun didirikan olehnya. Dibentuk dari insiatif Supandi melihat banyaknya anak-anak muda di daerahnya, maka dia mendirikan grup seni ini di tahun 1983.” Ya buat anak-anak muda di kampung sini biar ada kegiatannya saja daripada begadang melulu” kata pria asli Jakarta ini.

Supandi belajar cara membuat ondel-ondel, dengan bahan dari kayu bambu untuk kerangka ondel-ondelnya dan tabuhan iringan musik dengan bahan apa adanya menggunakan apa saja yang ada di kampungnya. “Kerangka Ondel-ondel terbuat dari bambu, topengnya dari fiber, kalau dulu topengnya dari kayu, tetapi sekarang lebih mudah karena dari fiber. Nah, untuk waktunya pembuatan ondel-ondelnya dibutuhkan waktu satu bulan” kata Pandi.

Pandi bercerita, memainkan boneka Ondel-ondel butuh keahlian khusus. Maksudnya, si pemain perlu latihan beberapa hal seperti trik keseimbangan dan menyelaraskan irama lagu. “Ondel-ondel dulu bisa bergerak sendiri kalau “diiisi”, tangannya bisa bergerak sendiri, kalau sekarang sudah tidak lagi dan butuh latihan” tuturnya. Lambat laun seiring waktu berjalan, lantas grup ini berubah menjadi sanggar di tahun 1990. Dan resminya menjadi Sanggar Utan Panjang di tahun 1995. Supandi pun tak lagi resah akan tempat latihannya. Rumah nganggur yang letaknya di depan jalan Utan Panjang ini pun dapat dibelinya.

Kini, tak hanya Ondel-ondel saja, Sanggar seni betawi Bang Pandi semacam wadah bagi mereka yang berkecimpung dalam kesenian Betawi seperti Gambang Kromong, Tanjidor, Lenong dan yang lainnya. Tawaran pentas untuk sanggar seninya pun berdatangan, terlebih lagi saat sanggar seninya ini terdaftar di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. “ Job-job buat sanggar banyak yang berasal dari dinas” kata Pandi. Bayarannya pun, Bang Pandi berkata cukup untuk semua anggota yang terlibat di dalamnya. (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/80275

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Kesehatan

 

 

 

 

 

kabari store pic 1