Pandemi tidak hanya memberikan dampak negatif pada kehidupan sehari-hari, namun juga menjadi pemicu kreativitas bagi beberapa individu.

Ratih Puspitawati, seorang pengusaha dalam bidang craft dan olah kain, menceritakan perjalanan unik Poes Craft Syle yang memulai usahanya dengan membuat mukena khusus dari katun Jepang.

Awalnya, Poes Craft Syle fokus pada produksi mukena dari katun Jepang dengan harga berkisar antara 250 ribu hingga 1 juta rupiah, tergantung pada model dan pemakaian bahan.

Namun, terinspirasi oleh keinginan untuk mengurangi limbah dan memanfaatkannya, mereka mulai mengembangkan berbagai produk seperti tas, sajadah, hingga pernak-pernik cempal untuk keperluan rumah tangga.

Menariknya, limbah dari bahan katun Jepang yang seharusnya dibuang menjadi sumber inspirasi untuk membuat berbagai aksesoris, kalung, bros, dan bahkan topi. Inovasi mereka tidak hanya mencakup produk fashion, tetapi juga melibatkan pembuatan home décor seperti selimut, penutup kursi, sarung bantal, dan taplak meja. Semua ini diproduksi dengan prinsip zero waste, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Ratih Puspitawati menjelaskan bahwa saat pandemi melanda, mereka memutuskan untuk fokus pada pengolahan limbah untuk menciptakan kreasi-kreasi yang diminati.

Meskipun pandemi menghentikan penjualan selama dua tahun, mereka berhasil tetap bergerak dengan membuat produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, terutama home décor yang banyak dicari selama periode tersebut.

“Motivasi tidak boleh padam,” ujar Ratih Puspitawati. Dalam kondisi sulit, Poes Craft Syle tetap bergerak karena memiliki pasukan dan merasa bahwa terus berkreasi adalah kunci untuk tetap hidup.

Meskipun mereka memulai tanpa mimpi besar, sekarang mereka bermimpi untuk memiliki “rumah limbah” atau “rumah perca” sebagai wujud dari upaya mereka dalam mengurangi limbah dan menciptakan produk yang memiliki nilai jual.

Kisah inspiratif ini juga mendapatkan dukungan dari beberapa pejabat yang memesan produk mereka, memberikan motivasi tambahan bagi Poes Craft Syle untuk terus bergerak maju. Ratih Puspitawati berharap agar masyarakat lebih banyak memesan produk dari UKM, sehingga bisa memberikan dorongan bagi UKM lokal untuk terus berkembang.

Melalui perjalanan selama 10 tahun, Poes Craft Syle membuktikan bahwa kreativitas, semangat, dan kepedulian terhadap lingkungan dapat menjadi daya penggerak yang kuat untuk menciptakan karya seni yang tidak hanya indah, tetapi juga bermanfaat dan ramah lingkungan.

Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 197

Simak wawancara Kabari bersama Ratih Puspitawati dibawah ini.